Ngawi dan Trenggalek Melesat, Bojonegoro Masih Tengah-Tengah: Ini Fakta BUMDes Jatim 2025

oleh 114 Dilihat
oleh
(ilustrasi Bumdes Jawa timur by chat gpt)

BUMDes Jawa Timur 2025

Jika BUMDes adalah tanaman, maka hampir seluruh desa di Jawa Timur sudah menanamnya. Tapi soal kesuburan dan panen, belum semua bisa memetik hasil yang memuaskan.

Tahun 2025, dari total 7.724 desa di Jawa Timur, sudah terbentuk 6.851 Badan Usaha Milik Desa (BUMDes). Artinya, 88,7 persen desa sudah punya BUMDes—angka yang secara kuantitatif patut dibanggakan. Tapi seperti halnya ladang jagung, banyaknya pohon belum tentu berarti panennya berhasil.

Mayoritas BUMDes Masih Tahap Tumbuh

Secara kelembagaan, BUMDes di Jawa Timur terbagi dalam tiga klasifikasi: maju, berkembang, dan pemula. Dari data DPMD Provinsi Jawa Timur, baru 34,6% BUMDes yang masuk kategori “maju”, sisanya tersebar di “berkembang” (42,8%) dan “pemula” (22,4%).

Dengan kata lain, sebagian besar BUMDes di Jawa Timur masih dalam proses tumbuh. Mereka sudah berdiri, namun belum semuanya berhasil menjadi mesin ekonomi desa.

10 Kabupaten Terdepan: Bukan Sekadar Punya, Tapi Sudah Maju

Berikut 10 kabupaten/kota dengan persentase BUMDes maju tertinggi di Jawa Timur tahun 2025:

Peringkat Kabupaten/Kota % BUMDes Maju
1 Trenggalek 78,9%
2 Kota Batu 73,7%
3 Tulungagung 70,0%
4 Kediri 53,6%
5 Madiun 53,5%
6 Gresik 50,0%
7 Blitar 46,8%
8 Jombang 40,7%
9 Sidoarjo 41,2%
10 Ngawi 40,5%

Bojonegoro? Ada di urutan ke-14. Meskipun nyaris semua desanya (99,5%) sudah memiliki BUMDes, namun hanya 29,5% yang masuk kategori “maju”.

Baca Juga :   Komitmen Majukan UMKM Bojonegoro, Bumdesma LKD Angling Dharma Dukung Wahono-Nurul
(Grafik Jumlah BUMDes Maju Jawa Timur, Sumber dpmd jawa timur)

Bojonegoro: Banyak Tapi Belum Tajam

Dengan 417 BUMDes dari 419 desa, Bojonegoro adalah salah satu kabupaten dengan jumlah BUMDes terbanyak di Jawa Timur. Tapi jika bicara kualitas, kabupaten ini masih berada di tengah-tengah.

  • Maju: 123 (29,5%)

  • Berkembang: 180 (43,2%)

  • Pemula: 114 (27,3%)

Gambaran ini seperti stadion penuh penonton, tapi tak banyak yang bersorak karena permainannya belum maksimal. Ada potensi besar, tapi belum semuanya dikawal untuk tumbuh jadi pilar ekonomi desa.

Bandingkan Tetangga: Lamongan, Tuban, Nganjuk, dan Ngawi

Untuk mendapatkan perspektif yang lebih tajam, mari tengok posisi Bojonegoro dibanding empat tetangganya.

1. Lamongan: Banyak Desa, Sedikit BUMDes

  • Jumlah desa: 462

  • Jumlah BUMDes: 279 (60,4%)

  • Maju: 9,3% saja!

Lamongan ibarat petani yang masih menimbang-nimbang: ingin menanam, tapi belum banyak yang betul-betul mulai. Jumlah desa besar, tapi hanya 279 yang punya BUMDes. Dari itu pun, sebagian besar masih pemula (82,1%).

2. Tuban: Sudah Banyak, Tapi Masih Bayi

  • Jumlah BUMDes: 250 dari 311 desa (80,4%)

  • Maju: 21,6%

  • Pemula: 67,6%

Tuban mulai serius membangun BUMDes, tapi mayoritas masih di level awal. Seperti bangunan yang baru dipasang pondasinya—belum berdiri kokoh.

Baca Juga :   Desa Pemilik Dana Desa Terbesar di Bojonegoro Tahun 2025, Napis Jadi Jawara

3. Nganjuk: Serempak Tapi Belum Hebat

  • Jumlah desa & BUMDes: 264 (100%)

  • Maju: 16,3%

  • Berkembang: 66,7%

Nganjuk menunjukkan konsistensi. Semua desa sudah punya BUMDes, dan dua pertiganya sedang berkembang. Meski belum banyak yang masuk kategori maju, Nganjuk punya “modal bergerak” yang lebih stabil daripada Tuban dan Lamongan.

4. Ngawi: Kecil Tapi Lincah

  • Jumlah BUMDes: 205 dari 213 desa (96,2%)

  • Maju: 40,5% (tertinggi di antara lima kabupaten ini)

  • Pemula: 15,6%

Ngawi adalah contoh kabupaten kecil dengan performa kelembagaan terbaik. Di tengah jumlah desa yang relatif sedikit, BUMDes-nya sudah banyak yang naik kelas. Boleh jadi, tata kelola dan pendampingan jadi kunci suksesnya.

Bukan Soal Jumlah, Tapi Perjalanan

Bojonegoro dan banyak kabupaten lain sudah membuktikan bahwa niat membentuk BUMDes bukan masalah. Tapi seperti anak-anak yang sekolah, membentuk lembaga hanyalah langkah awal. Yang jauh lebih sulit adalah membesarkannya agar benar-benar mandiri dan mampu menghidupi desa.

Dan di sinilah tantangan sebenarnya: berinvestasi pada penguatan kelembagaan, inovasi usaha, dan kemitraan yang berpihak pada desa.

Karena pada akhirnya, bukan siapa yang punya paling banyak, tapi siapa yang bisa menjadikan BUMDes sebagai pondasi ekonomi desa yang hidup dan tangguh.

Penulis : Syafik

Sumber data : Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa (DPMD) Jawa Timur