“ Nglenyer” Bagaimana Pendapat Ahli Bahasa?

oleh 565 Dilihat
oleh
(Sandur Milenial "Bojonegoro Nglenyer" Saat Tampil di TMII Septmber 2021. Foto :Dinbudpar Bojonegoro)

Bojonegoro, damarinfo.com- Di Bojonegoro muncul kata-kata dari bahasa jawa yakni “nglenyer”, ini digunakan oleh Bupati Bojonegoro Anna Muawanah dalam kesempatan secara langsung atau dalam baliho, poster, banner baik di dunia nyata maupun di dunia maya. Bahkan Bupati Anna menciptakan lagu dengan judul “dalane wis nglenyer”.

Kata Nglenyer juga digunakan pada saat launching tim Persibo “Persibo Nglenyer Liga 2”. Juga pada saat tampilan sandur di Taman Mini Indonesia Indah (TMII), September 2021 lalu, tema yang ditampilkan adalah “Bojonegoro wis Nglenyer”

Kata nglenyer sendiri dikenal sebagai bahasa jawa dan belum diserap dalam bahasa indonesia, ini bisa dibuktikan dengan mencari kata tersebut dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) tidak akan ditemukan kata nglenyer. Dalam bahasa jawa sehari-hari masyarakat jawa, termasuk Bojonegoro “nglenyer” dapat diartikan melaju dengan nyaman.

Baca Juga :   Pelukis "perEMPUan”  Gelar Pameran di Bojonegoro

Sastrawan dan juga peneliti di Balai Bahasa Jawa Timur, Mashuri mengatakan dirinya tidak mempermasalahkan penggunaan bahasa jawa sebagai identitas dan kekhasan lokal. Mashuri mencotohkan kata “Matoh” yang juga pernah digunakan oleh Bupati Suyoto selama kepemimpinannya di Bojonegoro. “Yang penting dalam ruang publik atau dokumen resmi ditulis dengan kaidah penulisan yang benar” kata pria pengarang novel Hubbu yang mengantarkannya menjadi juara satu dalam sayembara penulisan novel Dewan Kesenian Jakarta tahun 2006 ini.

Baca Juga :   Daftar 10 Obyek Wisata di Bojonegoro yang Paling  Banyak Dikunjungi. Mana yang belum Anda Kunjungi?

Pria Kelahiran Lamongan 45 tahun silam ini menjelaskan dalam penulisan kata serapan dalam dokumen resmi atau ruang publik adalah ditulis miring atau diberi padanan kata dalam bahasa Indonesia bila dirangkai dalam susunan bahasa Indonesia yang baku.

“Adapun kekhasan bahasa lokal tersebut menunjukan kekayaan bahasa dan budaya Indonesia,” ujar Mashuri.

Penulis : Syafik

Editor : Sujatmiko