Lambang Kota: Dari Soerabaia ke Surabaya

oleh 158 Dilihat
oleh
(Infografis Lambang kota Surabaya Jaman Belanda dan Saat ini. Infografis by chatgpt)

damarinfo.com – Mungkin Tak banyak yang tahu, bahwa lambang Kota Surabaya yang kita lihat hari ini hampir tak berubah sejak zaman kolonial Belanda. Hiu dan buaya—simbol legendaris kota ini—telah menghiasi perisai kota sejak awal abad ke-20, bahkan sebelum Republik ini berdiri.

Jejak Soerabaia di Masa Hindia Belanda

Dalam buku “NEDERL.- INDISCHE GEMEENTE WAPENS GESCHIEDENIS, LEGENDEN EN BESLUITEN” yang dikarang oleh Dirk Rohl Jr diterbitan tahun 1930, nama Surabaya masih ditulis sebagai “Soerabaia”, lengkap dengan keterangan sebagai Stadsgemeente—artinya kota yang sudah memiliki pemerintahan sendiri di bawah sistem desentralisasi Belanda.

Lambangnya? Sangat familiar bagi warga Surabaya masa kini:

  • Perisai berwarna biru dengan garis-garis horizontal.

  • Sepasang hewan: seekor hiu (sura) dan seekor buaya (baya), saling berhadapan.

  • Simbolisme lokal yang kuat, namun diadopsi ke dalam gaya heraldik Eropa.

Meski saat itu Soerabaia adalah bagian dari sistem kolonial, lambangnya justru mengangkat mitos lokal. Ini menjadi bukti bahwa bahkan pemerintah kolonial mengakui kekuatan narasi rakyat dalam membentuk identitas kota.

Baca Juga :   Sejarah Masuknya Kristen ke Bojonegoro: Jejak Zending dari 1903

Dari Perisai Kolonial ke Identitas Republik

Setelah Indonesia merdeka, desain lambang Surabaya mengalami penyempurnaan artistik, tapi tidak mengalami perombakan total:

  • Tugu Pahlawan ditambahkan di tengah lambang, sebagai simbol perjuangan kemerdekaan.

  • Warna diperkuat: biru laut yang mencolok, hiu dan buaya berwarna emas.

  • Bentuk perisai lebih modern dan dinamis.

Namun, inti pesannya tetap sama: ini adalah kota yang kuat, keras kepala, dan tidak mudah dikalahkan.

Kontinuitas yang Jarang Disadari

Apa yang menarik dari lambang Surabaya bukan sekadar desainnya, tapi konsistensinya melintasi rezim dan zaman. Di saat banyak kota mengganti lambang mereka, Surabaya tetap mempertahankan akar simboliknya.

Ini menjadikan lambang Surabaya sebagai penanda historis yang hidup—ia menyambungkan masa kolonial, masa revolusi, hingga masa kini, dalam satu bingkai visual yang tak banyak berubah.

Sejarah yang Melekat di Simbol

Melihat lambang kota adalah melihat sejarah diam-diam yang terus ikut dalam kehidupan warganya. Dari lambang Soerabaia yang muncul di dokumen pemerintah kolonial, hingga lambang Surabaya yang kini terpampang di kantor-kantor pemerintahan, semua membawa pesan yang sama: ini kota yang punya keberanian, keteguhan, dan kisah panjang untuk diceritakan.

Baca Juga :   Kisah Kemiskinan Bojonegoro di Masa Kolonial dan Gerakan Kemanusiaan dari Belanda

Kota yang Tak Pernah Menanggalkan Identitasnya

Judul kota boleh berubah—dari Soerabaia ke Surabaya—tapi lambangnya tetap bercerita tentang semangat perlawanan, tentang pertarungan antara dua kekuatan besar, tentang masyarakat yang tidak pernah tunduk pada penjajahan maupun tantangan zaman.

Dalam lambang itu, ada sejarah kolonial, ada cerita rakyat, dan ada nasionalisme. Sebuah perpaduan yang menjadikan Surabaya bukan hanya kota pahlawan, tapi juga kota yang setia pada dirinya sendiri.

Penulis : Syafik

Sumber : Buku (“NEDERL.- INDISCHE GEMEENTE WAPENS GESCHIEDENIS, LEGENDEN EN BESLUITEN” ,Dirk Rohl Jr, 1930, diunduh dari laman delpher.nl diterjemahkan denga chat.Qwen.ai )