Menyusuri Jejak Peninggalan Hindu di Jawa pada Masa Kolonial: Kisah Benda-Benda Kuno dari Bodjonegoro

oleh 149 Dilihat
oleh
(ilustrasi by chatgpt)

Bukan Sekadar Nama: Bodjanegara di Tengah Lintasan Sejarah

Pada awal abad ke-20, Bodjanegara—nama lama dari Bojonegoro—masih menjadi bagian dari Provinsi Jawa Tengah, sebelum secara administratif berpindah ke Provinsi Jawa Timur pada tahun 1929. Wilayah ini saat itu terbagi dalam beberapa Afdeling, setara dengan distrik atau kawedanan yang membawahi beberapa kecamatan.

Namun lebih dari sekadar unit administratif, Bodjanegara menjadi salah satu titik penting penemuan artefak Hindu kuno pada masa kolonial. Berkat kerja para arkeolog dan pejabat kolonial Belanda, ratusan benda bernilai sejarah berhasil didokumentasikan melalui Inventaris der Hindoe Oudheden, sebuah katalog resmi yang merekam jejak peninggalan budaya Hindu-Buddha di tanah Jawa.

Bodjanegara: Ladang Harta Karun Arkeologis

Banyak penemuan benda-benda kuno dilakukan di ladang, hutan, pemukiman. Temuan ini bukan hanya berjumlah puluhan, tapi ratusan benda yang tersebar di berbagai distrik. Berikut ini adalah daftar lengkap 21 temuan penting berdasarkan dokumen kolonial:

No.*) Benda yang Ditemukan Lokasi Penemuan Distrik (Afdeling) Sumber Dokumen
1551 Yoni, lumpang, arca Wisnu, Mahadewa, Ganesha Bodjanegara**) Afdeeling Bodjanegara Inventaris Hindoe Oudheden, Deel 2 (1915–1923)
1552 Lumpang dari Sajang Desa Sajang Afdeeling Bodjanegara Inventaris Hindoe Oudheden, Deel 2 (1915–1923)
1553 Wisnu kecil dengan 4 lengan, yoni pecah Padukuhan Saban Afdeeling Bodjanegara Inventaris Hindoe Oudheden, Deel 2 (1915–1923); Foto B.G. II No. 226
1554 Dua arca Ganesha, Nandi, batu tahun 1294 & 1313 Hutan Ngloejoe Afdeeling Bodjanegara Brumund (1868), Groeneveldt (1887), Knebel (1910), Notulen 1880–1888
1555 Tiga lempeng logam besar Penggalian kanal utara Afdeeling Bodjanegara Notulen 1896; Inventaris Museum Batavia No. 2867, 2868, 3817
1556 Perhiasan emas Desa Kedoeng Banda Afdeeling Pelem Notulen 1913; Inventaris Museum Batavia No. 5276
1557 Bejana dan bilah gamelan saron Desa Bebet Afdeeling Pelem Notulen 1885; Groeneveldt (1887); Knebel (1910); Inventaris Mus. Bat. No. 3049, 3052
1558 Beberapa lumpang Sawah desa Bogangin Afdeeling Pelem Inventaris Hindoe Oudheden, Deel 2 (1915–1923)
1559 Ganesha Halaman kediaman houtvester di Padangan **) Afdeeling Padangan Inventaris Hindoe Oudheden, Deel 2 (1915–1923)
1560 Yoni besar Desa Batokan Afdeeling Padangan Inventaris Hindoe Oudheden, Deel 2 (1915–1923)
1561 Patung kecil Kyahi Derpo Dekat desa Kelina Afdeeling Padangan Brumund (1868), Veth (1878), Notulen 1872–1873
1562 Sisa bangunan “batu Majapahit” Hutan jati dekat Djipangoeloe Afdeeling Padangan Risalah Rapat 1895
1563 Sisa bangunan dan batu bertulis Antara Banjoe Oerip dan sungai Afdeeling Padangan Risalah Rapat 1895
1564 Dua cincin tembaga besar Lembah Bengawan Solo, patok 40 Afdeeling Padangan Risalah Rapat 1898 & 1899
1565 Ganesha kecil, tiang bundar Padukuhan Pandean, Kalangan Afdeeling Tambak Redja Inventaris Hindoe Oudheden, Deel 2 (1915–1923)
1566 Mahadewa dengan tengkorak, lingga, batu candi Padukuhan Djeroek, Ngela Afdeeling Tambak Redja Inventaris Hindoe Oudheden, Deel 2 (1915–1923)
1567 Lumpang Hutan jati padukuhan Kedoeng Afdeeling Tambak Redja Inventaris Hindoe Oudheden, Deel 2 (1915–1923)
1568 Lempeng tembaga bertulisan Sekar Afdeeling Tambak Redja Krom (1911), Brandes (1913)
1569 Dua bejana logam Desa Beget Afdeeling Ngoempak Notulen 1886; Groeneveldt (1887); Knebel (1910); Inventaris Mus. Bat. No. 3050
1570 Periuk Jawa Kuno + lumpang andesit Kloempang Afdeeling Ngoempak Inventaris Hindoe Oudheden, Deel 2 (1915–1923)
1571 Blok batu piramida dengan relief Banaredja Afdeeling Ngoempak Inventaris Hindoe Oudheden, Deel 2 (1915–1923)
  • No mengikuti nomor inventari dalam laporan belanda
  • dihalaman pejabat setelah benda ditemukan ditempat yang lain, di tempatkan di halaman para pejabat.

Kisah Penemuan dan Pelestarian

Banyak dari benda-benda ini ditemukan di sawah, hutan jati, atau bekas pemukiman kuno. Misalnya, sebuah lumpang batu dari desa Maling Mati , ditemukan di tengah hutan jati dan akhirnya dibawa ke Bodjanegara. Demikian pula patung Ganesha dari desa Kalangan , yang meskipun rusak, tetap menjadi simbol penting keberadaan bangunan suci di masa lalu.

Baca Juga :   Jejak Fosil dan Sejarah Kuno di Gunung Pandan Bojonegoro

Beberapa benda, seperti periuk Jawa Kuno dari Kloempang dengan empat pegangan dan blok batu berbentuk piramida dari Banaredja , menunjukkan tingkat seni dan teknologi yang tinggi. Batu piramida ini diduga merupakan bagian atas dari meru , bangunan suci yang digunakan dalam upacara keagamaan.

Baca Juga :   Tertangkapnya Mertopatie: Akhir Teror Perampok Paling Ditakuti di Bojonegoro Zaman Kolonial

Sayangnya, tidak semua benda bisa diselamatkan. Beberapa telah hilang, seperti lembaran tembaga bertulisan dari Sekar atau patung Kyahi Derpo dari Kelina yang menghilang tanpa jejak sejak tahun 1882.

(Potongan Salinan Dokumen Buku Laporan Dinas Purbakala Belanda tahun 1915.delpher.nl)

Peran Ilmuwan dan Museum

Selama abad ke-19 dan awal abad ke-20, para ilmuwan Belanda seperti Dr. R.D.M. Verbeek memimpin upaya pengumpulan dan dokumentasi benda-benda kuno ini. Mereka mencatat setiap temuan, mengabadikannya dalam foto, dan menyimpannya di museum-museum seperti Museum Nasional Indonesia (Batavia) .

Namun, tak semua benda sampai ke museum. Ada yang tersimpan di halaman kediaman pejabat kolonial, seperti arca Ganesha di rumah pengawas hutan di Padangan. Ada juga yang hanya tercatat dalam laporan, namun kemudian hilang, seperti dua cincin tembaga besar dari lembah Bengawan Solo yang dibeli oleh Bataviaasch Genootschap tapi tidak pernah sampai ke koleksi resmi.

Mewarisi Masa Lalu: Tugas Kita Hari Ini

Lebih dari seratus tahun telah berlalu sejak catatan Inventaris Hindoe Oudheden ditulis. Tapi pertanyaan-pertanyaan penting masih mengendap:
Di mana kini artefak-artefak itu? Siapa yang merawatnya? Dan sejauh mana Bojonegoro hari ini mengenal warisan budayanya sendiri?

Bojonegoro bukan sekadar daerah agraris atau penghasil migas. Ia adalah tanah warisan, tempat yoni dan arca Ganesha bersaksi tentang masa lalu spiritual dan peradaban tinggi.

Kini tugas kita bukan hanya menengok ke belakang, tetapi menghidupkan kembali makna sejarah—agar warisan budaya ini tak terkubur oleh waktu dan pembangunan tanpa akar.

Penulis : Syafik

Sumber : delpher.nl  diterjemahkan dengan chat.qwen.ai