Bojonegoro, damarinfo.com – Daya beli masyarakat merupakan salah satu indikator penting dalam menilai kesejahteraan ekonomi suatu daerah. Berdasarkan data terbaru, pengeluaran per kapita masyarakat Bojonegoro masih lebih rendah dibandingkan rata-rata Jawa Timur, yang menunjukkan adanya tantangan besar dalam peningkatan kesejahteraan ekonomi.
Bojonegoro vs Kota dan Kabupaten Lain di Jawa Timur
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), pengeluaran per kapita masyarakat Bojonegoro pada tahun 2024 mencapai Rp 1.116.149 per bulan, sementara rata-rata Jawa Timur mencapai Rp 1.356.943. Jika dibandingkan dengan kota-kota besar dan kabupaten di sekitarnya, posisi Bojonegoro masih berada di tingkat menengah-bawah:
Perbandingan Pengeluaran Per Kapita (2024):
Kabupaten/Kota | Pengeluaran Total (Rp) |
Surabaya | 2.002.456 |
Batu | 1.735.817 |
Malang (Kota) | 1.954.957 |
Lamongan | 1.314.533 |
Tuban | 1.261.286 |
Ngawi | 1.212.767 |
Nganjuk | 1.185.016 |
Bojonegoro | 1.116.149 |
Sampang | 841.069 |
Dari data ini, terlihat bahwa daya beli masyarakat Bojonegoro masih lebih rendah dibandingkan dengan Lamongan, Tuban, dan bahkan Ngawi. Sementara itu, kota-kota besar seperti Surabaya, Batu, dan Malang memiliki daya beli yang jauh lebih tinggi, menunjukkan adanya kesenjangan ekonomi yang cukup signifikan.
Struktur Pengeluaran: Lebih Banyak untuk Kebutuhan Pokok
Selain jumlah pengeluaran total, struktur pengeluaran juga mencerminkan pola konsumsi masyarakat. Di Bojonegoro:
- 53,6% pengeluaran masih digunakan untuk kebutuhan makanan (Rp 598.570)
- 46,4% dialokasikan untuk kebutuhan non-makanan (Rp 517.579)
Sebagai perbandingan, di Surabaya dan Malang, pengeluaran non-makanan lebih dominan, menunjukkan bahwa masyarakat di kota-kota besar memiliki lebih banyak alokasi dana untuk pendidikan, transportasi, hiburan, dan sektor produktif lainnya.
Perlu Upaya Nyata untuk Meningkatkan Daya Beli
Bojonegoro memiliki potensi besar untuk meningkatkan daya beli masyarakat, tetapi perlu langkah konkret untuk mengembangkan sektor ekonomi yang lebih produktif. Jika dibandingkan dengan daerah sekitarnya, Bojonegoro masih tertinggal dari Lamongan dan Tuban, serta jauh di bawah kota-kota besar seperti Surabaya dan Malang.
Peningkatan industri, investasi, serta penguatan UMKM menjadi kunci utama agar Bojonegoro tidak hanya menjadi daerah konsumtif, tetapi juga menjadi pusat pertumbuhan ekonomi baru di Jawa Timur. Saatnya bergerak maju dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara lebih merata!
Penulis : Syafik
Sumber data : Jawa Timur dalam Angka Tahun 2025, BPS Jawa Timur