Damarinfo.com – Gerakan Samin atau disebut Saminisme mendapatkan perhatian khusus dari Pemerintah Kolonial Belanda waktu itu. Seperti yang dilakukan oleh Kolonial Belanda kepada para pejuang kemerdekaan yakni dengan mengasingkan ke daerah lain, pun juga terhadap Samin Soerosentiko, pemimpin gerakan samin di daerah Blora.
Dikutip dari buku “verslag Betreffende het onderzoek in zake de Saminbeweging” diterbitkan di Batavia oleh Percetakan Landrukkerij tahun 1918, disebutkan berdasar Keputusan Pemerintah tanggal 21 Desember 1907, Samin Soerosentiko dan 8 Saminist lainnya diasingkan ke Padang, Benkoulen (Bengkulu ) dan Menado. yakni :
- Soerontiko alias Samin, 48 tahun, petani, dari dusun Plosowètan der dessa Kedirn (Kabupaten Randoeblatoeng);
- Singotirto alias Saridjan, 37 tahun, petani, dari dusun Tandooran der dessa Kemantrèn (Kabupaten Panolan);
- Kartogolo alias Sakidin, 50 tahun, petani, dari dusun Kedjiwan der dessa Klagèn (Kabupaten Panolan);
- Ronodikromo alias Randi, 32 tahun, petani, dari desa Gondel (Kabupaten Panolan);
- Soredjo alias Sakidin, 38 tahun, petani, dari dusun Ngrawoet der dessa Plosoredjo (Kabupaten Randoeblatoeng);
- Soerjani alias Sarpan, 45 tahun, petani, dari dusun Ngloempang der dessa Gembijoengan (Kabupaten Randoeblatoeng);
- Soerowirjo alias Saroe, 32 tahun, petani, dari desa Medanlem (Kecamatan Randoeblatoeng);
- Tokromo alias Sagiman, 55 tahun, petani, dari dusun Tandooran der dessa Kemantrèn (Kabupaten Panolan);
- Towikrtomo alias Sakidin, 40 Tahun, petani, kamituwa dari Dusun Tengklik der dessa Kedirèn (Kabupaten Randoeblatoeng).

Dari sembilan orang yang diasingkan tersebut, lima diantaranya diasingkan bersama Samin di Padang Sumatra Utara yakni Kartogolo, Romodikromo, Soerjani, Soerejo dan Singotirto. Samin Soerosentiko meninggal dunia di lokasi pengasingan pada tanggal 2 September 1914.
Sementara itu lima orang kawanya yakni Kartogolo, Ronodikromo, Soredjo, Soerjani dan Towikromo mengajukan permintaan untuk kembali ke asalnya masing-masing namun ditolak oleh Pemerintah Belanda (Besl. van 16 November 1914 No. 43 en 1 Juni 1917 No. 28).

Namun penangkapan Samin Soerosentiko semakin memperkuat semangat para pengikut Samin di daerah asalnya, Blora. Salah satunya soerohidin menantu dari Samin Soerosentiko, yang semakin gencar mengembangkan ajaran samin di wilayah Blora. Juga ada Pak Karsiah alias Kowidjojo (Kojo) dari dessa Karangwono (Kecamatan Tambakromo,Kajen, Pati ) adalah Saminists (penganut samin) dari daerah Berukudon (Grobogan, saat ini) juga semakin gencar melakukan penyebaran ajaran samin dengan gerakan perlawanan pasif pada pemerintah Kolonial.
Penulis : Syafik