Bojonegoro, damarinfo.com –APBD Kabupaten Bojonegoro tahun 2024 memperlihatkan komposisi belanja yang berat sebelah. Dari total belanja sebesar Rp8,26 triliun, pemerintah daerah mengalokasikan Rp4,35 triliun atau 53% untuk belanja operasi. Komponen terbesar dalam belanja operasi tersebut adalah belanja pegawai, yang mencapai Rp1,77 triliun—setara 40,7% dari total belanja operasi.
Dinas Pendidikan Paling Banyak Menyerap Anggaran Gaji
Porsi terbesar dari belanja pegawai mengalir ke Dinas Pendidikan. Pada 2024, dinas ini menerima alokasi Rp939,12 miliar, atau 53% dari total belanja gaji pegawai. Namun, serapan anggarannya belum optimal. Pemerintah hanya mampu merealisasikan Rp704,79 miliar, atau sekitar 75,05% dari pagu.
Kondisi ini sebenarnya sudah membaik dibanding 2023, ketika realisasi belanja pegawai Dinas Pendidikan hanya menyentuh 56,91%. Saat itu, dari anggaran hampir Rp1 triliun, hanya sekitar Rp563 miliar yang benar-benar digunakan.
Tren Realisasi Selalu Di Bawah Target
Jika melihat data sejak 2019, realisasi belanja pegawai Bojonegoro tidak pernah mencapai 100%. Bahkan pada 2023, persentasenya turun drastis menjadi 69,08%. Meskipun begitu, pemerintah tetap menaikkan anggaran dari tahun ke tahun. Pada 2025, Pemkab Bojonegoro merencanakan belanja pegawai sebesar Rp2,16 triliun, naik sekitar 22,1% dibanding 2024. (PPAS P-APBD 2025)

DPRD Soroti Kenaikan Tanpa Alasan Jelas
Kenaikan tajam ini memicu pertanyaan dari legislatif. Lasuri, anggota Badan Anggaran DPRD Bojonegoro, menyampaikan kritik tajam kepada Tim Anggaran Pemerintah Daerah (TAPD). Ia menyoroti bahwa TAPD tidak mampu menjelaskan alasan di balik lonjakan belanja pegawai.
“TAPD tidak bisa menjelaskan alasan kenaikan belanja pegawai ini,” ujar Lasuri, politisi dari PAN.
Lasuri mendesak agar pemerintah menyusun perencanaan anggaran secara matang. Ia menilai, serapan anggaran yang selalu di bawah 90% akan memicu Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SILPA) di akhir tahun. Menurutnya, kondisi ini mengindikasikan perencanaan belanja yang tidak realistis.
“Tiap tahun realisasinya rendah, tapi anggarannya terus naik. Ini membingungkan sekaligus mencurigakan,” tegasnya.
Penulis : Syafik