damarinfo.com – Malam ke-27 Ramadhan adalah salah satu malam yang diyakini memiliki kemungkinan besar sebagai Lailatul Qadar. Malam yang lebih baik dari seribu bulan ini merupakan anugerah bagi umat Islam untuk meraih pahala yang berlipat ganda. Allah ﷻ berfirman:
“Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Qur’an) pada malam kemuliaan. Dan tahukah kamu apa malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan.” (QS. Al-Qadr: 1-3). Oleh karena itu, kaum muslimin dianjurkan untuk menghidupkan malam ini dengan berbagai amalan ibadah.
Imam Sufyan Ats-Tsauri rahimahullah, salah satu ulama besar dari generasi tabi’ut tabi’in, memberikan teladan dalam menghidupkan malam Lailatul Qadar. Beliau menghabiskan malam ini dengan shalat, membaca Al-Qur’an, berzikir, dan berdoa dengan penuh harap kepada Allah ﷻ. Bahkan, beliau pernah berkata, “Barang siapa yang ingin mendapatkan Lailatul Qadar, hendaknya ia bersungguh-sungguh dalam beribadah pada malam ke-27.”
Di malam-malam terakhir Ramadhan, Imam Sufyan semakin memperbanyak doa, terutama doa yang diajarkan oleh Rasulullah ﷺ:
“Allahumma innaka ‘afuwwun tuhibbul ‘afwa fa’fu ‘anni” (Ya Allah, sesungguhnya Engkau Maha Pengampun, mencintai keampunan, maka ampunilah aku).” (HR. Tirmidzi). Doa ini menjadi wasilah bagi seorang hamba untuk mendapatkan pengampunan dari Allah ﷻ di malam yang penuh berkah ini.
Selain beribadah, Imam Sufyan juga senantiasa mengajak orang-orang di sekitarnya untuk tidak melewatkan kesempatan emas ini. Beliau mengingatkan bahwa tanda seseorang mendapatkan Lailatul Qadar bukanlah mimpi atau kejadian luar biasa, melainkan ketenangan hati dan kekhusyukan dalam ibadah yang semakin meningkat. Sebagaimana Rasulullah ﷺ bersabda: “Barang siapa yang beribadah pada malam Lailatul Qadar dengan iman dan penuh harapan akan pahala, maka diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Keutamaan Lailatul Qadar tidak hanya dalam ibadah individu, tetapi juga dalam berbagi kepada sesama. Imam Sufyan dikenal sebagai sosok yang dermawan, terutama pada hari-hari terakhir Ramadhan. Beliau menyisihkan hartanya untuk memberi makan fakir miskin, sebagaimana sabda Nabi ﷺ: “Barang siapa yang memberi makan orang yang berpuasa, baginya pahala seperti orang yang berpuasa itu, tanpa mengurangi pahala orang yang berpuasa sedikit pun.” (HR. Tirmidzi).
Malam ke-27 adalah malam yang tidak boleh dilewatkan begitu saja. Mengikuti jejak para ulama tabi’ut tabi’in, seorang muslim hendaknya memaksimalkan ibadahnya dengan harapan memperoleh keberkahan dan pengampunan dari Allah ﷻ. Hendaknya kita tidak hanya mencari tanda-tanda Lailatul Qadar, tetapi lebih dari itu, berusaha untuk menghidupkan malam ini dengan penuh ketakwaan.
Semoga kita termasuk hamba yang mendapatkan rahmat dan ampunan Allah ﷻ di malam kemuliaan ini. Aamiin.
Penulis : Syafik