Tangisan Imam Al-Hasan Al-Bashri di Penghujung Ramadhan

oleh 206 Dilihat
oleh
(Ilustrasi)

damarinfo.com – Hari ke-29 Ramadhan adalah waktu krusial bagi seorang mukmin. Bisa jadi ini adalah malam terakhir bulan penuh berkah, atau masih tersisa satu hari lagi. Oleh karena itu, seorang muslim hendaknya memanfaatkan setiap detik untuk memperbanyak ibadah dan bermuhasabah, sebagaimana dicontohkan oleh Imam Al-Hasan Al-Bashri rahimahullah.

Tangisan Imam Al-Hasan Al-Bashri di Malam Terakhir Ramadhan

Imam Al-Hasan Al-Bashri, seorang ulama besar dari kalangan tabi’in, dikenal sebagai sosok yang penuh ketakwaan dan wara’ (kehati-hatian dalam agama). Ketika Ramadhan hampir berakhir, beliau sering menangis tersedu-sedu. Dalam kitab Hilyatul Auliya’, diriwayatkan bahwa seorang muridnya bertanya,

“Wahai Imam, mengapa engkau menangis begitu pilu?”

Beliau menjawab,

“Bagaimana mungkin aku tidak menangis? Aku tidak tahu apakah amalanku di bulan ini diterima ataukah aku termasuk orang yang diusir oleh Allah.” (Hilyatul Auliya’, 2/134)

Tangisan beliau bukan karena takut kehilangan Ramadhan, tetapi karena khawatir jika Allah tidak menerima amal ibadahnya. Inilah sikap seorang mukmin sejati, yang selalu memeriksa dirinya dan tidak pernah merasa cukup dalam beribadah.

Mengevaluasi Diri di Penghujung Ramadhan

Al-Hasan Al-Bashri selalu mengingatkan murid-muridnya untuk muhasabah (introspeksi diri) di akhir Ramadhan. Beliau berkata:

Baca Juga :   Khutbah Perpisahan Rasulullah – Pesan Abadi bagi Umat Islam

“Sesungguhnya orang yang beriman adalah mereka yang senantiasa takut amalnya tidak diterima. Sedangkan orang munafik, mereka merasa aman dari siksa Allah.” (Az-Zuhd, Ibnul Mubarak, 1/101)

Hal ini selaras dengan firman Allah:

“Dan orang-orang yang memberikan apa yang telah mereka berikan, dengan hati penuh rasa takut, (karena mereka tahu) bahwa mereka akan kembali kepada Tuhan mereka.” (QS. Al-Mu’minun: 60)

Ayat ini menunjukkan bahwa hamba yang ikhlas dalam beribadah selalu memiliki rasa takut dan harapan kepada Allah, bukan rasa puas dengan amalnya.

Amalan di Malam Terakhir: Perbanyak Doa dan Istighfar

Menjelang akhir Ramadhan, Al-Hasan Al-Bashri selalu memperbanyak istighfar, karena ia memahami bahwa seorang hamba pasti memiliki banyak kekurangan dalam ibadahnya. Beliau sering membaca:

“Astaghfirullah wa atuubu ilaih” (Aku memohon ampun kepada Allah dan bertaubat kepada-Nya).

Allah berfirman dalam Al-Qur’an:

“Dan orang-orang yang selalu memohon ampunan di waktu sahur.” (QS. Ali ‘Imran: 17)

Ayat ini menunjukkan bahwa waktu sahur, terutama di malam-malam terakhir Ramadhan, adalah saat terbaik untuk memohon ampunan kepada Allah.

Baca Juga :   Istiqamah dalam Ibadah, Teladan dari Imam Malik bin Anas

Ciri Orang yang Mendapatkan Keberkahan Ramadhan

Menurut Al-Hasan Al-Bashri, salah satu tanda diterimanya ibadah Ramadhan adalah timbulnya perubahan dalam diri seseorang. Jika setelah Ramadhan seseorang tetap rajin shalat malam, menjaga lisan, dan memperbanyak amal saleh, itu tanda bahwa Allah menerima puasanya. Beliau berkata:

“Balasan bagi amal saleh adalah munculnya keinginan untuk melakukan amal saleh berikutnya.” (Az-Zuhd, Ibnul Mubarak, 1/112)

Oleh karena itu, seorang mukmin hendaknya tidak hanya beribadah dengan semangat di bulan Ramadhan, tetapi juga melanjutkan kebaikan itu di luar Ramadhan.

Jangan Biarkan Ramadhan Berlalu Tanpa Perubahan

Hari ke-29 Ramadhan bisa menjadi malam terakhir yang penuh keberkahan. Imam Al-Hasan Al-Bashri mengajarkan kepada kita bahwa takut amal tidak diterima bukan berarti berputus asa, melainkan memotivasi diri untuk terus beribadah dengan ikhlas. Oleh karena itu, di malam-malam ini, hendaknya kita memperbanyak doa, istighfar, dan memohon kepada Allah agar menerima amal ibadah kita.

Semoga kita termasuk golongan yang mendapatkan ampunan dan keberkahan di bulan Ramadhan. Aamiin. 

Penulis : Syafik

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *