Dua Wajah Penduduk Bojonegoro
Bojonegoro tahun 2024 memperlihatkan dua sisi wajah demografi. Satu wajah menunjukkan seluruh penduduk — dari bayi hingga lansia — berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS). Wajah lainnya menyorot para kepala keluarga laki-laki, yang tercatat oleh Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN).
Ketika kedua data ini disandingkan, muncul kisah yang menarik: usia produktif masih mendominasi, namun garis waktu mulai condong ke penuaan.
Struktur Penduduk: Populasi Produktif yang Mulai Menua
BPS Bojonegoro mencatat total penduduk 1.366.227 jiwa pada tahun 2024, terdiri dari 686.426 laki-laki dan 679.801 perempuan. Struktur usia menunjukkan bahwa kelompok 25 hingga 54 tahun mendominasi, berjumlah lebih dari 700 ribu jiwa, atau lebih dari separuh populasi. Lapisan ini menjadi inti tenaga kerja yang menjaga pergerakan ekonomi daerah.
Namun, kelompok usia 65 tahun ke atas telah mencapai 160.685 jiwa, atau 11,8% dari total penduduk. Angka ini menandakan bahwa Bojonegoro telah memasuki fase penuaan penduduk (ageing population).
Sementara itu, penduduk muda berusia 0–14 tahun hanya sekitar 236 ribu jiwa, jauh lebih kecil dibanding generasi produktif.
Piramida penduduknya kini tidak lagi tajam di bawah, tetapi melebar di tengah dan di puncak — tanda klasik masyarakat yang sedang menua.
Kepala Keluarga: Tulang Punggung di Usia Paruh Baya
Data BKKBN menunjukkan terdapat 354.057 kepala keluarga laki-laki di Bojonegoro tahun 2024. Distribusi usia mereka berkumpul di rentang 40 hingga 59 tahun, dengan jumlah lebih dari 170 ribu kepala keluarga, hampir setengah dari total. Sementara itu, kepala keluarga lansia berusia di atas 60 tahun mencapai 62.869 orang — jumlah yang signifikan.
Sebaliknya, kepala keluarga muda di bawah usia 30 tahun jumlahnya sangat sedikit, tidak sampai 15 ribu orang. Tren ini mengindikasikan bahwa generasi muda menunda pembentukan keluarga, baik karena alasan ekonomi maupun migrasi ke daerah lain. Akibatnya, struktur keluarga di Bojonegoro semakin berat di usia tengah — stabil tapi menua.
Keterhubungan Antara Penduduk dan Kepala Keluarga
Ketika data penduduk (BPS) dan kepala keluarga (BKKBN) disandingkan, tampak hubungan yang erat namun asimetris. Penduduk usia produktif masih mendominasi, tetapi jumlah kepala keluarga muda terus menurun. Artinya, banyak penduduk usia produktif yang belum atau tidak membentuk keluarga baru.
Sementara itu, lonjakan kepala keluarga lansia sejalan dengan bertambahnya proporsi penduduk berusia lanjut. Fenomena ini menggambarkan masyarakat yang menjalani penuaan bersama-sama, baik sebagai individu maupun sebagai unit keluarga.
Jika digambarkan dalam metafora, struktur ini menyerupai pohon jati tua di musim kemarau — batangnya kokoh, daunnya masih lebat, tetapi tunas mudanya mulai jarang tumbuh.
Kekuatan masih ada, namun regenerasi melambat.

Rasio Ketergantungan: Bonus Demografi di Ujung Masa
Penduduk usia produktif (15–64 tahun) mencapai 1,13 juta jiwa, atau 82,7% dari total penduduk. Dengan rasio ketergantungan sekitar 35,1, setiap 100 orang produktif menanggung 35 orang yang belum atau tidak bekerja. Angka ini menunjukkan bahwa Bojonegoro masih menikmati bonus demografi — fase emas di mana tenaga kerja mendominasi populasi.
Namun, di sisi lain, data kepala keluarga memberi peringatan halus. Lebih dari 30% kepala keluarga kini berusia di atas 55 tahun, dan dalam satu dekade ke depan mereka akan masuk kategori lansia. Dengan kata lain, bonus demografi Bojonegoro sedang menuju titik puncak.
Dari Data ke Kehidupan: Penuaan yang Tenang tapi Nyata
Peningkatan usia kepala keluarga dan penduduk lansia di Bojonegoro bukan sekadar angka di tabel statistik.
Fenomena ini tampak nyata di kehidupan sehari-hari: desa-desa mulai sunyi oleh anak muda, sementara suara gamelan atau obrolan petani kini lebih sering datang dari mereka yang sudah beruban.Migrasi tenaga muda mempercepat perubahan ini, membuat
Bojonegoro semakin matang namun perlahan kehilangan vitalitas mudanya. Bojonegoro tidak lagi muda, tetapi tetap hidup dengan irama yang tenang. Data BPS dan BKKBN memperlihatkan perjalanan masyarakat yang terus bergerak — dari fase produktif menuju keseimbangan usia, dari ledakan tenaga muda menuju kebijaksanaan usia senja.
Seperti Bengawan Solo yang mengalir tanpa tergesa, Bojonegoro menua dengan tenang, membawa serta pengalaman, kerja keras, dan kisah panjang dari setiap kepala keluarga yang membangun masa depan dari rumah-rumah sederhana di tepi sawah.
Penulis : Syafik
Sumber data :
- BKKBN (https://portalpk-siga.bkkbn.go.id/tabulasi/IK/Tabel1)
- BPS Bojonegoro (https://bojonegorokab.bps.go.id/id/statistics-table/2/MTQwIzI=/penduduk-kabupaten-bojonegoro-menurut-kelompok-umur-dan-jenis-kelamin—jiwa-.html)