Filosofi Sinergi dan Kemandirian di Hari Jadi Bojonegoro
Bojonegoro – Menjelang peringatan Hari Jadi Bojonegoro (HJB) ke-348, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kabupaten Bojonegoro memperkenalkan logo resmi beserta filosofinya. Logo terpilih berasal dari karya Bowo Sulistyo, pemuda Desa Sumberagung, Kecamatan Ngraho, yang memenangkan Lomba Desain Logo HJB 2025 dengan tema Bersinergi untuk Bojonegoro Mandiri.
Anak Muda Ngraho yang Konsisten Berkarya
Bowo Sulistyo aktif mengikuti sayembara desain logo HJB. Tahun 2024, ia meraih juara dua; tahun ini, karyanya mencapai posisi pertama. Selain itu, Bowo menyatakan bahwa lomba tahunan Disbudpar memberi peluang besar bagi desainer lokal untuk belajar dan menunjukkan identitas daerah lewat karya visual.
“Proses riset dan percakapan dengan berbagai pihak membuat saya memahami potensi Bojonegoro. Dari situ, saya yakin kemandirian lahir dari kolaborasi. Semoga ajang ini terus ada agar desainer muda makin percaya diri menampilkan karakter daerah,” kata Bowo, Senin 13-10-2025.
Makna Logo: Sinergi untuk Kemandirian
Logo HJB ke-348 mengusung pesan utama: pemerintah dan masyarakat harus bersinergi untuk membangun kemandirian daerah. Secara visual, desain itu menyatukan tiga gagasan inti — kolaborasi, identitas lokal, dan pertumbuhan — menjadi satu bentuk grafis yang ringkas dan mudah dikenali. Selain itu, logo ini fleksibel untuk dipakai di berbagai media publikasi pemerintah.
Desainer memilih simbol infinity untuk menunjukkan kolaborasi yang berkelanjutan. Selanjutnya, ia memasukkan elemen tangga untuk merepresentasikan proses bertahap dan kemajuan yang terus meningkat.

Identitas Lokal dalam Setiap Unsur Visual
Bowo menautkan nilai-nilai lokal ke dalam desain melalui empat simbol utama: api, padi, gelombang air, dan motif batik Sata Gondo Wangi.
-
Api menyimbolkan semangat, optimisme, dan kekayaan alam berupa minyak bumi.
-
Padi menandai kemandirian pangan yang menopang ekonomi warga.
-
Gelombang air merepresentasikan watak masyarakat Bojonegoro yang damai, sekaligus menggambarkan Bengawan Solo, waduk, dan bendungan.
-
Motif Sata Gondo Wangi mengangkat tembakau sebagai komoditas unggulan serta keterampilan kreatif masyarakat.
Dengan demikian, setiap unsur visual menegaskan hubungan antara budaya, sumber daya alam, dan identitas ekonomi lokal.
Warna yang Menjelaskan Perjalanan Bojonegoro
Desain juga mengandung narasi warna yang terstruktur. Di bagian bawah, oranye dan merah menandakan semangat dan optimisme. Selanjutnya, biru muda dan biru tua berfungsi sebagai jembatan keharmonisan antara masyarakat dan pemerintah. Terakhir, hijau di bagian atas melambangkan pertumbuhan, harapan, dan kemandirian.
Selain itu, desainer memberi pola visual berbeda pada tiap warna untuk menekankan nilai-nilai lokal. Susunan warna ini menggambarkan perjalanan dari semangat awal menuju tujuan akhir: Bojonegoro yang mandiri dan berkelanjutan.
Logo sebagai Cermin Tekad Bersama
Logo HJB ke-348 tidak sekadar identitas acara. Sebaliknya, logo itu mencerminkan tekad bersama seluruh warga Bojonegoro untuk bersinergi membangun daerah yang tangguh dan mandiri. Oleh karena itu, desain ini pantas menjadi simbol peringatan HJB dan bahan kampanye visual menuju masa depan daerah.
Editor : Syafik
Sumber : Bojonegorokab.go.id