Ansor, NU dan Peran Kebangsaan

oleh 98 Dilihat
Abdullah Umar

Gerakan Pemuda (GP) Ansor yang di dalamnya terdapat Barisan Serbaguna (Banser), dilahirkan dari rahim Nahdlatul Ulama (NU). Sehingga keberadaan Ansor tak pernah bisa lepas dari NU. Jika NU rumah, Ansor dan Banser adalah pagar teralisnya. Pelindung sekaligus pembela NU.

Sejak didirikan pada April 1934, Ansor dan Banser selalu punya peran yang strategis dalam mendukung lini gerak organisasi NU. Tak hanya pelindung NU, Ansor adalah ruang godok bagi kader militan yang kelak berjuang di rumah besar bernama NU.

NU adalah Ibu kandung bagi Ansor dan Banser. Karena itu, apapun langkah dan tujuan NU, sudah selayaknya mendapat sokongan dan dukungan secara langsung dari Ansor. Sebagaimana keluarga yang baik, anak akan selalu manut pada ibunya.

Selain mensyiarkan ajaran-ajaran Islam Ahlussunah wal Jamaah An-Nahdliyah, NU juga identik sebagai ormas Islam yang selalu bergerak dengan nafas semangat kebangsaan. Keberpihakan NU pada keutuhan bangsa, tak diragukan lagi.

Sejak zaman kolonial, NU selalu mempertahankan keutuhan bangsa dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), dengan tetap menjunjung tinggi prinsip Idzhaari sya’aairihi ala thariqati Jam’iyyati Nahdlatil Ulama.

Saking nasionalisnya NU, bahkan singkatan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) pun bisa disamakan dengan Pancasila Bhineka NKRI dan UUD 45 (PBNU). Apa artinya? Artinya NU sangat nasionalis dan berpihak pada keutuhan bangsa Indonesia.

Baca Juga :   Mustakim dan Gus Ja’far Berebut Kursi Ketua Ansor Bojonegoro

Jika NU sangat mempertahankan keutuhan NKRI, tentu Ansor pun sama. Sebab, Ansor adalah anak kandung NU. Ansor adalah garda terdepan yang siap menjaga NKRI. Sebab, NKRI sistem pemerintahan negara Indonesia yang didukung oleh NU.

Tantangan Ansor Hari Ini

Setiap zaman selalu membawa tantangan yang berbeda. Begitupun, saat ini, tugas dan peran besar Ansor memang tak mudah. Ansor harus sigap jadi benteng pertama bagi keutuhan bangsa Indonesia. Meski lawan yang dihadapi tak lagi mudah.

Tidak mudah karena yang dihadapi Ansor bukan lagi alien atau monster dari alam ghaib. Tapi manusia-manusia dari negara dan keyakinan yang sama, namun punya orientasi yang tak sesuai dengan NKRI dan keutuhan bangsa. Tentu saja ini lebih sulit dihadapi, dibanding menghadapi penjajah sekalipun.

Akhir-akhir ini, banyak sekali ormas-ormas Islam berhaluan keras yang ingin merongrong keutuhan NKRI. Mau tak mau, ini bakal jadi masalah yang dihadapi Ansor. Dan untuk menghadapinya pun bukan masalah mudah. Sebab ormas tersebut berasal dari bendera yang sama. Yakni Islam dan Indonesia.

Baca Juga :   Alumni At Tanwir Talun Sumberejo Jabat Sekretaris Ansor Jawa Timur

Dengan masalah sepelik ini, Ansor harus jadi organisasi yang kuat dan cerdas. Militan dan berpengetahuan. Sebagai organisasi berbasis massa, Ansor rentan bergerak secara tidak efektif. Karena itu, cerdas dan berpengetahuan jadi harga mati, untuk mempertahankan NKRI harga mati.

Ansor tak boleh hanya berbekal keberanian dan sikap militan. Tapi juga pemahaman dan keterampilan menghadapi tantangan zaman. Karena itu, berbagai macam pelatihan dan pembekalan harus sering diadakan.

Untuk tetap bisa melindungi keutuhan NKRI dengan nafas Islam rahmatan Lil Alamin, Ansor harus punya bekal yang kuat dalam mengarungi zaman. Sehingga tak mudah goyah diombang-ambing kepentingan.

Berkibar tinggi panji gerakan
Iman di dada patriot perkasa
Ansor maju satu barisan_

Seperti yang tertera dalam lirik mars Ansor di atas, Ansor harus maju satu barisan. Ya, maju satu barisan dengan bekal menghadapi zaman yang mumpuni. Tak boleh sekadar mengandalkan militansi. Tapi harus punya ilmu dan semangat belajar yang mumpuni.

@Disampaikan dalam PKD (Pelatihan Kepemimpinan Dasar) angkatan I, PAC GP Ansor Kec. Kapas, Kab. Bojonegoro. Di Mts Ulul Albab Desa Plesungan, Kec. Kapas, Kab. Bojonegoro.
(Minggu, 20 Desember 2020)