Bojonegoro,damarinfo.com – Meski belum dilantik, pasangan Setyo Wahono – Nurul Azizah langsung tancap gas mencari solusi untuk permasalahan krusial di Bojonegoro, terutama masalah air bersih yang menjadi prioritas utama mereka.
Hingga saat ini, belum ada kejelasan terkait pelantikan kepala daerah dan wakil kepala daerah terpilih hasil Pilkada 2024. Berdasarkan Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 80 Tahun 2024, pelantikan bupati dan wakil bupati hasil Pilkada serentak dijadwalkan pada 10 Februari 2025. Namun, rencana ini bisa saja ditunda jika sengketa hasil Pilkada belum selesai di Mahkamah Konstitusi.
Pasangan Setyo Wahono – Nurul Azizah telah ditetapkan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) Bojonegoro sebagai Bupati dan Wakil Bupati Bojonegoro terpilih pada 9 Januari 2025. Meski belum resmi dilantik, pasangan yang meraih dukungan hampir 90 persen suara ini langsung bergerak mencari solusi untuk permasalahan masyarakat Bojonegoro.
Sebagai pasangan yang lahir dan besar di Bojonegoro, Setyo Wahono dan Nurul Azizah memahami betul tantangan yang dihadapi warganya, terutama kesulitan air bersih di musim kemarau dan banjir yang melanda saat musim hujan.
“Air menjadi prioritas utama kami, dan kami terus mencari solusi untuk itu,” ujar Mas Wahono—sapaan akrabnya, saat berkunjung ke Padukuhan Banyumanik Gunung Kidul 17-Januari-2025.
Krisis Air Bersih dan Solusi Nyata Data menunjukkan, pada September 2024, sebanyak 92 desa di 23 kecamatan mengalami kekeringan parah. Lebih dari 41.000 jiwa kesulitan mendapatkan air bersih. Situasi ini diperburuk dengan penurunan cadangan air tanah hingga 40 persen dibanding tahun sebelumnya. Sementara itu, banjir saat musim hujan merusak infrastruktur dan menghambat aktivitas masyarakat.
Untuk mencari solusi, pasangan Wahono – Nurul berkunjung ke Padukuhan Banyumanik di Gunungkidul. Daerah ini dulu menghadapi masalah serupa, namun berhasil mengatasinya dengan inovasi pengelolaan air.
“Kami ngangsu kaweruh (belajar) dari sini agar bisa menerapkan solusi yang sesuai untuk Bojonegoro,” kata Bu Nurul – sapaan akrab Nurul Azizah yang juga bersama Mas Wahono berkunjung ke Padukuhan Banyumanik Gunung Kidul.
Meskipun kondisi Bojonegoro lebih kompleks dengan wilayah lebih luas dan jumlah penduduk lebih besar, ada langkah-langkah yang dapat diterapkan:
- Membangun Infrastruktur Penampungan Air
Pasangan Wahono – Nurul berencana memperbanyak embung, tangki penampungan, dan sumur resapan di desa-desa rawan kekeringan. Air hujan yang melimpah selama musim penghujan akan dimanfaatkan secara maksimal. - Menghijaukan Lahan Kritis
Penghijauan di lahan kritis dan daerah aliran sungai menjadi prioritas untuk meningkatkan daya serap tanah sekaligus mencegah banjir. - Edukasi dan Partisipasi Masyarakat
Masyarakat adalah kunci keberhasilan program ini. Dengan melibatkan tokoh masyarakat, kelompok tani, dan organisasi lokal, pasangan Wahono – Nurul yakin pemahaman serta partisipasi aktif masyarakat akan membuat program ini sukses. - Kerja Sama dengan Daerah Lain
Belajar dari Gunungkidul hanyalah awal. Mereka juga akan menjalin kerja sama dengan daerah-daerah lain yang telah berhasil mengelola sumber daya air, serta melibatkan akademisi untuk memastikan program berbasis riset. - Regulasi dan Insentif
Pemerintah akan menyusun aturan yang mendorong masyarakat memanen air hujan. Subsidi untuk pemasangan tangki air hujan juga akan diberikan agar masyarakat lebih termotivasi.
“Ada upaya jangka pendek dengan panen air hujan, dan upaya jangka panjang untuk melimpahkan cadangan air tanah di Bojonegoro,” ujar Mas Wahono.
Ia dan Bu Nurul menyadari tantangan yang dihadapi tidaklah mudah, tetapi mereka percaya dengan kerja keras dan kebersamaan, Bojonegoro bisa menjadi daerah percontohan pengelolaan sumber daya air.
“Panen air hujan hanyalah salah satu langkah kecil menuju visi besar kami: ‘Bojonegoro Makmur dan Membanggakan,’” tegas Mas Wahono.
Bu Nurul pun mengajak masyarakat untuk bergerak bersama untuk mendukung gerakan ini. “Dengan langkah kecil namun konsisten, kita bisa mewujudkan Bojonegoro yang tangguh menghadapi tantangan iklim, mandiri dalam pengelolaan air, dan menjadi inspirasi bagi daerah lain,” tutupnya.
Penulis: Syafik