Komisi C DPRD: Angka Stunting di Bojonegoro Capai 20 Persen

oleh 59 Dilihat
Natasha Devianti di seminar Diseminasi Hasil Penelitian Model Penanggulangan Stunting dì Kabupaten Bojonegoro yang dilaksanakan oleh Fatayat NU bekerjasama dengan ExxonMobil Cepu, pada Senin 31-Mei-2021.Foto/Syafik

Bojonegoro – Anggota Komisi C DPRD Bojonegoro Natasha Devianti mengatakan, angka balita stunting (kurang gizi kronis yang sebabkan pertumbuhan terhambat) di Kabupaten Bojonegoro mencapai 20 persen. Data tersebut merujuk dari Dinas Kesehatan Jawa Timur dimana Bojonegoro termasuk tinggi.

“Angkanya mencapai lebih dari 20 persen. Sehingga Bojonegoro menjadi lokus stunting. Banyak balita yang gagal berkembang fisik dan otaknya gara-gara kekurangan gizi dan salah pola asuh,” ujarnya di seminar Diseminasi Hasil Penelitian Model Penanggulangan Stunting dì Kabupaten Bojonegoro yang dilaksanakan oleh Fatayat NU bekerjasama dengan ExxonMobil Cepu, pada Senin 31-Mei-2021.

Menurut perempuan yang akrab dipanggil Sasa itu, Komisi C sangat concern terhadap masalah kesehatan masyarakat, termasuk di antaranya isu stunting. “Makanya kami mengapresiasi EMCL dan Fatayat karena telah melakukan audiensi kepada komisi C sejak sebelum melakukan penelitian dan ketika penelitian ini menghasilkan rekomendasinya,” ucap Sasa.

Namun dia berharap diskusi ini saya harap tidak hanya menjadi wacana, seremonial, dan berhenti pada tataran konsep.Kita butuh aksi, bukan hanya sekedar diskusi. Meskipun terkadang solusi muncul dari sebuah diskusi yang efektif, katanya.

Baca Juga :   Natasya Devianti: Pembelajaran Daring Sulit Dilaksankan untuk Tingkat TK-SD

“Soal stunting, saya concern soal data. Saya dengar dari kolega saya di Provinsi, bahwa Kabupaten Bojonegoro masuk lokus stunting. Sedangkan di sini saya lihat jumlah stunting rendah. Mana yang bener?” katanya keras.

Sasa juga menambahkan bahwa stunting harus dituntaskan dari hulu ke hilir. Mulai dari birokrasi PKK yang kait berkait dengan OPD – OPD yang ada di Pemkab, soal pendanaan posyandu, dan program Pemerintah yang efektif dan efisien tepat sasaran dalam meningkatkan kualitas pelayanan posyandu.

Pemkab Bojonegoro, kata Sasa, seharusnya lebih terbuka Dengan semua elemen dalam menangani stunting ini. Ayolah kita bareng-bareng, kerja bersama. Kalau memang ada ketidakcocokan data, ayo kita perbaiki sama-sama.

Sasa melanjutkan, sebagai ibu seorang balita, sebagai perempuan, sebagai anak muda, saya ingin mengajak semua ibu-ibu, perempuan muda, dan anak muda kabupaten Bojonegoro untuk menyadari betapa pentingnya memiliki pemahaman tentang pentingnya masalah kesehatan ibu dan balita ini.

Baca Juga :   Penanganan Anak Tumbuh Kerdil Jadi Perhatian DPRD Bojonegoro

“Sebagai wakil rakyat di DPRD Bojonegoro, saya berkomitmen akan terus menyuarakan isu kesehetan ini, terutama persoalan stunting yang cukup mengkhawatirkan di Kabupaten Bojonegoro,” pungkasnya.

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Bojonegoro diwakili Kabid Kesmas, Dr Lucky lmroah mengatakan bahwa perbedaan data kabupaten dengan provinsi saat ini sedang ada sinkronisasi. Dinkes Bojonegoro, kata dia, sudah melalukan berbagai upaya dan cara dalam menanggulangi stunting. “Kita sedang berusaha melakukan yang terbaik,” ungkap Lucky.

Pada seminar yang diinisiasi EMCL tersebut nampak hadir Kepala Dinas Kesehatan, Dinas P3KAB, Pemerintah Kecamatan Kota Bojonegoro, Pemerintah Kecamatan Kedung Adem, para kader posyandu dari delapan desa di Kecamatan Kota dan Kedung Adem.

Seminar dimulai dengan pemaparan hasil penelitian Fatayat mengenai persoalan prosedur penanganan stunting, kemudian dilanjutkan dengan diskusi. Diskusi menghadirkan Kepala Dinas Kesehatan, Ketua Komisi C DPRD Bojonegoro yang diwakili sekretaris komisi, dan manajer peneliti dari Fatayat.

Penulis  : Syafik

Editor   : Sujatmiko