Agustus itu Bulan Kemerdekaan ya..meski kita sedang “dijajah” oleh virus corona, namun sejarah mengajarkan kepada bangsa ini, 350 tahun dijajah bangsa asing, nyatanya kita bisa merdeka. Metodenya juga jelas untuk dapat merdeka dari covid-19 itu, patuhi protokol kesehatan dan vaksin.
Sejanak kita lupakan corona yang masih merajalela. Sekarang kita menengok dulu sejarah kemerdekaan bangsa ini, untuk belajar semangat para pahlawan dalam membebaskan bangsa ini dari belenggu penjajah.
Soal kemerdekaan ini, Kabupaten Bojonegoro mempunyai cerita unik dibanding daerah-daerah lain, pasca kemerdekaan. Bojonegoro melakukan proklamasi kemerdekaan sendiri, bukan menjadi negara tersendiri tapi tetap menjadi bagian dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Cerita berawal paska Bung Karno dan Bung Hatta memproklamirkan Kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945, waktu itu tidak banyak orang yang mendapatkan informasi soal kemerdekaan ini. Ya maklum teknologi informasi belum sepesat saat ini, hanya ada Radio Republik Indonesia (RRI). Masyarakat Bojonegoro kala itu tetap seperti biasa, tidak merasa bahwa telah terjadi peristiwa besar di negeri ini. Kondisi ini memang juga dimanfaatkan oleh Jepang agar tetap berkuasa di Bojonegoro
“Masih sedikit orang jang dapat mendengar berita tentang Proklamasi Kemerdekaan kita, karena berita ini belum lagi dapat disiarkan seluas luasnja hingga merata, sebab pada waktu itu polisi Djepang (Kenpeitai) masih menguasai keadaan.“ Seperti tertulis dalam buku Propinsi Djawa Timur, Kementrian Penerangan, tahun 1953.
Tanggal 18 Agustus 1945, beberapa orang yang berlangganan koran (tentu sangat sedikit jumlahnya) mengetahui hal itu. Dan mereka pun mengibarkan bendera “Sang Merah Putih”. Namun di kantor Pemerintah Jepang di Bojonegoro saat itu tidak mau mengibarkan bendera merah putih. Artinya Jepang tidak mau menyerahkan kekuasaanya kepada Pemerintah Indonesia di Bojonegoro
Keadaan ini meresahkan para pemuda di Bojonegoro. Berdasarkan surat dari angkatan muda di Semarang dan angkatan muda baru di Jakarta tertanggal 25 Agustus 1945, para pemuda di Bojonegoro mendirikan Angkatan Muda Bojonegoro. Lalu pada tanggal 28 Agustus 1945 terbentuklah Angkatan Muda Bojonegoro dengan Ketua Bambang Setiyawan. Organisasi inilah yang menjadi cikal bakal berdirinya Komite Nasional Indonesia (KNI). KNI terbentuk setelah Goenadi dan Boedi Soetjitro dari KNI Pusat datang ke Bojonegoro.
Komite Nasional Indonesia di Bojonegoro yang secara resmi terbentuk pada tanggal 2 September 1945 inilah yang mendorong semangat pemuda dan rakyat Bojonegoro untuk mendesak dikibarkanya Bendera Merah Putih di seluruh wilayah termasuk di Kantor Karesidenan Bojonegoro.
Atas desakan ini akhirnya di kantor karesidenan dikibarkan bendera merah putih. Tetapi rupanya residen masih ragu atau takut dengan Jepang, sehingga sang merah putih dikibarkan bergantian dengan bendera hinomaru milik Jepang atau bahkan berdampingan.

Tentu saja KNI menyesalkan tindakan Residen Bojonegoro ini. Apalagi ternyata pada tanggal 14 September 1945 Pemerintahan Militer Jepang (Gunseikanbu) di Bojonegoro menyampaikan pidato yang bertentangan dengan proklamasi kemerdekaan di Jakarta. Pidato ini disampaikan kepada Bupati tiga wilayah kabupaten di bawah Karesiden Bojonegoro. Yakni Bojonegoro, Tuban dan Lamongan. Setelah mendengar pidato ini para bupati kembali mengibarkan bendera Jepang Hinomaru, dan tidak terlihat lagi bendera merah putih berkibar di kantor-kantor pemerintahan.
Melihat kejadian ini rakyat pun semakin marah, khususnya para pemuda dan mendesak kepada KNI untuk segera mengambil tindakan. Tanggal 22 September 1945, KNI dari tiga kabupaten pun rapat dengan keputusan, “ Tidak Pertjaya kepada Pimpinan Karesidenan dan agar supaja kepala daerah dipetjat.” Lalu disampaikan mosi kepada Syuutyo-kan untuk mencabut pidatonya di tiga daerah dan memproklamirkan Bojonegoro sebagai daerah karesidenan bagian dari NKRI.
Tanggal 23 September 1945 mosi tersebut disampaikan kepada Kepala Daerah Bojonegoro oleh KNI Bojonegoro. Atas kuatnya desakan tersebut akhirnya kepala daerah menyanggupinya.
Esok harinya tanggal 24 Septemer 1945, diadakan rapat raksasa di Alun-alun Bojonegoro oleh KNI. Dan pada pukul 08.00 WIB, para pemuda menjemput residen untuk memproklamirkan kemerdekaan di Bojonegoro. Bunyi proklamasi kemerdekaan di Bojonegoro adalah sebagai berikut.
PROKLAMASI .
Berdasarkan Proklamasi Indonesia – Merdeka oleh P.J.M. Soekarno dan P.J.M. Hatta , Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945 , maka kami atas nama seluruh Rakjat Daerah Karesidenan Bodjonegoro dari segala lapisan, pada hari ini: Senen Wage 24 September 1945 meresmikan pernjataan telah berdirinja Pemerintah Republik Indonesia Daerah Karesidenan Bodjonegoro, dan terus menga dakan tindakan – tindakan seperlunja.
Bodjonegoro , 24 September 1945.
R.M.T.A. Soerjo.
penulis : Syafik
Editor : Sujatmiko
Sumber : Buku Republik Indonesia, Propinsi Djawa Timur, Kementrian Penerangan Tahun 1953, Library of Michigan University.