Tren Produksi Blimbing di Jawa Timur: Bagaimana Kabupaten Bojonegoro Bersaing?

oleh 77 Dilihat
oleh
(Ilustrasi by chatgpt)

Blimbing, Buah yang Tak Pernah Diam

Blimbing, buah berbentuk bintang yang sering menghiasi rujak ini, ternyata punya kisah menarik di Jawa Timur. Produksinya fluktuatif—kadang melonjak tinggi seperti pesawat lepas landas, kadang terjun bebas layaknya roller coaster. Data dari Kementerian Pertanian mencatat bahwa selama tujuh tahun terakhir (2018–2024), produksi blimbing di Jawa Timur mengalami pasang surut yang cukup dramatis.

Lantas, bagaimana performa Jawa Timur secara keseluruhan? Di mana posisi Bojonegoro? Dan bagaimana kabupaten tetangganya seperti Lamongan, Tuban, Ngawi, dan Nganjuk bersaing dalam peta produksi buah ini?

Jawa Timur: Raja Blimbing yang Terkadang Loyo

Jawa Timur menjadi salah satu penghasil blimbing terbesar di Indonesia. Namun, keperkasaannya tidak selalu stabil dari tahun ke tahun.

Tren Produksi 2018–2024: Dari Puncak ke Lembah

  • 2018–2021: Produksi terus menanjak dan mencapai puncaknya pada 2021 (75.970 ton)—seperti tim sepak bola yang sedang on fire.

  • 2022–2023: Produksi tiba-tiba anjlok, bak mobil yang kehabisan bensin di tengah jalan.

  • 2024: Mulai bangkit lagi, meski belum kembali ke masa kejayaan.

Top 3 Kabupaten Produsen Blimbing di Jatim:

  1. Blitar – Raksasa yang Mulai Lelah
    Kabupaten ini sempat memproduksi 13.457 ton (2018), namun angkanya turun menjadi 7.931 ton (2023).

  2. Tulungagung – Konsisten Tapi Tak Menanjak
    Produksi stabil di kisaran 5.000–12.000 ton, tapi tak pernah mengalami lonjakan berarti.

  3. Malang – Si Tidak Terduga
    Ledakan produksi terjadi pada 2021 (20.401 ton), namun turun drastis ke 7.033 ton (2023).

Baca Juga :   Bertahan atau Tergeser? Produksi Buah Sayuran Bojonegoro di Kancah Jawa Timur 2024

Pertanyaannya: Apa yang menyebabkan penurunan drastis ini? Serangan hama? Perubahan iklim? Ataukah petani mulai beralih ke komoditas lain?

Bojonegoro: Si Kuat yang Kadang Lemah

Di tengah persaingan ketat, Bojonegoro tampil seperti petinju kelas menengah—tidak sebesar Blitar, tapi juga jauh dari posisi buncit seperti Magetan.

Produksi Bojonegoro: Naik-Turun Bak Harga Saham

  • 2019: Menjadi tahun terbaik dengan produksi mencapai 2.465 ton.

  • 2020–2021: Produksi jatuh bebas, hanya tersisa 1.095 ton (2021).

  • 2022–2023: Mulai bangkit kembali, meski pada 2024 justru turun 16,9% dari tahun sebelumnya.

Pelajaran penting dari sini:

  • Ketergantungan terhadap cuaca masih tinggi – Musim ekstrem bisa langsung memangkas hasil panen.

  • Inovasi pertanian belum masif – Tanpa terobosan, Bojonegoro bisa tertinggal dari tetangga yang lebih adaptif.

Bojonegoro vs Tetangga: Siapa Lebih Tangguh?

Mari kita bandingkan dengan kabupaten-kabupaten sekitar:

1. Tuban – Raja Baru yang Tak Terbendung

  • Produksi 2024: Menyentuh angka tertinggi, 7.262 ton!

  • Tren: Konsisten naik sejak 2018.

  • Kelebihan: Manajemen pertanian lebih terencana, ditopang oleh dukungan kuat dari pemerintah daerah.

2. Lamongan – Si Turun-Turun Aja

  • 2019: Pernah mencatat 1.759 ton.

  • 2024: Merosot tajam ke 286 ton.

  • Kemungkinan penyebab: Alih fungsi lahan dan minimnya regenerasi petani muda.

Baca Juga :   Peringkat Turun, Asa Tetap Menyala: Potret Belimbing Bojonegoro di Peta Jawa Timur

3. Ngawi – Stabil Tapi Minim Terobosan

  • Produksi berada di kisaran 500–1.500 ton.

  • Tidak pernah anjlok, tapi juga tak pernah melonjak.

4. Nganjuk – Si Spektakuler yang Kini Redup

  • 2019–2020: Pernah hampir menyentuh angka 3.000 ton.

  • 2024: Menyusut drastis menjadi 1.018 ton.

Mungkin Nganjuk butuh revitalisasi sektor hortikultura atau insentif agar petani kembali menanam blimbing.

Kesimpulan Sementara:

  • Tuban adalah bintang baru yang patut dicontoh.

  • Lamongan dan Nganjuk membutuhkan strategi baru agar tidak semakin tertinggal.

  • Bojonegoro masih berada di tengah—berpotensi naik kelas jika berani berbenah.

Blimbing Bisa Bangkit, Asal…

Blimbing Jawa Timur punya potensi besar, tapi kini ibarat atlet yang butuh pelatih tepat. Apa yang harus dilakukan?

  • Petani butuh teknologi – Seperti irigasi modern, bibit unggul, dan pengendalian hama terpadu.

  • Pemerintah harus hadir – Dalam bentuk pelatihan, pendampingan, dan akses pasar yang lebih baik.

  • Kolaborasi dengan industriBlimbing tak hanya dikonsumsi segar, tapi juga bisa diolah menjadi sirup, manisan, bahkan kosmetik.

Bojonegoro dan kabupaten lain kini punya pilihan:

  • Terus seperti sekarang? Produksi akan tetap fluktuatif, petani merana.

  • Atau berubah? Mereka bisa menjadi pemain utama dalam komoditas blimbing nasional.

Kita punya buah bintang. Kini waktunya membuatnya benar-benar bersinar.

Penulis : Syafik

Sumber data : Kementerian Pertanian RI