damarinfo.com – Sakit yang Semakin Berat. Pada akhir bulan Shafar tahun 11 Hijriyah, Rasulullah ﷺ mulai merasakan sakit yang berat. Awalnya, beliau masih bisa menjalankan shalat bersama para sahabat, tetapi kesehatannya semakin menurun.
Dalam “Kitab Shahih Bukhari”, disebutkan bahwa Rasulullah ﷺ meminta izin kepada para istri beliau untuk dirawat di rumah Aisyah radhiyallahu ‘anha. Sejak saat itu, demam beliau semakin tinggi, dan tubuhnya melemah.
Meskipun dalam keadaan sakit, Rasulullah ﷺ tetap berpesan kepada umatnya:
“Shalat, shalat, dan perhatikanlah hak para budak!” (HR. Abu Dawud).
Pesan ini menunjukkan betapa pentingnya shalat dalam kehidupan seorang Muslim serta keadilan terhadap sesama manusia.
Hari-Hari Terakhir di Pangkuan Aisyah
Pada hari Senin, 12 Rabiul Awal tahun 11 Hijriyah, cahaya kehidupan Rasulullah ﷺ mulai meredup.
Dalam “Sirah Ibnu Hisyam”, diceritakan bahwa beliau berada dalam pangkuan Aisyah radhiyallahu ‘anha, sementara keringat dingin mengalir di wajahnya.
Saat itu, beliau berbisik:
“Bersama orang-orang yang diberi nikmat oleh Allah: para nabi, shiddiqin, syuhada, dan orang-orang saleh. Ya Allah, ampunilah aku, rahmatilah aku, dan pertemukan aku dengan-Mu.” (HR. Ahmad).
Lalu, beliau mengangkat tangannya ke langit, mengucapkan,
“Ya Allah, Ar-Rafiq Al-A’la (Teman yang Maha Tinggi).”
Dengan kalimat itu, Rasulullah ﷺ mengembuskan napas terakhirnya. Dunia pun berubah seketika.
Kesedihan yang Mendalam
Berita wafatnya Rasulullah ﷺ mengguncang Madinah. Para sahabat tidak percaya dan terpukul secara emosional.
Umar bin Khattab radhiyallahu ‘anhu bahkan menghunus pedangnya, seraya berkata,
“Barang siapa mengatakan Muhammad telah wafat, aku akan tebas lehernya! Rasulullah tidak wafat, beliau hanya pergi seperti Musa yang kembali kepada kaumnya.” (HR. Bukhari).
Namun, Abu Bakar Ash-Shiddiq radhiyallahu ‘anhu dengan keteguhan hatinya, naik ke mimbar dan mengingatkan umat Islam dengan firman Allah:
“Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul; sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa rasul. Apakah jika dia wafat atau dibunuh, kalian berbalik ke belakang (murtad)?” (QS. Ali Imran: 144).
Mendengar ayat ini, Umar radhiyallahu ‘anhu pun tersadar, dan seluruh kaum Muslimin menerima kenyataan bahwa Rasulullah ﷺ benar-benar telah berpulang ke rahmat Allah.
Dampak Besar bagi Umat Islam
Wafatnya Rasulullah ﷺ menjadi ujian besar bagi kaum Muslimin. Namun, Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu segera mengambil kendali dan membimbing umat untuk tetap teguh dalam Islam.
Sebagaimana disebutkan dalam “Kitab Tarikh At-Tabari”, setelah wafatnya Rasulullah ﷺ:
- Munculnya orang-orang yang mengaku sebagai nabi dan membuat perpecahan.
- Sebagian kaum Muslimin enggan membayar zakat, sehingga Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu harus bertindak tegas.
- Persiapan ekspedisi Usamah bin Zaid, sebagai wasiat terakhir Rasulullah ﷺ sebelum wafat.
Namun, berkat keteguhan Abu Bakar dan para sahabat, Islam tetap berdiri kokoh dan terus berkembang ke seluruh penjuru dunia.
Pelajaran dari Wafatnya Rasulullah ﷺ
- Setiap manusia pasti akan meninggal, bahkan Rasulullah ﷺ sekalipun.
- Islam tetap hidup meskipun Nabi ﷺ telah wafat, karena ajaran beliau telah sempurna.
- Kesedihan tidak boleh membuat umat Islam lemah. Sebagaimana para sahabat, kita harus tetap berpegang teguh pada Islam.
Wafatnya Rasulullah ﷺ bukanlah akhir dari Islam, tetapi awal dari tanggung jawab umat Islam untuk menjaga dan menyebarkan ajaran beliau.
Penulis : Syafik