Bupati Bojonegoro “Macak” Ratu Shima. Adakah Persamaannya?

oleh 203 Dilihat
oleh
(Bupati Bojonegoro Anna Muawanah bersama Jajaran Forpimda di acara Bojonegoro Night Carnival tahun 2023. Jalan MH. Thamrin Bojonegoro, Rabu 30-Agustus-2023. Foto : bojonegorokab.go.id)

Bojonegoro,damarinfo.com – Suasana malam Kota Bojonegoro Rabu, 30-Agustus-2023 ramai sekali, masyarakat Bojonegoro tumpah ruah di sepajang jalan protokol Kota untuk menyaksikan ajang bertajuk “Bojonegoro Night Carnival”  (BNC).

Para pejabat dari Bupati hingga Kepala Dusun dan perangkat desa lainnya di seluruh jajaran Pemerintah Kabupaten Bojonegoro berpartisipasi memeriahkan acara malam itu.

Ajang yang didesain memamerkan kejayaan kerajaan masa lalu di Indonesia ini ditampilkan dalam kendaraan roda empat berhias kereta kerajaan atau keraton. Sementara para pejabat duduk atau berdiri di atas kendaraan dengan “macak” (berpenampilan) layaknya para petinggi dan punggawa kerajaan jaman kerajaan.

Diiringi lantunan gending Jawa Kereta Kencana dan Keraton-keraton buatan ini bergerak pelan menyusuri jalan, para pejabat menyapa masyarakat yang telah hadir sejak lepas Magrib di pinggir jalan. Lambaian tangan para punggawa kerajaan ini berbalas dengan teriakan para penonton memanggil para pejabat itu.

Bupati Bojonegoro Anna Mu’awaah memilih “macak” sebagai sebagai Ratu Shima dengan didampingi sang suami Ali Dupa, dengan senyum khasnya menyapa warga Bojonegoro yang telah menanti di sepanjang jalan MH. Thamrin tempat acara di mulai, hingga depan pendopo Pemkab Bojonegoro di Jalan Mas Tumapel Bojonegoro sebagai garis akhir perjalanan arak-arakan.

Baca Juga :   Bupati Bojonegoro Menjadi Tribhuwana Tunggadewi, Siapa Sih Tribhuwana Tunggadewi?

Ternyata Ada persamaan antara Ratu Shima dengan Bupati Bojonegoro Anna Mu’awanah yakni sama-sama Perempuan Pertama yang memimpin sebuah wilayah. Ratu Shima menjadi pemimpin perempuan pertama di Pulau Jawa,yakni di Kerajaan Kalingga dan Bupati Anna menjadi perempuan pertama yang memimpin Kabupaten BojonegoroBojonegoro.

Ratu Shima memimpin Kerajaan Kalingga setelah suaminya Raja Kartikeyasinga meninggal dunia pada tahun 674 M, sementara anak-anaknya belum cukup umur untuk menjadi raja. Di usia yang sudah senja yakni 63 tahun Ratu Shima memimpin Kerajaan yang diyakini berada di pesisir pantai utara Pulau Jawa yang bernama Adi Hyang , yang sekarang disebut dengan Dieng Kabupaten Jepara Jawa Tengah.

Ratu dengan gelar Sri Maharani Mahissa suramardini Satyaputikeswara ini memimpin selama 21 tahun dari tahun 674-695 M.

Catatan sejarah menyebutkan  masa kepemimpinan Ratu Shima menjadi masa keemasan bagi Kalingga sehingga membuat Raja-raja dari kerajaan lain segan, hormat, kagum sekaligus penasaran.

Masa-masa itu adalah masa keemasan bagi perkembangan kebudayaan apapun. Agama Budha juga berkembang secara harmonis, sehingga wilayah di sekitar kerajaan Ratu Shima juga sering disebut Di Hyang (tempat bersatunya dua kepercayaan Hindu Budha).

Baca Juga :   Bupati Bojonegoro Menjadi Tribhuwana Tunggadewi, Siapa Sih Tribhuwana Tunggadewi?

Dalam hal bercocok tanam Ratu Shima juga mengadopsi sistem pertanian dari kerajaan kakak mertuanya. Ia merancang sistem pengairan yang diberi nama Subak. Kebudayaan baru ini yang kemudian melahirkan istilah Tanibhala, atau masyarakat yang mengolah mata pencahariannya dengan cara bertani atau bercocok tanam.

Memiliki Maharani Sang Ratu Shima nan ayu, anggun, perwira, ketegasannya semerbak wangi di banyak negeri. Pamor Ratu Shima dalam memimpin kerajaannya luar biasa, amat dicintai jelata, wong cilik sampai lingkaran elit kekuasaan. Bahkan konon tak ada satu warga anggota kerajaan pun yang berani berhadap muka dengannya, apalagi menantang.

Situasi ini justru membuat Ratu Shima amat resah dengan kepatuhan rakyat, kenapa wong cilik juga para pejabat mahapatih, patih, mahamenteri, dan menteri, hulubalang, jagabaya, jagatirta, ulu-ulu, tak ada yang berani menentang sabda pandita ratunya

Penulis : Syafik

Di olah dari berbagai sumber