Hari Santri Nasional
Resolusi Jihad, Jawaban Kegundahan Hati Soekarno

oleh 72 Dilihat
oleh
(Cover Buku KH. Hasyim Asy'ari Pengabdian Kyai untuk Negeri/tangkapan layar)

Damarinfo.com – Setelah Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia 17 Agustus 1945, ternyata hingga bulan Oktober 1945 tidak satu pun negara di dunia yang mengakui kemerdekaan Indonesia. Pasalnya Belanda yang bernafsu untuk kembali menjajah Indonesia melakukan lobi-lobi ke dunia Internasional agar tidak mengakui Kemerdekaan Republik Indonesia. Alasan yang digunakan oleh pihak belanda adalah bahwa Negara Indonesia adalah negara boneka bentukan dari negara fasisme Jepang.

Hal ini lah yang menjadikan Presiden Soekarno gundah, apalagi  bala tentara sekutu yang datang ke Indonesia yang semestinya hanya menyelesaikan masalah interniran dan tawanan jepang, berubah menjadi upaya untuk kembali menjajah Indonesia dengan adanya tentara belanda yang tergabung dalam Netherlands Indies Civil Administration (NICA).

Dalam kegundahan hatinya Soekarno mengutus utusan untuk bertemu dengan Pengasuh Pondok Pesantren Tebu Ireng KH. Hasyim Asy’ari di Jombang,  pada pekan kedua Oktober 1945, untuk meminta petunjuk dan arahan guna memecahkan kegundahan hati presiden.

Soekarno bertanya kepada Kiai Hasyim karena pengaruh dan legitimasinya di hadapan para ulama sangat besar dan strategis. Dengan cara ini, Bung Karno sekaligus ini menegaskan kembali makna mempertahankan RI yang baru berusia beberapa minggu ini dalam perspektif hukum agama. Selain itu, dengan adanya jawaban yang cukup jelas ini, Soekarno memiliki alasan yuridis untuk terus mempertahankan kemerdekaan ini di dunia internasional.

Baca Juga :   Hari Santri Nasional Siapakah yang Bisa Disebut Santri?

“sudah terang bagi umat Islam untuk melakukan pembelaan terhadap tanah airnya dari ancaman asing” Begitu jawaban KH. Hasyim Asy’ari.

KH. Hasyim As’ari selanjutnya mengeluarkan fatwa pada tanggal 17 September 1945 yang berisi:

  1. Hukumnya memerangi orang kafir yang merintangi kemerdekaan kita sekarang ini adalah Fardhu ain bagi tiaptiap orang Islam yang mungkin meskipun bagi orang fakir;
  2. hukumnya orang yang meninggal dalam peperangan melawan NICA serta komplotannya adalah mati syahid;
  3. hukumnya orang yang memecah persatuan kita sekarang iniwajib dibunuh

Berpijak pada fatwa inilah, kemudian para ulama se-Jawa dan Madura mengukuhkan Resolusi Jihad dalam rapat yang digelar pada tanggal 21-22 Oktober 1945 di kantor Pengurus Besar NU di Bubutan, Surabaya yang dipimpin oleh KH. Wahab Chasbullah.  Selain dihadiri oleh para utusan konsul NU se-Jawa dan Madura, pertemuan penting ini juga dihadiri oleh panglima Laskar Hizbullah, KH. Zainul Arifin. Keputusan rapat ini ditutup dengan pidato Kiai Hasyim:

Baca Juga :   Berikut Filosofi Logo Hari Santri Tahun 2022.

“Apakah ada dan kita orang yang suka ketinggalan, tidak turut berjuang pada waktu waktu ini, dan kemudian ia mengalami keadaan sebagaimana yang disebutkan Allah ketika memberi sifat kepada kaum munafik yang tidak ikut berjuang bersama Rasulullah. Demikianlah, maka sesungguhnya pendirian umat adalah bulat untuk mempertahankan kemerdekaan dan membela kedaulatannya dengan segala kekuatan dan kesanggupan yang ada pada mereka, tidak akan surut seujung rambut pun.

Barang siapa memihak kepada kaum penjajah dan condong kepada mereka, maka berarti memecah kebulatan umat dan mengacau barisannya. Maka barang siapa yang memecah pendirian umat yang sudah bulat, pancunglah leher mereka dengan pedang siapa pun orangnya.”

Selamat Hari Santri Nasional tahun 2022. Semoga kita diberikan kekuatan untuk meneladani semangat perjuangan dari para pejuang kemerdekaan RI.

Penulis : Syafik

Sumber : Buku “KH. Hasyim Asy’ari Pengabdian Seorang Kyai untuk Negeri” Museum Kebangkitan Nasional Dirjen Kebudayaan Kemendikbud RI. (2017)