Sebuah Peristiwa di Pasanggrahan Klino
Pada pagi yang teduh, 8 Agustus 1935, para pejabat dan warga Bojonegoro berkumpul di Pasanggrahan Klino. Mereka datang bukan sekadar menghadiri upacara; mereka menyaksikan sejarah. C. Beets, opperhoutvester Nganjuk, meresmikan jalur baru Bojonegoro–Nganjuk. Sejak itu, roda mobilitas selatan mulai berputar lebih cepat.
Jalan yang Lama Dinanti
Sejak awal 1930-an, pengelola hutan di Bojonegoro dan Nganjuk membuka akses setapak demi setapak. Pada 1932, jarak yang belum tersambung tinggal sekitar 10 kilometer. Setahun kemudian, pemerintah mengucurkan 14.000 gulden untuk werkverschaffing (padat karya) akibat oogstmislukking (gagal panen).
Dana itu mendorong pekerjaan dari dua arah sekaligus; akhir 1933, jalur hampir menyatu. Namun, krisis 1934 menghambat kelanjutan. Untungnya, Regentschapsraad (Dewan Kabupaten) Bojonegoro dan Nganjuk turun tangan, sehingga pada 1935 jalur ini benar-benar tersambung.
Suara dari Para Pejabat
Di barisan depan hadir RAA Koesoemo Adinegoro (Regent/Bupati Bojonegoro 1935), para ass.-resident (asisten residen) dari Bojonegoro dan Kediri, serta pejabat kehutanan dari dua wilayah. Mereka bukan sekadar hadir; mereka mendorong dan membiayai. Karena itu, pembukaan jalan ini bukan hanya proyek teknis—ini buah kolaborasi antara Boschwezen (Dinas Kehutanan) dan pemerintah kabupaten.
C. Beets menegaskan arti kehadiran para pejabat dan undangan:
“Uw aanwezigheid alhier is een bewijs voor de belangstelling in ons werk en wordt zeer op prijs gesteld.”
(Kehadiran Anda di sini membuktikan perhatian terhadap pekerjaan kami, dan kami sangat menghargainya)
RAA Koesoemo Adinegoro menyuarakan harapannya yang lama:
“De totstandkoming van een wegverbinding Bodjonegoro–Ngandjoek is al vele jaren een mijner hartewenschen geweest.”
(Terwujudnya jalan penghubung Bojonegoro–Nganjuk sudah lama menjadi harapan terbesar saya)
Ia lalu menatap masa depan:
“Ik hoop dat deze weg een modelweg zal worden, zoals de weg Ngawi–Padangan.”
(Saya berharap jalan ini menjadi jalan percontohan, seperti Ngawi–Padangan)
Suasana Peresmian
Sesudah peresmian, para tamu menjelajah rimbunnya hutan sekitar Klino. Sebagian menonton wayang orang; yang lain berbincang sambil menikmati jamuan. Singkatnya, hari itu bukan hanya membuka jalan, melainkan membuka harapan—khususnya konektivitas Bojonegoro ke wilayah selatan.
Jejak Sejarah
Jalan Bojonegoro–Nganjuk mulai dibuka pada 8 Agustus 1935. Sejak momen itu, arus barang, layanan, dan orang mengalir lebih lancar. Pada akhirnya, jalur ini menjadi simbol bahwa kerja sama lintas lembaga dapat mengatasi krisis dan menghubungkan wilayah yang lama terpisah.
Penulis : Syafik
Sumber : Koran De Locomotief edisi 8-8-1935

 
													



