damarinfo.com – Ketimpangan bukan cuma soal angka. Ia adalah cerita senyap di balik dua piring makan yang isinya tak sama. Lewat indikator Rasio Gini, kita bisa mengintip seberapa besar jurang antara si kaya dan si miskin di Jawa Timur. Nah, dari data BPS terbaru, mari kita buka lembar demi lembar ceritanya.
Apa Itu Rasio Gini?
Sebelum menyelam lebih dalam, kita perlu memahami dulu: Rasio Gini adalah ukuran ketimpangan distribusi pendapatan. Angkanya berkisar antara 0 sampai 1. Semakin mendekati 0, berarti distribusi pendapatan semakin merata. Sebaliknya, makin mendekati 1, ketimpangan makin tajam—seperti pisau yang baru diasah.
Jawa Timur: Antara Pertumbuhan dan Ketimpangan
Sepanjang 2022 hingga 2024, Rasio Gini Jawa Timur mengalami perubahan:
- 2022: 0,371
- 2023: 0,387
- 2024: 0,372
Meskipun terjadi sedikit penurunan pada 2024, angka tersebut tetap menunjukkan bahwa ketimpangan belum benar-benar membaik. Dengan kata lain, pertumbuhan ekonomi belum berjalan seiring dengan pemerataan pendapatan.
Di Mana Bojonegoro Berdiri?
Dari 38 kabupaten/kota di Jawa Timur, Bojonegoro menunjukkan tren kenaikan Rasio Gini yang patut diperhatikan:
- 2022: 0,280
- 2023: 0,283
- 2024: 0,310
Angka ini menempatkan Bojonegoro dari zona relatif merata ke zona ketimpangan menengah. Dengan kata lain, jurang ekonomi antarwarga makin terbuka lebar.
Apa yang Terjadi di Bojonegoro?
Beberapa hal bisa menjelaskan mengapa ketimpangan di Bojonegoro meningkat:
- Pertumbuhan industri migas belum sepenuhnya berdampak merata ke masyarakat.
- Pusat-pusat ekonomi baru tumbuh pesat, tapi belum menyerap banyak warga sekitar.
- Pendidikan dan pekerjaan masih belum tersebar secara adil antara kota dan desa.
Akibatnya, ketimpangan pendapatan semakin terasa, meskipun secara kasat mata ekonomi tampak bergerak maju.
Bojonegoro Dibandingkan Daerah Lain
Untuk memahami posisi Bojonegoro, mari kita bandingkan dengan daerah lain:
- Paling merata di 2024:
- Sampang (0,233)
- Nganjuk dan Ngawi (0,289)
- Paling timpang di 2024:
- Kota Madiun (0,435)
- Kota Malang (0,422)
- Bojonegoro: 0,310 → masuk zona kuning
Artinya, Bojonegoro masih punya waktu untuk mencegah ketimpangan tumbuh lebih dalam.
Apa yang Bisa Dilakukan?
Bojonegoro perlu mengambil langkah-langkah konkret agar ketimpangan tak terus melebar:
- Mendorong UMKM dan ekonomi lokal agar manfaat ekonomi menyentuh lebih banyak warga.
- Pemerataan akses pendidikan dan pelatihan kerja untuk menciptakan peluang setara.
- Pengelolaan dana migas yang transparan dan inklusif.
- Menguatkan ekonomi desa, bukan hanya menggantungkan pertumbuhan pada pusat kota.
Bojonegoro Masih Punya Harapan
Meski Rasio Gini menunjukkan kenaikan, Bojonegoro belum terlambat untuk berbenah. Kabupaten ini memiliki banyak potensi: sumber daya alam, pertanian, dan tenaga kerja yang melimpah. Namun, yang dibutuhkan adalah distribusi hasil pembangunan yang adil.
Ingat, ketimpangan bukanlah takdir. Kita bisa mempersempit jurang ini melalui kebijakan yang berpihak pada masyarakat kecil dan program yang menyentuh akar masalah.
Bojonegoro sedang menghadapi ujian penting. Data dari BPS mengingatkan kita bahwa pertumbuhan ekonomi tak boleh hanya dinikmati segelintir orang. Sekarang saatnya memastikan setiap piring makan berisi adil, tanpa kecuali.
Penulis : Syafik
Sumber data : Indikator Makro Sosial Ekonomi Jawa Timur Triwulan I 2025 – BPS Jawa Timur