Sasmito-Ika Ningtyas, Nakhodai AJI Periode 2021-2024

oleh 43 Dilihat
Ketua AJI Indo periode 2021-2024, Sasmito Madrim dan Ika Ningtyas,. Foto/dok.Ika

Bojonegoro-Kongres Aliansi Jurnalis Independen (AJI) ke XI periode 2021-2024 mengantarkan pasangan Sasmito Madrim-Ika Ningtyas menjadi Ketua-Sekretaris Jenderal organisasi profesi ini. Pasangan ini mengungguli suara calon pasangan Rovolusi Riza-Dandy Koswaraputra pada Kongres yang digelar secara virtual pada 27 Februari hingga 2-Maret-2-2021.

Pasangan Sasmito Madrim-Ika Ningtyas menggantikan Ketua-Sekjen AJI sebelumnya, yaitu Abdul Manan-Revolusi Riza yang menakhodai AJI Indonesia periode 2017-2021 ini. Kongres secara virtual ini tentu menjadi pilihan kedua setelah adanya pandemi Covid-19 yang mendera 10 bulan silam. Jadwal Kongres AJI Indonesia sejatinya digelar di Kota Palembang, Sumatera Selatan.

Dalam pemilihan pasangan Sasmito-Ika mendapatkan suara sebanyak 119 suara. Sedangka pasangan Revolusi Riza-Dandy Koswara mendapatkan 109 suara. Sedangkan peserta yang ikut lewat inline sebanyak 400 suara dari peserta delegasi dan non-delegasi. Kemenangan tipis ini menjadi jawaban riuhnya peserta yang sebelum pemilihan banyak muncul para delegasi dari AJI Kota untuk saling dukung-mendukung calonnya.

Sebagai catatan, posisi Ika Ningtyas, sebagai Sekjen AJI Indonesia, perempuan pertama kali di jabatan tersebut. Meski demikian, pernah satu kali Ketua AJI Indonesia dijabat oleh perempuan, yaitu era Ati Nurbaiti (Jakarta Post—ketika itu) pada kepengurusan AJI Indonesia tahun 2001-2004 silam.

Kemenangan Sasmito-Ika Ningtyas juga memunculkan isu soal kelompok media mapan di AJI dan kelompok koresponden/kontributor perwakilan media-media berkantor di Jakarta untuk daerah-daerah. Mereka kabarnya mendukung penuh pasangan ini untuk memenangkap sebagai Ketua-Sekjen AJI Indonesia periode 2021-2024. “Isu kelompok mapan dan koresponden kuat mengencang,” ujar Ketua AJI Kota Semarang Edi Faisol beberapa jam, sebelum digelar Kongres AJI Indonesia secara virtual.

Tetapi, lanjut Edi Faisol, Kongres AJI telah usai. Dan kini para aktivis yang mencalonkan dan dicalonkan untuk kembali menata ulang. Setidaknya untuk pengembangan organisasi AJI ke depannya yang penuh tantangan. Tentu saja, para jurnalis yang tergabung di AJI untuk bisa kembali merapatkan barisan agar organisasi profesi ini, bisa tetap onfire di tengah persoalan yang mendera jurnalis di tanah air.”Sudah, kita rapatkan barisan lagi,” imbuh koresponden Tempo di Semarang ini.

Sementara itu Sekretaris Jenderal AJI Indonesia terpilih, Ika Ningtyas mengatakan, banyak persoalan di depan mata. Dan masalah itu, sudah dibahas pada resolusi yang dihasilkan Kongres XI AJI. Masalah yang tetap jadi bahasan, seperti masalah kebebasan pers, profesionalisme, dan kesejahteraan jurnalis.

Ika mencontohkan, pada aspek kebebasan pers, resolusi kongres menggarisbawahi sejumlah kebijakan yang mengancam dari regulasi seperti Kitak Undang Undang Hukum Pidana (KUHP) juga Undang Undang Informasi Elektronik. Begitu juga dengan masalah kesejahteraan jurnalis. Tentu saja tantangannya adalah bagaimana pemerintah memperkuat implementasi regulasi dan memonitoring kepatuhannya di perusahaan media.”Masalah ini, perlu terus kita bahas,” tegasnya.

Kemudian, lanjut Ika, ada sejumlah perubahan kebijakan yang dihasilkan di Kongres AJI ke XI. Seperti misalnya ada klausul kasus kekerasan seksual sebagai kategori pelanggaran berat. Pasal soal kekerasan seksual juga dimasukkan dalam Kode Perilaku Anggota AJI. Hal ini berbeda dengan ketentuan di Anggaran Rumah Tangga AJI, dimana kasusnya diperiksa dengan Kode Perilaku jika ada unsur pengaruh profesinya sebagai jurnalis dari kekerasan tersebut.

Ketua Panitia Kongres XI AJI Mustakim mengatakan, meski kongres kali ini digelar secara virtual karena dampak pandemi, tak menyurutkan antusiame peserta. Panitia katanya, menyiapkan platform yang aman dan sesuai kebutuhan kongres. Panitia sudah menyiapkan kongres ini sejak jauh-jauh hari, terutama memastikan semua anggota AJI bisa mengikuti pesta demokrasi tiga tahunan ini.“Meski digelar secara online saya berharap tidak mengurangi kualitas kongres yang merupakan agenda tertinggi organisasi,” kata Mustakim di Jakarta.

Mustakim menambahkan, Kongres XI ini membahas Anggaran Dasar/ Anggaran Rumah Tangga, Garis Besar Haluan Program (GBHP), Resolusi. Selain itu, Kongres XI kali juga telah menetapkan dua AJI kita baru yaitu AJI Pangkal Pinang dan AJI Samarinda. Dengan begitu jumlah AJI kota menjadi 40 tersebar di seluruh Indonesia.

Aliansi Jurnalis Independen (AJI) lahir sebagai perlawanan komunitas pers Indonesia terhadap kesewenang-wenangan rejim Orde Baru. Mulanya adalah pembredelan Detik, Editor dan Tempo, 21 Juni 1994. Ketiganya dibredel karena pemberitaannya yang tergolong kritis kepada penguasa. Tindakan represif inilah yang memicu aksi solidaritas sekaligus perlawanan dari banyak kalangan secara merata di sejumlah kota.

Gerakan perlawanan terus mengkristal. Akhirnya, sekitar 100 orang yang terdiri dari jurnalis dan kolumnis berkumpul di Sirnagalih, Bogor, 7 Agustus 1994. Pada hari itulah mereka menandatangani Deklarasi Sirnagalih. Inti deklarasi ini adalah menuntut dipenuhinya hak publik atas informasi, menentang pengekangan pers, menolak wadah tunggal untuk jurnalis, serta mengumumkan berdirinya AJI.
Penulis : Sujatmiko