DRAMA perebutan tahta di Tlatah Malowopati terus berirama. Seperti musik dangdut, dengan suara gendang (ketipung) bikin ingin berdendang. Dramaturgi perebutan ini, twist plot (alur cerita) mulai dipertanyakan. Petahana yang perkasa itu, tidak terlihat dalam adegan-adegan pencitraan di minggu-minggu ini.
Seolah scene lagi dikuasai oleh pendatang baru, yang baru muncul dua minggu ini. Sesekali memang muncul para figuran melontarkan kata-kata yang menyerang pendatang baru itu, namun lewat begitu saja seperti angin lalu.
Tidak adanya petahana dalam drama yang masih bakal berlangsung hingga November 2024 ini menjadi tanda tanya, apakah dia keluar dari drama ini. Atau sebaliknya sedang mengamati pendatang baru memainkan perannya dalam dua minggu dan beberapa minggu ke depan.
Seolah petahana membiarkan para pendukung pendatang baru itu untuk melampiaskan ilusi ”kemenangan”, bahkan ada yang jumawa merasa pasti akan menang. Sinetron masih bersambung. Masih ada episode perebutan kekuasaan yang bakal berlangsung.
Petahana sudah bermain drama dengan genre di pentas politik ini sekitar 20 tahun. Waktu yang sangat panjang yang mampu mematangkan seorang aktor atau aktris dalam permainan dan karakternya dalam seni peran.
Dan, dalam 20 tahun petahana tidak pernah sekalipun menjadi pecundang. Selalu menjadi pemenang dalam setiap babak drama itu. Tentu sangat tidak masuk akal kalau petahana ini akan mundur dari pertarungan ini.
Selain itu, petahana lebih punya alasan untuk menjadi pemenang dalam pertarungan memperebutkan tahta kadipaten ini. Buktinya, petahana sudah mengantongi modal yakni suara pemilhan umum (pemilu) Februari 2024 lalu. Sebanyak 127.151 penduduk kadipaten telah memilihnya untuk mewakili mereka dalam tatanan pemerintah di pusat. Bahkan, 186 ribu lebih penduduk telah memberikan mandatnya kepada 13 penggawanya untuk mewakili mereka dalam tatanan pemerintahan kadipaten.
Tentu, modal yang sudah diperjuangkan selama dua dekade ini tidak mungkin bakal dilepas begitu saja. Terlebih, penduduk kadipaten ini yang punya kedaulatan untuk memilih pemimpinnya.
Petahana mengusai 26 kecamatan dari 28 kecamatan di kadipaten. Hanya dua kecamatan yakni Kecamatan Purwosari dan Padangan yang dimenangkan oleh partai lain. Ini membuktikan bahwa seluruh pasukan perangnya sudah sangat mumpuni dan teruji dalam melakoni peperangan. Dan, sudah barang tentu siap untuk menghadapi peperangan berikutnya.
Semua peralatan perang sudah tersedia berikut amunisinya, pasukannya juga sudah terbukti terlatih dalam menggunakan senjata. Para pasukannya sudah terbukti setia mendukung junjungannya untuk tetap berada di tahtanya dalam lima tahun mendatang.
Petahana bagai Singa Betina yang sedang mengintai mangsanya, dan pada saat yang tepat saat mangsanya terlena, dia akan menerkam dan melumatnya tanpa ampun dan tanpa sisa.