damarinfo.com – Di balik hiruk-pikuk kehidupan sehari-hari, ada cerita tentang mereka yang bekerja keras untuk menjaga rumah tangga tetap rapi dan nyaman: para asisten rumah tangga (ART). Badan Pusat Statistik (BPS) baru saja merilis data upah ART di 150 kabupaten/kota di Indonesia untuk tahun 2024. Angka-angka ini bukan sekadar statistik, melainkan cerminan kehidupan, harapan, dan tantangan yang dihadapi pekerja informal di berbagai penjuru negeri. Mari kita jelajahi cerita ini, mulai dari skala nasional, meluncur ke Jawa Timur, hingga mendarat di Kabupaten Bojonegoro.
Indonesia: Jurang Kesenjangan yang Dalam
Bayangkan sebuah negeri luas dengan ribuan pulau, di mana upah ART bisa berbeda seperti langit dan bumi. Data BPS 2024 mengungkapkan rata-rata upah ART nasional berada di angka Rp 1.098.821 per bulan. Tapi, ceritanya tak sesederhana itu. Di ujung barat Papua, tepatnya di Manokwari, seorang ART bisa membawa pulang Rp 2.019.980 setiap bulan—sebuah angka yang membuat banyak orang takjub. Sementara itu, jauh di Kabupaten Kerinci, Jambi, upah ART hanya Rp 244.005 per bulan, tak sampai seperdelapan dari yang diterima rekan mereka di Manokwari.
Kota-kota besar seperti DKI Jakarta dengan Rp 1.909.068, Kota Batam Rp 1.946.351, dan Kota Denpasar Rp 1.926.948 menjadi magnet bagi ART, dengan upah yang mencerminkan biaya hidup tinggi dan permintaan besar. Namun, di daerah pedesaan seperti Kabupaten Aceh Tengah yang hanya Rp 480.765, cerita ART adalah perjuangan untuk memenuhi kebutuhan dasar. Ada juga pola menarik: menjelang akhir tahun, banyak daerah mencatat kesenjangan upah. Mungkin karena musim libur Natal dan Tahun Baru, saat permintaan ART melonjak—sebuah harapan kecil di penghujung tahun.
Jawa Timur: Surabaya dan Malang Jadi Idola
Meluncur ke Pulau Jawa, kita tiba di Provinsi Jawa Timur, di mana cerita upah ART tak kalah menarik. Di sini, Surabaya berdiri gagah sebagai juara dengan upah ART Rp 1.599.691 per bulan, diikuti oleh Malang dengan Rp 1.541.403. Kedua kota ini seperti oase bagi ART, dengan gaji yang lebih tinggi berkat statusnya sebagai pusat ekonomi dan urbanisasi. Jember dan Kabupaten Gresik tak ketinggalan, masing-masing dengan Rp 1.486.860 dan Rp 1.476.732, menunjukkan bahwa daerah sekitar kota besar juga menawarkan peluang.
Namun, ceritanya berbeda di ujung lain daftar. Sumenep, dengan upah hanya Rp 550.738, dan Banyuwangi Rp 798.328, menggambarkan tantangan di wilayah yang lebih terpencil. Di Jawa Timur, ART di kota besar mungkin tersenyum lebar, tapi rekan mereka di daerah pedesaan masih harus berjuang lebih keras. Berikut daftar lengkap 10 kabupaten/kota dengan upah ART tertinggi di Jawa Timur:
No |
Kabupaten/Kota |
Rata-Rata Upah (Rp/Bulan) |
---|---|---|
1 |
Surabaya |
1.599.691 |
2 |
Malang |
1.541.403 |
3 |
Jember |
1.486.860 |
4 |
Kab. Gresik |
1.476.732 |
5 |
Kota Kediri |
1.267.203 |
6 |
Kota Probolinggo |
1.070.934 |
7 |
Bojonegoro |
927.827 |
8 |
Kota Madiun |
927.632 |
9 |
Banyuwangi |
798.328 |
10 |
Sumenep |
550.738 |
Bojonegoro: Stabil, Tapi Masih Jauh dari Cukup
Kita akhirnya tiba di Kabupaten Bojonegoro, sebuah daerah di Jawa Timur yang dikenal dengan kekayaan minyaknya di Blok Cepu. Di sini, rata-rata upah ART pada 2024 adalah Rp 927.827 per bulan, menempatkannya di posisi ke-7 di Jawa Timur. Sepanjang tahun, upah ini cukup stabil: dari Januari hingga Agustus, ART menerima Rp 924.376, lalu naik sedikit menjadi Rp 934.729 mulai September hingga Desember. Kenaikan kecil sebesar 1,1% ini mungkin seperti angin sepoi-sepoi di tengah musim libur akhir tahun, saat permintaan ART meningkat.
Namun, ada sisi lain dari cerita ini. Jika dibandingkan dengan UMK Bojonegoro 2024 yang mencapai Rp 2.371.016, upah ART hanya 39,1% dari UMK. Bayangkan, dengan gaji ini, seorang ART harus berjuang memenuhi kebutuhan hidup, terutama ketika rata-rata pengeluaran per capita di Jawa Timur pada 2023 sudah mencapai Rp 1.323.486 per bulan. Bojonegoro mungkin kaya akan sumber daya alam, tetapi ART di sini tampaknya belum merasakan manfaatnya secara langsung. Kesenjangan upah ini juga bisa mendorong mereka untuk melirik kota seperti Surabaya atau Malang, tempat gaji lebih menggiurkan.
Harapan di Tengah Tantangan
Cerita upah ART ini seperti cermin yang memantulkan realitas pekerja informal di Indonesia. Ada kesenjangan upah besar antara daerah perkotaan dan pedesaan, antara Manokwari yang fantastis dan Kerinci yang memprihatinkan. Di Bojonegoro, upah ART yang stabil tapi rendah menjadi pengingat bahwa masih banyak yang harus dilakukan untuk memastikan kesejahteraan ART.
Apa yang bisa dilakukan? Pemerintah daerah bisa mulai dengan menetapkan standar upah minimum untuk ART, misalnya sebagai persentase dari UMK, agar mereka bisa hidup lebih layak. Program pelatihan keterampilan juga bisa menjadi jalan, membantu ART meningkatkan kemampuan sehingga daya tawar mereka lebih kuat. Dan tentu saja, pemantauan upah ART musiman—terutama menjelang akhir tahun—bisa mencegah eksploitasi di saat permintaan melonjak.
Di balik angka-angka ini, ada kisah nyata tentang perjuangan dan harapan. Para ART adalah tulang punggung banyak keluarga, dan sudah saatnya mereka mendapatkan perhatian lebih—bukan hanya di Bojonegoro, tapi di seluruh Indonesia. Bagaimana menurut Anda? Apa langkah berikutnya untuk memastikan mereka tersenyum lebih lebar?
Penulis : Syafik
Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS) RI