damarinfo.com – Pernahkah kamu mendengar tentang Garebeg Besar atau Besaran Demak ? Ini bukan sekadar hari besar biasa, melainkan sebuah tradisi religius yang lahir dari usaha para Wali Songo untuk menyebarkan ajaran Islam di tanah Jawa. Dalam catatan sejarah kolonial Belanda, tepatnya dalam surat kabar Algemeen handelsblad voor Nederlandsch-Indië edisi 22-Maret-1934 , perayaan ini digambarkan sebagai fenomena sosial-budaya yang unik dan penuh makna.
“De legende zegt dat toen de heilige Missigit van Demak moest worden gebouwd, iedere Walie de hem opgedragen taak voor het doen verzamelen van bouwmaterialen stiptelijk ten uitvoer moest brengen.”
(Dalam legenda disebutkan bahwa ketika Masjid Agung Demak harus dibangun, setiap Wali diberikan tugas masing-masing untuk mengumpulkan bahan bangunan secara tepat waktu.)
Konteks Sejarah – Islam Tumbuh di Bawah Bayang-Bayang Majapahit
Sebelum membahas lebih jauh tentang Besaran , penting untuk memahami latar belakang historis Demak . Kota ini menjadi pusat penyebaran Islam di Jawa sejak abad ke-15. Di bawah kepemimpinan Raden Patah , Sultan pertama Demak, bersama sembilan tokoh ulama yang dikenal sebagai Wali Songo , agama Islam mulai menancapkan akarnya di tengah masyarakat agraris yang mayoritas masih menganut Hindu-Buddha.
Para Wali tidak menggunakan cara paksaan atau peperangan, melainkan pendekatan budaya dan seni. Salah satu simbol utama dari transformasi ini adalah pembangunan Masjid Agung Demak , yang konon salah satu tiangnya dibuat oleh Sunan Kalijaga dari serpihan kayu (tatal ). Kisah ini menjadi simbol kebijaksanaan dan kerendahan hati para penyebar agama baru itu.
“Hoe men er ook van denkt, in dien tijd, dat de menschen nog niet in het bezit waren van goede gereedschappen en nog verstoken van eenige bouwtechniek, dwingt dit van houtbalken aan elkaar gebonden stijl-inzicht van Soenan Kalidjogo toch grooten eerbied af.”
(Bagaimanapun juga, di masa ketika manusia belum memiliki alat-alat modern dan teknik bangunan yang memadai, gagasan Sunan Kalijaga untuk menyusun balok kayu menjadi tiang sungguh patut dikagumi dan mendapat penghormatan besar.)

Algemeen handelsblad voor Nederlandsch-Indië, edisi 22-3-1934.)
pada tahun 1924 , saat Bupati Demak saat itu melakukan restorasi masjid , terbukti bahwa salah satu tiang soko guru , yang selama berabad-abad disembah sebagai tiang paling suci, ternyata terbuat dari balok-balok kayu besar yang diikat erat dengan tali rotan dan dilapisi papan pelindung .
“Hoe men er ook van denkt, in dien tijd, dat de menschen nog niet in het bezit waren van goede gereedschappen en nog verstoken van eenige bouwtechniek, dwingt dit van houtbalken aan elkaar gebonden stijl-inzicht van Soenan Kalidjogo toch grooten eerbied af.”
(Bagaimanapun juga, di masa ketika manusia belum memiliki alat-alat modern dan teknik bangunan yang memadai, gagasan Sunan Kalijaga untuk menyusun balok kayu menjadi tiang sungguh patut dikagumi dan mendapat penghormatan besar.)
Setelah masjid selesai dibangun, maka dilangsungkanlah upacara peresmiannya dengan penuh kemegahan. Pada masa itu, Islam masih baru di Jawa, dan sebagian besar penduduk masih menganut agama Hindu. Untuk menarik mereka datang ke Demak dan memeluk Islam, dibutuhkan strategi yang cerdik.
Para Wali pun menemukan ide cemerlang: mereka memainkan musik gamelan tradisional Jawa di halaman masjid. Propaganda ini berhasil. Perayaan digelar, dan dalam waktu singkat, banyak rakyat dari berbagai daerah berduyun-duyun datang ke Demak untuk memeluk agama Islam
Perayaan Besaran – Ibadah yang Diselipi Seni dan Budaya
Setiap tahun, biasanya jatuh pada tanggal 9–10 bulan Besar (Dzulhijah) , warga Demak dan sekitarnya ramai-ramai datang ke Masjid Agung Demak untuk melaksanakan doa, tahlil , dan ziarah ke makam para wali seperti Sunan Kalijaga di Kadilangu dan Sultan Pertama Demak .
Namun, yang membuat perayaan ini istimewa adalah bagaimana para Wali menggunakan seni lokal sebagai media dakwah. Konon, mereka memainkan musik gamelan di halaman masjid agar rakyat jelata tertarik datang. Strategi ini terbukti efektif. Dalam waktu singkat, banyak orang berduyun-duyun ke Demak — bukan hanya untuk melihat kesenian, tetapi juga untuk memeluk agama Islam.
“De propaganda sloeg in. Feesten werden daar gevierd. En in een minimum van tijd stormde het heidensche volk van heinde en verre naar Demak toe, om dan van Hindoe tot Moslim over te gaan.”
(Propaganda itu berhasil. Perayaan digelar, dan dalam waktu singkat, banyak rakyat dari berbagai daerah berduyun-duyun datang ke Demak untuk memeluk agama Islam.)
Festival Rakyat yang Meriah – Pasar Malam dan Wayang Orang
Selain acara ibadah, Besaran Demak juga diwarnai dengan berbagai atraksi kesenian dan bazaar. Ada wayang orang , tarian, dan pertunjukan rakyat lainnya. Lapangan-lapangan di sekitar masjid berubah menjadi pasar malam yang riuh rendah. Pedagang menjual aneka dagangan mulai dari makanan hingga suvenir. Bunga untuk ziarah makam pun dijual bebas.
“Een soort van pasar malem dus. Wie daarom een kijkje wil nemen, zorge dan op Maandag 26 Maart a.s. te Demak te zijn.”
(Mirip pasar malam. Bagi yang ingin menyaksikan suasana ini, datanglah ke Demak pada hari Senin, 26 Maret mendatang.)
Warisan Budaya yang Tetap Hidup
Tradisi Besaran Demak adalah contoh nyata bagaimana nilai-nilai agama dan budaya bisa saling melengkapi. Di tengah dominasi pemerintah kolonial Belanda, masyarakat Jawa tetap mempertahankan identitas keislaman dan tradisi lokal mereka. Bahkan, perayaan ini menjadi ruang dialog antara modernitas dan tradisi, antara kerohanian dan kesenian.
“Vermoedelijk, omdat in de 15e eeuw de weg tot het gaan naar Mekka [de pilaor] nog zeer vele moeilijkheden medebracht, werd door de Walies het volk de opdracht gegeven om in plaats van de chadj te vieren, het te Demak te doen.”
(Diduga karena pada abad ke-15 jalur menuju Mekah masih penuh kesulitan, para Wali memberikan alternatif kepada umat untuk melaksanakan ibadah Haji simbolis di Demak.)
Sampai saat ini tradisi tersebut masih berlangsung, seperti pada tahun 2025 ini Besaran atau disebut Grebeg Besar dan Pasar Rakyat Kabupaten Demak 2025 resmi di buka pada tanggal 23-5-2025. Pembukaan berlangsung di lokasi pasar rakyat Taman Parkir Tembiring Jogo Indah oleh bupati Eisti’anah. Ditandai dengan pemukulan gong serta dilanjutkan pemotongan tumpeng oleh Bupati, didampingi oleh Wakil Bupati Muhammad Badruddin, Forkopimda (https://demakkab.go.id/news/grebeg-besar-demak-2025-resmi-dibuka-berakhir-pertengahan-juni)
Penulis : Syafik
Sumber : (Algemeen handelsblad voor Nederlandsch-Indië edisi 22-Maret-1934, diunduh dari delpher.nl, diterjemahkan dengan chat.qwen.ai)