Mentjari Indonesia
Sejarah Perajaan Tahoen Baroe dan Perajaan Zaman Kolonial

oleh 144 Dilihat
oleh
(Foto Ucapan Selamat Tahun baru tahun 1928. sumber : netralnews.com)

Damarinfo.com – Perayaan Tahun baru menjadi acara rutin tahunan bangsa-bangsa di Seluruh dunia, setiap awal tahun masehi. Sebenarnya kapan perayaan tahun baru ini dilaksanakan?

Laman wikipedia berbahasa indonesia menuliskan bahwa Perayaan tahun baru awalnya muncul di Timur Tengah, 2000 SM. Penduduk Mesopotamia merayakan pergantian tahun saat matahari tepat berada di atas katulistiwa, atau tepatnya 20 Maret. Hingga kini, Iran masih merayakan tahun baru pada tanggal 20, 21, atau 22 Maret, yang disebut Nowruz.

Untuk penanggalan Masehi, Tahun Baru pertama kali dirayakan pada tanggal 1 Januari 45 SM. Tidak lama setelah Julius Caesar dinobatkan sebagai kaisar Roma, ia memutuskan untuk mengganti   penanggalan tradisional Romawi yang telah diciptakan sejak abad ketujuh SM.

Dalam mendesain kalender baru ini, Julius Caesar dibantu oleh Sosigenes, seorang ahli astronomi dari Iskandariyah, yang menyarankan agar penanggalan baru itu dibuat dengan mengikuti revolusi matahari, sebagaimana yang dilakukan orang-orang Mesir.

Baca Juga :   Perayaan Ibadah Natal di Sumberrejo Berjalan Aman

Satu tahun dalam penanggalan baru itu dihitung sebanyak 365 seperempat hari  dan Caesar menambahkan 67 hari pada tahun 45 SM sehingga tahun 46 SM dimulai pada 1 Januari.

Caesar juga memerintahkan agar setiap empat tahun, satu hari ditambahkan kepada bulan Februari, yang secara teoretis bisa menghindari penyimpangan dalam kalender baru ini. Tidak lama sebelum Caesar terbunuh pada tahun 44 SM, dia mengubah nama bulan Quintilis dengan namanya, yaitu Julius atau Juli. Kemudian, nama bulan Sextilis diganti dengan nama pengganti Julius CaesarKaisar Augustus, menjadi bulan Agustus.

(Sungai Ciliwung pada zaman kolonial. Foto : netralnews.com)

Pada zaman kolonial di Indonesia sudah dikenal perayaan tahun baru seperti ditulis dalam laman netralnews.com Mendiang Alwi Shahab, seorang wartawan senior yang pernah mengenyam kehidupan era Kolonial,  bercerita bahwa di Batavia, saat Tahun Baru tiba, banyak festival diselenggarakan dengan diisi beragam acara untuk mengundang keramaian.

Baca Juga :   Amankan Natal, Polisi Sterilisasi Gereja di Bojonegoro

Salah satu pusat keramaian adalah di Molenvliet yang kini bernama Harmoni. Di tempat ini selalu diadakan perayaan tahun baru yang serba meriah. Orang berduyun-duyun berdatangan ke tempat ini untuk menikmati acara dan menyambut detik-detik Tahun Baru.

Dan tentu saja, di tengah keramaian itu selalu disuguhi aneka pertunjukkan berbagai kesenian, lengkap dengan deretan para penjaja makanan.

Selain itu, ada juga keunikan lain. Setiap Tahun Baru tiba, beberapa kapal berukuran kecil sengaja dilepas dari dermaga dan digunakan masyarakat Batavia untuk menyusuri Sungai Ciliwung yang mengalir di beberapa kawasan elite.

“Saat itu, Sungai Ciliwung masih dalam sehingga bisa dilayari. Airnya pun masih jernih, tidak seperti sekarang yang semakin keruh dan dangkal akibat sedimentasi,” kenang Alwi kepada Republika.

Penulis : Syafik