damarinfo.com – Di penghujung Ramadhan, seorang mukmin tidak boleh melonggarkan ibadahnya. Justru, semakin mendekati akhir, semakin besar pula harapan mendapatkan ampunan dan keberkahan. Rasulullah ﷺ bersabda:
“Sesungguhnya amalan itu dinilai berdasarkan akhirnya.” (HR. Bukhari)
Oleh karena itu, hari-hari terakhir Ramadhan harus menjadi puncak kesungguhan dalam beribadah, sebagaimana dicontohkan oleh Imam Malik bin Anas rahimahullah.
Keutamaan Malam-Malam Terakhir dalam Pandangan Imam Malik
Dalam kitab Al-Muwaththa’, Imam Malik menjelaskan bahwa sepuluh malam terakhir Ramadhan adalah waktu terbaik untuk meningkatkan ibadah. Beliau bahkan meninggalkan majelis ilmu dan kajian fikih, yang selama ini menjadi rutinitasnya, demi fokus beribadah kepada Allah. Beliau berkata:
“Ini adalah waktu untuk beribadah dan bermunajat kepada Allah.” (Al-Muwaththa’, 1/321)
Hal ini menunjukkan betapa pentingnya fokus beribadah di akhir Ramadhan, tanpa terganggu oleh urusan duniawi.
Shalat Malam dan Tangisan Doa Imam Malik
Setiap malam, Imam Malik menghidupkan waktu-waktu berharga ini dengan shalat malam, membaca Al-Qur’an, dan menangis dalam doa. Beliau sangat memahami bahwa Ramadhan bukan hanya tentang menahan lapar, tetapi juga tentang mendekatkan diri kepada Allah. Sesuai dengan firman-Nya:
“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka sesungguhnya Aku dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia berdoa kepada-Ku.” (QS. Al-Baqarah: 186)
Dalam kitab Thabaqat Al-Fuqaha’, disebutkan bahwa Imam Malik sering menangis dalam shalatnya di malam-malam terakhir Ramadhan. Ketika ditanya mengapa, beliau menjawab:
“Bagaimana aku tidak menangis, sedangkan aku tidak tahu apakah puasaku diterima atau tidak?” (Thabaqat Al-Fuqaha’, 2/307)
Menjaga Lisan dan Hati
Selain memperbanyak ibadah, Imam Malik juga sangat menjaga hati dan lisannya. Ia menghindari perkataan sia-sia, memperbanyak zikir, serta berdoa agar Allah menerima amalannya. Sikap ini sejalan dengan hadits Rasulullah ﷺ:
“Betapa banyak orang yang berpuasa, namun tidak mendapatkan apa-apa dari puasanya kecuali rasa lapar dan haus.” (HR. Ahmad)
Maka, seorang muslim harus menjaga puasanya, bukan hanya dari makan dan minum, tetapi juga dari perbuatan yang dapat mengurangi pahalanya.
Doa Imam Malik untuk Keistiqamahan
Di malam-malam ini, Imam Malik sering berdoa agar Allah mengampuni dosa-dosa umat Islam dan memberikan istiqamah setelah Ramadhan. Beliau selalu mengingatkan bahwa salah satu tanda diterimanya Ramadhan adalah munculnya kesadaran untuk terus beribadah, bahkan setelah bulan suci ini berlalu. Sebagaimana firman Allah:
“Janganlah kamu termasuk orang-orang yang melupakan Allah, sehingga Allah menjadikan mereka lupa terhadap diri mereka sendiri.” (QS. Al-Hasyr: 19)
Kesimpulan: Meningkatkan Ibadah di Penghujung Ramadhan
Keistiqamahan Imam Malik dalam beribadah menjadi teladan bagi umat Islam. Malam ke-28 Ramadhan harus dimanfaatkan untuk muhasabah diri dan berdoa agar diberikan keteguhan dalam keimanan. Sebab, salah satu tanda keberhasilan Ramadhan adalah ketika seorang hamba tetap taat kepada Allah, bahkan setelah bulan suci ini berlalu.
Semoga kita mampu mencontoh para ulama salaf dalam menghidupkan malam-malam terakhir Ramadhan dengan istiqamah dan penuh keikhlasan. Aamiin.
Penulis : Syafik