Bojonegoro-Kecamatan Gondang, dalam pekan-pekan ini di musim hujan, kerap jadi obyek pemberitaan terutama banjir bandang dan tanah longsor. Jadi sorotan karena selain lokasi di dataran tinggi, daerahnya berjarak sekitar 43 kilometer arah selatan dari Sungai Bengawan Solo.
Banjir bandang mendera sejumlah desa di Kecamatan Gondang pada Selasa sore, 2-Maret-2021. Banjir bandang akibat hujan deras cukup lama yang mengakibatkan air di Sungai Gandong meluap dan menggenangi rumah-rumah penduduk, jalan umum. juga sejumlah fasilitas umum, seperti Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) direndam banjir sedalam 75 centimeter dan disertai lumpur. Tidak ada korban jiwa dalam laporan banjir bandang Selasa petang itu.

Data di Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bojonegoro menyebutkan, luapan air Sungai Anak Kali Pacal dan Sungai Gandong di Desa Gondang, Desa Sambongrejo dan Desa Senganten Kecamatan Gondang. Empat desa ini, kerap jadi langganan banjir bandang jika hujan deras turun. Rusaknya area hutan di kawasan tersebut jadi penyebab banjir. Tercatat ada rumah tergenang sebanyak 386 Kepala Keluarga, berikut jalan dusun sepanjang 600 meter tergenang air rata-rata setinggi satu meter. Untuk sementara dilaporkan 12 rumah rusak kategori sedang akibat direndam banjir.
Banjir bandang di Kecamatan Gondang juga tidak sekali ini saja terjadi. Belasan kali kecamatan yang berbatasan antara Kabupaten Bojonegoro dengan Kabupaten Nganjuk ini, jadi langganan banjir. Karena jika hujan deras turun di kawasan selatan, maka air kemudian menumpuk di Kali Gandong dan Sungai Pacal. Air yang meluap kemudian menggenangi rumah penduduk, terutama di Desa Sambongrejo, Desa Gondang dan Desa Senganten, ketiganya di Kecamatan Gondang. Setidaknya dalam tiga tahun terakhir, Gondang didera banjir bandang.
Padahal, selama berpuluh-puluh tahun lamanya, yang jadi langganan banjir di 16 kecamatan di Bojonegoro, terutama yang berlokasi di pinggir Sungai Bengawan Solo. Di antaranya beberapa kampung di Kecamatan Kota, Kecamatan Kanor, Kecamatan Kalitidu, Kecamatan Gayam, Kecamatan Malo, Kecamatan Padangan, Kecamatan Trucuk, Kecamatan Kasiman, Kecamatan Ngraho, Kecamatan Dander, dan Kecamatan Baureno. Banjir terjadi jika curah hujan tinggi di hulu sungai, seperti dari Ngawi, Sragen dan Solo. Juga jika air sungai Madiun meluap, air Sungai Bengawan Solo, jadi pasang.
Puncaknya, banjir besar terjadi pada 27 Desember 2007 silam. Dan pada Tahun baru 2008, Kota Bojonegoro direndam banjir hingga lebih dari 10 hari lamanya air menggenangi sudut-sudut kota, jalan protokol, pun juga di gang sempit di kota ini. Berapa ratusan juta miliar, juga korban meninggal, fasilitas umum rusak parah dihajar banjir yang arus kencangnya menjebol tanggul bagian barat tepatnya tak jauh dari Markas Polres Bojonegoro di Jalan MH Thamrin kota ini. Juga beberapa sudut kota lain yang hampir merata direncam banjir.
Kepala BPBD Bojonegoro Nadif Ulfia mengatakan, warga harus waspada di saat turun hujan dengan intensitas tinggi. Karena, risiko terjadi banjir bandang dan tanah longsor.”Warga terus waspada, saat hujan turun,” ujarnya dalam pesannya di group BPBD Bojonegoro.
Penulis : Sujatmiko