Bojonegoro, damarinfo.com – Di tengah lumbung pangan dan hamparan sawah yang luas, justru petani makin susah mencari tenaga kerja. Itulah ironi yang terjadi di Kabupaten Bojonegoro hari ini. Bahkan untuk sekadar menanam padi, perlu antre dua minggu.
Hal itu diungkapkan Bupati Bojonegoro Setyo Wahono dalam acara “Jagongan Petani Milenial” di Kenep Smart Village (Kensvill), Desa Kenep, Kecamatan Balen, Kamis 22-5-2025. Lewat cerita sederhana namun menyentuh, ia menggambarkan peliknya kondisi pertanian di kampung halaman.
“Kakak saya itu untuk cari orang tandur harus inden dua minggu. Akhirnya benih padi sudah kelewat umur ideal 22 hari. Dampaknya, hasil panen menurun karena anakannya sedikit,” ujar Bupati yang akrab disapa Mas Wahono.
Petani Muda, Harapan Masa Depan
Mas Wahono mengakui bahwa regenerasi petani menjadi persoalan serius. Karena itu, ia menitipkan “pekerjaan rumah” (PR) ini kepada Ismail Fahmi, narasumber sekaligus tokoh di balik Kensvill.
“Saya harus berbagi ke ahlinya. Mas Fahmi kan asli Bojonegoro, jadi ya harus ikut mikir,” ujarnya sambil tertawa.
Mas Wahono juga menggandeng pakar pertanian Jaka Widada, Dekan Fakultas Pertanian UGM, untuk ikut mencarikan solusi soal benih padi, pengolahan lahan kering, hingga urusan pupuk dan teknologi.
“Kita di Bojonegoro wis gak kuat mikir dewe. Mumpung ada Pak Jaka, saya titip PR ini,” tambahnya, masih dengan gaya ceplas-ceplos khas warga Dolokgede, Tambakrejo.
Bertani Juga Bisa Keren
Menanggapi tantangan regenerasi petani, Ismail Fahmi menekankan pentingnya mengubah cara pandang generasi muda terhadap profesi petani.
“Anak muda sekarang ingin kebanggaan. Jadi, bagaimana caranya bertani itu tetap keren. Bukan cuma soal pendapatan, tapi juga penampilan,” kata Fahmi yang juga warga asli Desa Kenep Kecamatan Balen ini .
Sebagai contoh, di rumahnya di Jakarta yang lahannya terbatas, Mas Fahmi tetap bisa bertani menggunakan teknologi. Ia menanam melon dan anggur dengan sistem intensif yang mampu menghasilkan hingga 20 buah per pohon.
“Kalau pakai teknik lama, paling satu pohon cuma satu buah,” terang pendiri platform Drone Emprit ini.
Smart Agriculture, Masa Depan Pertanian Bojonegoro
Jaka Widada dari UGM mengenalkan konsep Smart Agriculture yang menggabungkan sektor pertanian, peternakan, dan perikanan secara terpadu.
“Di Cina dan Jepang, satu hektar sawah bisa panen 15 ton padi. Di kita masih 6–7 ton. Tapi dengan teknologi, kita bisa mengejar itu,” jelasnya.
Dukungan dari Pemerintah dan Swasta
Dari sisi pemerintah daerah, Plt. Kepala DKPP Bojonegoro, Zaenal Fanani, menyebutkan berbagai program telah dijalankan untuk mendukung petani milenial.
“Kami sudah mengirim petani muda ke luar daerah dan luar negeri untuk belajar. Kami juga masuk ke sekolah-sekolah untuk menumbuhkan minat bertani sejak dini,” ungkap Zaenal.
Sementara itu, Direktur PT. Asri Dharma Sejahtera (ADS), M. Kuundori menegaskan komitmen pihaknya dalam mendukung pertanian berkelanjutan di Bojonegoro.
“Generasi muda yang kreatif dan berani berinovasi adalah kunci. Kami di ADS siap mendukung penuh, sejalan dengan visi Kabupaten Bojonegoro,” kata Mas Dori, sapaan akrabnya.
Menutup dengan Panen Melon
Setelah diskusi hangat yang dimoderatori wartawan senior Khorij, acara ditutup dengan kegiatan panen melon di Green House Kensvill. Sebuah simbol bahwa pertanian modern bisa berjalan berdampingan dengan gaya hidup kekinian.
Penulis : Syafik