damarinfo.com – Di sebuah pagi yang cerah di Bojonegoro, suara lembut Wakil Bupati Nurul Azizah mengalir melalui gelombang Radio Istana 95 FM. Dalam program Kopi Pagi pada 10 Mei 2025, ia berbagi cerita tentang sebuah langkah besar yang diambil Pemerintah Kabupaten Bojonegoro untuk merangkul warga miskin dan pekerja rentan. Bukan sekadar kebijakan, tetapi sebuah janji untuk menjaga mereka yang sering terlupakan, terutama saat duka mengetuk pintu.
Transformasi Santunan Duka
Bayangkan sebuah keluarga sederhana, hidup dari keringat sehari-hari, tiba-tiba kehilangan tulang punggung mereka. Di masa lalu, santunan duka sebesar Rp3 juta mungkin bisa meringankan beban sesaat. Namun, Pemkab Bojonegoro ingin memberikan lebih—harapan yang lebih nyata, kepastian yang lebih kokoh.
Dengan anggaran Rp35 miliar pada 2025, mereka mengubah mekanisme santunan duka (sanduk) menjadi bagian dari jaminan kematian BPJS Ketenagakerjaan. Kini, keluarga yang ditinggalkan tak hanya menerima Rp42 juta, tetapi juga beasiswa pendidikan hingga perguruan tinggi untuk dua anak mereka. Ini bukan sekadar angka, melainkan jembatan menuju masa depan yang lebih cerah, sebuah upaya memutus rantai kemiskinan.
Penyempurnaan Kebijakan Berbasis Regulasi
“Program ini bukan dihapus, tapi disempurnakan,” ujar Nurul dengan nada mantap.
Ia menjelaskan bahwa perubahan ini selaras dengan regulasi nasional, seperti Instruksi Presiden Nomor 2 Tahun 2021 dan Permendagri Nomor 77 Tahun 2020. Anggaran santunan duka yang dulu tercatat sebagai Belanja Tidak Terduga (BTT) kini dialihkan ke BPJS Ketenagakerjaan, memastikan perlindungan sosial yang lebih terstruktur bagi warga miskin dan pekerja rentan seperti marbot, modin, guru ngaji, hingga ketua RT/RW.
Transparansi dan Keterlibatan Masyarakat
Langkah ini bukan tanpa tantangan. Banyak warga bertanya-tanya tentang mekanisme baru ini, dan Nurul menjawab dengan penuh semangat. Untuk memastikan ketepatan sasaran, Pemkab akan mempublikasikan Data Mandiri Masyarakat Miskin Daerah (Damisda) di tempat-tempat strategis.
Bahkan, stiker kategori miskin akan dipasang sebagai bentuk transparansi, mengundang masyarakat untuk ikut mengawal agar bantuan sampai ke tangan yang benar-benar membutuhkan.
“Kami ingin warga tahu, ini untuk mereka, dan mereka punya hak untuk memastikan keadilan,” tambahnya.
Dampak Nyata Program
Hingga April 2025, keberhasilan program ini sudah terlihat. BPJS Ketenagakerjaan telah mencairkan klaim jaminan kematian senilai Rp5,8 miliar untuk 139 jiwa, menjangkau 157.039 penerima manfaat, termasuk 54.000 keluarga miskin.
Angka-angka ini bukan sekadar statistik, tetapi cerminan dari keluarga-keluarga yang kini punya harapan baru. Teguh Prihandono, Inspektur Inspektorat Kabupaten Bojonegoro, menambahkan bahwa santunan duka kini lebih fokus pada keadaan darurat seperti bencana, sementara jaminan kematian umum sepenuhnya dikelola melalui BPJS Ketenagakerjaan.
Visi Menuju Masa Depan
Di balik semua ini, ada visi yang lebih besar: membangun jaring pengaman sosial yang tak hanya responsif, tetapi juga visioner. Dengan melibatkan masyarakat sebagai pengawas data dan menjamin pendidikan anak-anak yang ditinggalkan, Bojonegoro tak hanya menawarkan bantuan, tetapi juga masa depan.
Seperti yang dikatakan Wabup Nurul, “Ini tentang memberi kepastian, tentang memastikan bahwa tak ada yang tertinggal.”
Cara Mengajukan Klaim Jaminan Kematian BPJS Ketenagakerjaan
Bagi keluarga yang ingin mengajukan klaim, berikut langkah-langkahnya:
-
Siapkan Kartu Peserta BPJS Ketenagakerjaan.
-
Sertakan fotokopi KTP peserta dan ahli waris (tunjukkan aslinya).
-
Lampirkan fotokopi Kartu Keluarga (tunjukkan aslinya).
-
Dapatkan surat keterangan kematian dari pejabat berwenang.
-
Sediakan surat keterangan ahli waris yang sah.
-
Jika ahli waris adalah pasangan resmi, lampirkan buku nikah.
Cerita Baru untuk Bojonegoro
Langkah kecil ini membuka pintu menuju bantuan yang bisa mengubah hidup. Di Bojonegoro, kebijakan ini bukan hanya tentang angka atau regulasi, tetapi tentang hati yang ingin merangkul, tentang tangan yang ingin mengangkat. Di setiap keluarga yang tersenuh, ada cerita baru yang mulai ditulis—cerita tentang harapan, keadilan, dan masa depan yang lebih baik.
Editor : Syafik
Sumber : Bojonegorokab.go.id