Bojonegoro Tuan Rumah Hari Koperasi 2025 Jawa Timur: Koperasi Bangkit atau Sekadar Seremonial?

oleh 125 Dilihat
oleh
(Menteri Koperasi Republik Indonesia, Budi Arie Setiadi, Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa, didampingi Bupati Bojonegoro Setyo Wahono dan Wakil Bupati Nurul Azizah pada Acara Puncak Hari Koperasi Nasional Jawa Timur, Kamis,17-7-2025, Stadion Letjend H. Soedirman Bojonegoro. Foto : Rozi)

damarinfo.com – Bojonegoro baru saja menggelar Puncak Acara Hari Koperasi ke-78 Jawa Timur, yang digelar pada Kamis, 17 Juli 2025, di Stadion Letjend H. Soedirman. Acara ini dihadiri oleh Menteri Koperasi RI, Budi Arie Setiadi, Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa, para bupati dan wali kota se-Jawa Timur, serta ribuan peserta dari berbagai elemen koperasi dan masyarakat. Sebagai tuan rumah, Bupati Bojonegoro, Setyo Wahono, didampingi Wakil Bupati, Nurul Azizah, menyambut tamu-tamu penting dalam perhelatan yang membawa nama Bojonegoro ke panggung provinsi ini.

Namun di balik kemeriahan itu, pertanyaan penting tetap mengemuka:
Akankah perayaan ini menjadi momentum kebangkitan koperasi di Bojonegoro, atau hanya berhenti sebagai seremoni tanpa jejak perubahan?

Koperasi di Jawa Timur: Besar Jumlahnya, Tapi Tidak Menyebar Merata

Sebagai salah satu pilar ekonomi nasional, Jawa Timur memiliki jaringan koperasi yang sangat besar. Menurut Statistik Potensi Desa Jawa Timur 2024, tercatat:

  • 7.541 unit Koperasi Simpan Pinjam (KSP)

  • 766 unit Koperasi Unit Desa (KUD)

  • 373 unit Koperasi Industri Kecil dan Kerajinan Rakyat (Kopinkra)

  • 3.678 unit Koperasi Lainnya

Namun, jumlah besar itu tidak diikuti pemerataan. Koperasi lebih banyak tumbuh di kota-kota besar dan kawasan industri, sementara di pedesaan—yang semestinya menjadi basis ekonomi rakyat—jumlahnya masih terbatas.
Apalagi, mayoritas koperasi di Jatim bergerak di sektor simpan pinjam. Koperasi produktif, seperti KUD dan koperasi industri kecil, justru berkembang lambat.

Bojonegoro di Antara Kabupaten Tetangga: Ada Potensi, Tapi Masih Tertinggal

Bergeser ke tingkat kabupaten, Bojonegoro berada di antara pemain lama seperti Lamongan, Tuban, Ngawi, dan Nganjuk. Bagaimana peta persaingannya?

  • Koperasi Simpan Pinjam: Bojonegoro memiliki 192 unit, kalah dari Lamongan (388), Tuban (289), dan Nganjuk (269).

  • Koperasi Unit Desa: Hanya 27 unit, jauh di bawah Lamongan dan Tuban yang masing-masing di atas 40 unit.

  • Koperasi Industri Kecil dan Kerajinan Rakyat: Baru 5 unit, tertinggal dari Ngawi (19) dan Lamongan (15).

  • Koperasi Lainnya: 61 unit, sejajar dengan Nganjuk (62) dan Tuban (60).

Baca Juga :   DPRD : Pembangunan Pasar Harus Libatkan Pedagang

Jika diibaratkan lomba, Bojonegoro memang ikut start, tapi langkahnya masih pelan. Potensinya ada, tapi kiprahnya masih kalah dari tetangga.

Potret di Kecamatan: Api-Api Kecil yang Belum Berkobar

Melihat lebih dekat ke tingkat kecamatan, gambaran koperasi di Bojonegoro pun serupa. Berdasarkan Statistik Potensi Desa Bojonegoro 2024, koperasi cenderung terkonsentrasi di beberapa titik saja.

  • Koperasi Simpan Pinjam tersebar di 192 unit, dengan pusat di Sumberejo (22 unit), Balen (14), dan Kedungadem (13).

  • Koperasi Unit Desa hanya 27 unit, terbanyak di Kepohbaru (3) dan Baureno (2).

  • Koperasi Industri Kecil dan Kerajinan Rakyat hanya 5 unit, tersebar tipis di lima kecamatan.

  • Koperasi Lainnya sebanyak 61 unit, dominan di Kedungadem (8) dan Kepohbaru (5).

Ada kecamatan yang mulai bergerak, tapi banyak pula yang belum tersentuh. Seperti api kecil yang menyala di sudut-sudut, tapi belum membesar menjadi kobaran.

Saatnya Koperasi Tidak Hanya Simpan Pinjam

Dengan potensi sumber daya alam dan masyarakat yang besar, Bojonegoro seharusnya bisa lebih dari sekadar “lumbung koperasi simpan pinjam”.  Namun, kenyataan menunjukkan, sektor ini justru menjadi dominasi tunggal, sementara koperasi produktif tertinggal jauh. Padahal, kalau koperasi diibaratkan ladang, selama ini kita hanya menanam satu jenis tanaman. Di tanah yang sama, seharusnya bisa tumbuh beragam hasil: buah, rempah, bahkan tanaman bernilai tinggi.

Baca Juga :   Minyak Goreng Langka, Dinas Perdagangan Bojonegoro sudah Koordinasi dengan Pemprov

Inilah saatnya semua pihak—pemerintah, pelaku usaha, dan masyarakat—bersatu membangun koperasi yang beragam, produktif, dan berdampak.
Bukan hanya untuk menabung, tapi juga untuk produksi, ekspansi usaha, dan menciptakan lapangan kerja.

Hari Koperasi ke-78 Jawa Timur di Bojonegoro: Harus Lebih dari Sekadar Pesta

Hari Koperasi  2025 Jawa Timur di Bojonegoro tidak boleh berhenti di seremoni. Ini harus jadi cermin, sekaligus titik tolak. Sudahkah koperasi menjadi bagian nyata dari ekonomi rakyat? Atau masih sebatas angka di laporan?

Bojonegoro punya potensi.
Tapi potensi tanpa langkah nyata hanyalah cerita. Membangun koperasi di desa, menggelar pelatihan, membuka akses modal, hingga membentuk ekosistem bisnis koperasi—itulah pekerjaan rumah yang harus dimulai hari ini.

Koperasi Harus Hidup, Bukan Hanya Ada

Jangan biarkan koperasi cuma jadi nama di papan nama kantor. Hidupkan koperasi di desa, di kecamatan, dan di tengah masyarakat. Karena koperasi bukan hanya soal uang. Koperasi adalah tentang kebersamaan, kepercayaan, dan keberpihakan kepada rakyat kecil. Saatnya koperasi benar-benar hidup dan bermartabat, bukan sekadar hadir di hari perayaan.

Penulis :Syafik

Sumber data : Statistik Potensi Desa Jawa Timur  dan Statistik Potensi Desa Bojonegoro tahun 2024.