Bojonegoro, damarinfo.com – Dini Wantini menyaksikan air di Sungai Tidu, Desa Tengger, Kecamatan Ngasem, Kabupaten Bojonegoro mengalir cukup deras. Senin, pagi 3 November 2025.
Guyuran hujan semalam membuat debit sungai itu naik. Airnya pun berwarna kecoklatan bercampur tanah.
Dini khawatir, air bersih yang dikelola desanya ikut keruh. Pasalnya instalasi air bersih yang dibangun oleh tim pelaksana Desa Tengger ini bersumber dari sungai itu. Seketika dia mengampiri keran dari menara penampungan yang tidak jauh dari situ. Dini lega, ternyata air yang keluar dari keran di instalasi itu jernih.
Desa Tengger mendapat program air bersih dari ExxonMobil Cepu Limited (EMCL) yang bermitra dengan PC Fatayat NU Bojonegoro sebagai pendamping. Fatayat mendampingi warga mulai dari identifikasi sumber air, pembangunan instalasi, pembangunan menara penampungan air, dan Hydrant Umum atau penampungan kecil di beberapa titik dekat rumah warga.
Perempuan yang didaulat sebagai wakil ketua tim pelaksana program itu merasa bertanggungjawab untuk memastikan warga mendapat air bersih yang layak. Sebelumnya, kualitas air diteliti di laboratorium kesehatan daerah, dan hasilnya memuaskan. Air bersih hasil saringan biologi dan kimia itu layak digunakan warga untuk keperluan domestik.
“Di sini sumur bor nggak bisa keluar air, sudah dicoba berkali-kali cari dengan geolistrik dan cara tradisional, tetap nggak bisa,” tutur Dini.
Beruntungnya Sungai Tidu yang bermuara di Bengawan Solo masih mengalir sepanjang tahun. Tim pelaksana program mencari cara agar air sungai menjadi air bersih layak pakai untuk Mandi Cuci Kakus (MCK). Melalui pendampingan tim teknis dan ahli dari Fatayat, warga akhirnya bisa mewujudkan itu.
Kepala Desa Tengger, Asngari mengapresiasi upaya tim pelaksana program. Menurutnya, pelibatan masyarakat dalam program bantuan air bersih dari EMCL ini sangat berpengaruh pada hasil pencarian sumber air di sana. Walhasil, sekarang lebih dari 800 warganya bisa merasakan manfaat air bersih di dekat rumah masing-masing.
“Warga saya sekarang jadi bisa mandi dua kali,” celetuknya sambil tertawa bersama warga saat serah terima program pada Jumat 30 Oktober 2025.
Pada hari yang sama, EMCL juga menyerahterimakan program air bersih di Desa Bareng, Kecamatan Ngasem dan Desa Gayam, Kecamatan Gayam, Bojonegoro. Ketiga desa tersebut tahun ini mendapat dukungan program air bersih mulai dari mendapatkan sumber air, pembuatan sumur, instalasi, menara penampung air, hingga hydrant umum, dan sambungan rumah.
Perwakilan EMCL, Slamet Rijadi menjelaskan bahwa mitra pendamping juga memberikan pelatihan teknis pembangunan dan pelatihan manajemen organisasi Himpunan Penduduk Pengguna Air Minum (HIPPAM). Menurut dia, pelibatan masyarakat dan pendampingan adalah faktor penentu keberlanjutan program.
“Sejak awal kita bangun rasa memiliki, budaya gotongroyong, dan saling menjaga,” ucap Slamet.
Dia juga memaparkan bahwa sejak 2008 EMCL sudah membantu air bersih untuk masyarakat di 43 desa dari Kabupaten Bojonegoro, Tuban, dan Blora. Lebih dari 12.200 ribu jiwa mendapatkan manfaat kemudahan air bersih yang ditampung di 61 menara air dan mengalir melalui hampir 10.300 sambungan rumah.
“Kami berkomitmen untuk terus mendukung upaya pemerintah dan masyarakat dalam meningkatkan taraf kesehatan masyarakat,” tandasnya.
Sebagai manager program, Nova Nevila Rodhi, memimpin jalannya musyawarah. Masing-masing tim pelaksana program tiap desa menyampaikan laporan pertanggungjawaban, yang kemudian ditanggapi oleh warga dan pada akhirnya semua menerima dengan baik. Dalam musyawarah tersebut, Nova juga menyampaikan hasil uji lab masing-masing sampel air empat desa yang mana semuanya layak untuk dimanfaatkan sebagai air bersih oleh warga.
Sumber : Humas PC Fatayat NU Bjn





