Damarinfo.com – Sebelum nama Bojonegoro dikenal luas seperti sekarang, kawasan ini pernah menjadi bagian dari Kadipaten Djipang. Salah satu desa yang kelak menjadi pusat pemerintahan adalah Rajekwesi. Tapi, pernahkah kita bertanya: siapa orang pertama yang membuka hutan Rajekwesi?
Jawabannya mengejutkan, karena bukan hanya ada, tapi juga tercatat dalam dokumen resmi milik kolonial Belanda. Namanya: Nalla Singa.
Jejak Nalla Singa dalam Arsip Kompeni
Dalam de Preanger-Regentschappen onder het Nederlandsch Bestuur tot 1811 (Kadipaten-kadipaten di Priangan di bawah pemerintahan Belanda hingga tahun 1811) dalam catatan kaki disebutkan bahwa pada 2 Februari 1686, seorang sersan Jawa bernama Nalla Singa mengajukan permohonan kepada pemerintahan kolonial untuk mengelola tanah yang disebut Bagar Bessie—nama lama untuk Radjekwesi yang berada di bawah kadipaten djipang.
Ia mengklaim telah lama tinggal bersama 20 orang Jawa lainnya dan mulai membuka lahan serta menggarap tanah tersebut.
Menurut arsip itu:
- Lokasi berada di wilayah Djipang.
- Luas tanahnya diperkirakan sekitar 6.720 hektare.
- Ia memiliki rumah di kedua sisi sungai, seperti dicatat dalam perjalanan tanggal 24 September 1686.

1910-1912. diunduh dari delpher.nl)
Diangkat dan Dipajaki oleh Kompeni
Permohonannya memang tidak langsung dikabulkan. Tapi delapan tahun kemudian, tepatnya pada 11 September 1704, Nalla Singa mendapatkan surat keputusan resmi dari Gubernur Jenderal Joan van Hoorn.
Dalam surat itu, ia diizinkan:
- Mengelola tanah tersebut sebagai pengawas.
- Menebang pohon untuk keperluan gula atau pertanian.
- Tapi… harus membayar sepersepuluh hasil panen dan kayu kepada Kompeni.
Bahkan, setiap kali menebang pohon, ia harus melapor, agar ada petugas Belanda yang ikut mengawasi. Ribet? Jelas. Mungkin dari sinilah benih-benih ketidakpuasan tumbuh.
Dari Babad Alas Jadi Pemberontak?
Catatan lain menyebut bahwa pada 10 Agustus 1705, Nalla Singa dikenai hukuman karena membantu pemberontakan melawan belanda di daerah Prawata (Kabupaten Pati, Jawa Tengah), yang diduga menentang otoritas kolonial. Apakah ini bentuk perlawanan karena sistem pajak dan pengawasan yang berat sebelah?
Apa pun motifnya, fakta bahwa nama Nalla Singa tercatat secara resmi dan memiliki hubungan langsung dengan pembukaan tanah Radjekwesi menjadikannya salah satu tokoh awal yang membuka jalan hadirnya Bojonegoro.
Rajekwesi Sebelum Jadi Kadipaten
Pada titik ini, Rajekwesi belum menjadi pusat pemerintahan. Tapi jejak Nalla Singa menunjukkan bahwa kawasan ini sudah dihuni, digarap, dan punya nilai strategis—bahkan sebelum perpindahan pusat pemerintahan dari Padangan ke Rajekwesi.
Kisah ini membuka sudut pandang baru dalam melihat sejarah Bojonegoro. Tak melulu soal bangsawan atau perpindahan kadipaten, tapi juga soal orang biasa yang membuka hutan, membangun rumah, dan menantang ketimpangan kolonial.
Disclaimer : “Tulisan ini perlu penelitian lebih lanjut, karena bersumber dari satu sumber dokumen belanda”
Penulis: Syafik
Sumber: de Preanger-Regentschappen onder het Nederlandsch Bestuur tot 1811, terbit tahun 1910-1912