Sementara, pendatang baru belum teruji dalam memimpin pasukan. Bahkan, pasukannya sendiri juga belum dibangun, apalagi soal strategi dan peralatan perangnya. Pendukungnya adalah penduduk kadipaten yang tidak suka dengan kepemimpinan petahana, dan bukan pendukung loyal kepada pendatang baru.
Pendukung itu pun belum dibariskan untuk menjadi pasukan yang siap berperang pada 27 November 2024 mendatang. Mereka masih tercerai berai tersebar di seluruh wilayah kadipaten, padahal waktunya tinggal tiga purnama.
Modal yang dimiliki adalah dukungan dari partai-partai politik yang dulu mengantarkan Prabowo-Gibran menduduki tahta tertinggi negeri ini. Sementara, partai politik tersebut kepentingannya sudah selesai pada Pileg DPRD lalu, tentu energinya tidak akan sehebat waktu mereka berperang untuk mempertahankan tahta mereka sendiri. Apalagi keputusan untuk mendukung pendatang baru datangnya dari pimpinan pusat, bukan murni keinginan mereka.
Modal para penggawa desa yang memilih merapat bukan semata-mata untuk kepentingan mendukung pendatang baru. Namun, untuk menyelamatkan diri dari ancaman perkara hukum yang bisa menjerat mereka.
Satu-satunya modal yang menjadi keyakinan para pendukung pendatang baru adalah para petinggi negeri ini akan turun untuk membantu peperangan dan diyakini bakal memenangkan pertarungan. Andai saja ini terjadi maka peperangan ini akan berlangsung sengit, bakal banyak korban berjatuhan yang sebenarnya merugikan penduduk kadipaten ini sendiri.
Andai nantinya petahana memutuskan untuk menghindari peperangan dengan memilih mundur dari drama ini, tentu penduduk kadipaten ini harus memberikan penghargaan yang setinggi-tinginya. Terlebih dia telah melakukan pengorbanan terbesar dalam hidupnya yakni merelakan tahta yang sebenarnya bisa dia dapatkan. Namun, memilih untuk mundur demi damainya kadipaten ini.
.Petuah bijak dari para sesepuh “minggiro nek wedi kecipratan getih..” (Menepilah jika takut terciprat darah)
Semoga kadipaten ini tetap adem, mari bersama-sama menjaga Bojonegoro
” Pilkada tidak lebih penting dibandingkan keamanan dan kedamaian penduduk kadipaten ini”
Penulis : Syafik