Data Lengkap Wisata Bojonegoro: 243 Lokasi, Baru Separuh yang Aktif

oleh 140 Dilihat
oleh
(Ilustrasi by chatgpt)

Bojonegoro, Kanvas Alam yang Kontras

Bojonegoro, Jawa Timur – Jika alam adalah pelukis, maka Kabupaten Bojonegoro adalah kanvasnya yang paling kontras. Hutan lebat, padang savana, air terjun, dan danau membentang luas dengan panorama yang memukau. Data dari  laman Dirjen Bina Pemerintahan Desa Kementerian Dalam Negeri menyebutkan dari  243 potensi wisata, baru separuh yang aktif, sisanya masih tertidur menunggu sentuhan pengelolaan yang tepat. Kabupaten ini seolah menyimpan permata yang sebagian sudah bersinar, sementara sebagian lagi masih tersembunyi di balik debu data.

Danau, Savana, dan Jejak Sejarah

Data menunjukkan danau dan wisata air mendominasi dengan 68 lokasi yang tersebar di berbagai kecamatan. Danau Kedungadem (226,48 ha) sudah ramai dikunjungi warga sekitar maupun wisatawan luar daerah. Sementara Danau Setren (38 ha) masih pasif, padahal potensinya besar untuk dikembangkan menjadi pusat rekreasi keluarga.
Di Ngraho, Padang Savana Jumok (25 ha) mulai dikenal sebagai tempat berfoto dan menikmati suasana alam terbuka, sedangkan Agrowisata Betet (2.500 ha) dengan tanah suburnya masih menunggu strategi pengelolaan untuk menarik wisatawan pecinta agrowisata.
Tak kalah penting, situs sejarah menyimpan cerita masa lalu. Situs Sejarah (150 ha) sudah aktif dan menjadi destinasi edukatif, sementara Situs Banjarrejo (100 ha) masih seperti buku sejarah yang hanya dibuka separuh halamannya.

Baca Juga :   Bupati Bojonegoro Setyo Wahono Terima Alas Institute: Bahas Konservasi Hutan dan Pengembangan Wisata

Gunung, Goa, dan Air Terjun

Bojonegoro juga dikenal dengan wisata pegunungannya. Ada 34 wisata gunung: dari Gunung Miyono (1.000 ha) yang pasif hingga Gunung Tlogoagung (26 ha) yang sudah rutin menjadi jalur pendakian lokal. Kawasan pegunungan ini berpotensi besar dikembangkan untuk ekowisata dan olahraga alam terbuka.
Tersembunyi pula 18 goa, misalnya Goa Kunci (1.800 ha) di Dander yang masih gelap tanpa fasilitas penerangan, dan Goa Sumberagung yang mulai dikenal berkat keunikan stalaktitnya.
Selain itu, terdapat 13 air terjun. Curug Clebung (10 ha) menawarkan panorama alami dengan air yang jernih, sementara Curug Ketileng (6 ha) masih jarang terdengar meski keindahannya tak kalah dengan air terjun lain di Jawa Timur. Sebagian sudah aktif dikunjungi, sebagian lain masih sunyi tanpa promosi.

Potensi vs. Kenyataan

Dari total 243 lokasi wisata, 120 sudah aktif dan 123 pasif. Angka ini menunjukkan perbandingan yang hampir seimbang antara yang sudah berjalan dan yang masih menunggu. Contoh keberhasilan dapat dilihat di Agrowisata Gayam (3.000 ha) yang kini tumbuh sebagai kebun wisata produktif, sedangkan di sisi lain Cagar Budaya Grebegan (4.000 ha) di Kalitidu masih sepi, ibarat naskah kuno yang belum pernah dibaca.
Kondisi ini menegaskan bahwa Bojonegoro kaya sumber daya, tetapi masih menghadapi tantangan pengelolaan. Perlu peran lebih besar dari masyarakat, komunitas, maupun pemangku kebijakan agar potensi yang ada bisa lebih maksimal.

Baca Juga :   Mobilitas Wisatawan Jawa Timur 2025: Bojonegoro Bertahan, Lamongan dan Nganjuk Melemah

Bojonegoro dalam Angka dan Imaji

Bojonegoro bukan daerah yang miskin daya tarik. Ia seperti lukisan alam: separuh sudah berwarna, separuh masih berupa sketsa. Danau menjadi genangan cerita tentang kehidupan masyarakat, gunung menyimpan tumpukan legenda, dan situs sejarah adalah halaman-halaman berharga yang menunggu dibuka oleh generasi sekarang.
Dengan 243 titik wisata yang terdata, angka ini bukan sekadar statistik. Ia mencerminkan peluang besar bagi pertumbuhan pariwisata lokal dan ekonomi kreatif di daerah. Data berbicara: potensi sudah ada, tinggal menunggu waktu, strategi, dan sentuhan kreatif untuk benar-benar bersinar sebagai permata pariwisata Jawa Timur.

Penulis : Syafik

Sumber data : https://prodeskel.binapemdes.kemendagri.go.id/mpublik/ (Dirjen Bina Pemerintahan Desa Kementerian Dalam Negeri RI)