Pendidikan dan Kemiskinan: Dua Jejak yang Bertaut di Bojonegoro
Di tengah geliat ekonomi pedesaan dan hiruk-pikuk kota minyak, data terbaru menyingkap sisi lain dari Bojonegoro — sebuah kabupaten yang tengah menapaki jalan panjang keluar dari kemiskinan. Di balik angka dan tabel, terbentang satu benang merah: semakin tinggi pendidikan kepala keluarga, semakin rendah tingkat kemiskinan rumah tangga di wilayah itu.
Berdasarkan data BKKBN dan Damisda 2025, Kabupaten Bojonegoro memiliki 410.013 kepala keluarga, dengan 50.892 di antaranya tergolong rumah tangga miskin (RTM). Secara keseluruhan, angka kemiskinan berbasis rumah tangga di Bojonegoro mencapai 10,8 persen. Namun jika peta itu diperinci hingga tingkat kecamatan, tampak variasi yang lebar antara satu wilayah dan wilayah lain.
Jejak Angka: Dari Pusat Kota hingga Lereng Selatan
Kecamatan Bojonegoro (kota) tampil menonjol. Dari total kepala keluarga di wilayah ini, 20,47 persen merupakan lulusan perguruan tinggi — proporsi tertinggi di seluruh kabupaten. Di sisi lain, hanya 4,4 persen dari total rumah tangga di kecamatan ini yang tercatat sebagai RTM, angka terendah di Bojonegoro.
Pola yang serupa juga tampak di kecamatan penyangga seperti Kapas (8,11% PT; 6,5% RTM) dan Baureno (5,72% PT; 6,6% RTM). Ketiganya membentuk gugus kawasan dengan tingkat pendidikan relatif tinggi dan kemiskinan rendah — sebuah lanskap sosial yang berbeda dari kecamatan pedalaman selatan dan barat.
Sebaliknya, Ngambon berada di ujung lain dari peta. Di wilayah perbukitan ini, hanya 3,9 persen kepala keluarga yang berpendidikan perguruan tinggi, sementara 24,2 persen rumah tangganya masuk kategori miskin — tertinggi di kabupaten. Pola serupa juga terlihat di Bubulan (19,0% RTM; 3,12% PT), Ngasem (18,9% RTM; 2,97% PT), dan Tambakrejo (17,6% RTM; 2,37% PT).
Dari data ini, terbaca jelas dua kutub: wilayah dengan proporsi pendidikan tinggi besar cenderung memiliki tingkat kemiskinan rendah, sementara wilayah dengan pendidikan rendah memiliki kemiskinan lebih tinggi.
Tiga Klaster Bojonegoro: Kota, Tengah, dan Rawan
Jika data seluruh kecamatan dikelompokkan, tampak tiga klaster besar.
Pertama, klaster urban dan penyangga — terdiri dari Bojonegoro kota, Kapas, Baureno, dan Kalitidu. Di sini, pendidikan kepala keluarga relatif tinggi (5–20 persen lulusan PT), dan kemiskinan rendah (4–7 persen RTM).
Kedua, klaster menengah, seperti Dander, Sumberejo, Kedungadem, dan Padangan, mencatat proporsi PT sekitar 3–7 persen dengan kemiskinan 6–14 persen.
Ketiga, klaster rawan, mencakup kecamatan seperti Ngambon, Bubulan, Ngasem, Gondang, Tambakrejo, Sekar, dan Margomulyo. Proporsi kepala keluarga berpendidikan PT di wilayah ini umumnya di bawah 4 persen, sedangkan tingkat kemiskinan melampaui 17 persen.
Korelasi Data: Ketika Sekolah Menyisakan Jejak
Analisis statistik sederhana menunjukkan bahwa korelasi antara persentase kepala keluarga lulusan perguruan tinggi dan tingkat kemiskinan per kecamatan mencapai -0,53. Angka negatif ini menandakan hubungan berbanding terbalik: semakin tinggi tingkat pendidikan, semakin rendah kemiskinan — setidaknya dalam skala rumah tangga.
Hubungan ini tentu tidak menjelaskan semua hal, tetapi cukup kuat untuk terlihat secara konsisten di seluruh kecamatan Bojonegoro. Di satu sisi, Kecamatan Bojonegoro mencatat pendidikan tinggi dan kemiskinan rendah; di sisi lain, Ngambon dan Bubulan menunjukkan kondisi sebaliknya.
Peta Angka: Potret Lima Tertinggi dan Terendah
Tabel 1 — Lima Kecamatan dengan Persentase Kemiskinan Tertinggi
No | Kecamatan | RTM (%) | PT (%) |
---|---|---|---|
1 | Ngambon | 24,2 | 3,90 |
2 | Bubulan | 19,0 | 3,12 |
3 | Ngasem | 18,9 | 2,97 |
4 | Gondang | 17,7 | 1,88 |
5 | Tambakrejo | 17,6 | 2,37 |
Tabel 2 — Lima Kecamatan dengan Persentase Kemiskinan Terendah
No | Kecamatan | RTM (%) | PT (%) |
---|---|---|---|
1 | Bojonegoro | 4,4 | 20,47 |
2 | Gayam | 5,8 | 2,66 |
3 | Kapas | 6,5 | 8,11 |
4 | Baureno | 6,6 | 5,72 |
5 | Kalitidu | 6,7 | 5,30 |
Membaca Bojonegoro dari Angka-angka
Data pendidikan dan kemiskinan Bojonegoro berbicara dalam pola yang tenang tapi tegas. Kecamatan yang memiliki lebih banyak kepala keluarga lulusan perguruan tinggi cenderung mencatat tingkat kemiskinan lebih rendah. Sebaliknya, wilayah dengan pendidikan rendah masih bergulat dengan tingkat kemiskinan yang lebih tinggi.
Tanpa perlu banyak tafsir, peta ini menunjukkan bagaimana jejak sekolah ikut menandai peta kemiskinan Bojonegoro. Ia tidak hanya bicara tentang angka, tetapi juga tentang peluang, kesenjangan, dan arah perjalanan sosial ekonomi kabupaten ini di masa depan.
Penulis : Syafik
Sumber :
- BKKBN (https://portalpk-siga.bkkbn.go.id)
- Data Mandiri Kemiskinan Daerah (Damisda) Tahun 2025 (https://damisda.bojonegorokab.go.id/)