damarinfo.com – Sebuah koran berbahasa belanda bertitle Algemeen handelsblad voor Nederlandsch-Indië edisi 21-09-1928 memuat berita dengan judul “Bodjonegoro honderd jaar” (Bodjonegoro seratus tahun).
Dalam berita tersebut dituliskan “Het is wei aardig, alvorens een en ander over dit feit te vermelden, hier twee besluiten te laten volgen uit oude Staats bladen, n.1. no. 8 en 68 uit Staatsblad 1828, betrekking hebbende op de verlegging van den hoofdzetel en den naam van het regentschap”
(Ini sangat bagus, sebelum sesuatu yang lain tentang fakta ini, di sini akan disampaikan dua keputusan yakni dari Staats lama lembar, n.1. nomor 8 dan 68 dari Staatsblad 1828, berkaitan dengan pemindahan ibu kota dan nama kabupaten).
Surat keputusan pertama adalah yang diterbitkan di Buitenzorg (Bogor) pada tanggal 27 Februari 1828 oleh Komisaris Jendral Hindia Belanda berdasarkan surat dari Residen Rembang yang menyampaikan usulan dari Asisten Residen Rajekwesi tentang pemindahan ibu kota kabupaten Radjekwesi ke Kebo-Gadoong. Alasanya lokasi yang baru dekat dengan Bengawan Solo yang jauh lebih nyaman untuk perdagangan dan tempat tinggal yang lebih aman. Usulan ini disetujui oleh Letnan Gubernur Jendral tertanggal 26 nomor 326, dengan menetapkan keputusan pemindahan ibu kota radjekwesi ke Desa Kebo-Gadoong.
Selanjutnya adalah surat keputusan yang dibuat tertanggal 25 September 1828, berdasarkan usulan dari Bupati Radjekwesie untuk mengubah nama Kabupaten Radjekwesi menjadi Kabupaten Bodjonegoro, Komisaris Jendral Hindia Belanda menyetujui usulan tersebut. Selanjutnya diputuskan bahwa nama Kabupaten Radjekwesi berubah menjadi Kabupaten Bodjonegoro yang berarti Kota yang Ramah.

Dalam berita ini juga disebutkan bahwa Desa Kebo Gadoong berada di sekitar alon-alon Bodjonegoro dan dibelakang Masjid yang berada disisi barat, dibelakangya ada makam suci yang disebut Kyai “Kebo Gadong” sebagai penduduk tertua dan pertama. Makamnya sangat terawat.
Sementara lokasi yang dulu menjadi ibu kota Radjekwesi berubah namanya menjadi Ngoempak Dalem yang jaraknya empat pal (tiang, 1 pal = 1,5 km) atau 6 km selatan Bojonegoro.
Juga disebutkan bahwa Bupati Pertama Radjekswesi adalah Raden Toemenggoeng Djojonegoro yang juga memerintah selama Perang Diponegoro (1825-1830), pada saat itu seluruh kota dan Kabupaten Radjekwesi dihancurkan oleh pemberontak. Selama seratus tahun 1828-1829 telah diperintah oleh Enam Bupati..
Jadi Kabupaten Bodjonegoro berdasar Keputusan Gubernur Jendral Hindia Belanda berdiri tanggal 25-September 1828, sehingga pada tanggal 25-September-1928 berusia 100 Tahun
*Disklaimer : diterjemahkan menggunakan google translate sehingga akurasinya tidak bisa diandalkan
Penulis : Syafik
Sumber : Koran Algemeen handelsblad voor Nederlandsch-Indië edisi 21-09-1928