Blora- Mewujudkan sekolah adiwiyata di saat pandemi virus corona (Covid-19) dinilai semakin berat. Karena pembelajaran di sekolah dilakukan secara online (daring, red).
Padahal sekolah adiwiyata butuh keterlibatan aktif para siswa untuk menjaga kebersihan dan kelestarian lingkungan sekolah.
Sudah hampir enam bulan para siswa tidak masuk sekolah seiring pandemi Covid-19. Meski proses belajar mengajar tetap berlangsung, namun dilakukan secara daring. Siswa tak lagi datang ke sekolah. Akibatnya, lingkungan sekolah tak lagi terurus. Salah satunya tanaman hias yang berada di taman sekolah maupun di depan ruangan kelas. ‘’Pandemi korona ini menjadi tantangan tersendiri bagi pihak sekolah, terutama terkait program sekolah Adiwiyata. Bagaimana caranya agar tanaman di halaman sekolah tetap terpelihara dengan baik,’’ ujar Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Blora Dewi Tedjowati, melalui Kepala Bidang Penataan dan Peningkatan Kapasitas Lingkungan Hidup Rudi Sugiarto, Senin 14-9-2020.
Dia mengemukakan, meski masih dalam masa pandemi korona, namun program sekolah Adiwiyata tetap dilaksanakan. Menurutnya, tim verifikasi rintisan sekolah Adiwiyata tingkat Kabupaten Blora sejak pekan lalu turun ke sekolah-sekolah. Tim yang terdiri dari lintas sektoral itu melakukan verifikasi administrasi dan kondisi fisik sekolah. ‘’Tahun ini ada 20 sekolah yang dicalonkan menjadi sekolah Adiyata tingkat Kabupaten Blora. Kami lakukan verifikasi satu persatu sekolah tersebut,’’ tandas Rudi.
Ke-20 sekolah itu adalah SDN Bogem Kecamatan Japah, MI Muhammadiyah Todanan, SDN Cokrowati Todanan, SDN 2 Jagong Kunduran, MTs Al Huda Kunduran serta SMPN 2 Kunduran. Selain itu, SDN Jetakwanger Ngawen, SDN 2 Sedangwungu Banjarejo, SMPN 3 Jepon, SDN 1 Nglebur Jiken, SDN Jipang Cepu, SMPN 4 Cepu, SDN 1 Ledok Sambong, SDN 1 Galuk Kedungtuban, SDN 3 Mendenrejo, SDN Sarirejo Bogorejo, SDN 1 Kalisari, SMPN 4 Randublatung, SDN 1 Temuireng Jati dan SDN 1 Doplang. Dari 20 sekolah tersebut, hanya satu sekolah yang menyatakan tidak siap dilakukan verifikasi, yakni SMPN 3 Jepon. ‘’Sekolah-sekolah sangat antusias mengikuti program Adiwiyata meski saat ini masih masa pandemi Covid-19,’’ kata Kepala Seksi Peningkatan Kapasitas Lingkungan Hidup Sri Jatmiko.
Sri Jatmiko mengungkapkan, masa pendemi Covid-19 ternyata tidak menyurutkan pihak sekolah untuk menyiapkan diri mengikuti program Adiwiyata. Berkas administrasi yang disyaratkan untuk mengikuti program nasional itu ternyata dipersiapkan dengan baik. Tak hanya itu. Menurutnya, meski program belajar mengajar tidak dilakukan secara tatap muka di sekolah, namun kelestarian lingkungan hidup di sekolah tetap terjaga dengan baik. ‘’Pihak sekolah mengerahkan guru-guru untuk piket menyirami tanaman di sekolah. Tentu ini yang membuat kami salut,’’ ujarnya.
Dia menjelaskan, untuk bisa ditetapkan menjadi sekolah Adiwiyata tingkat kabupaten, sekolah-sekolah tersebut harus memenuhi sejumlah persyaratan. Mulai dari syarat administrasi hingga kondisi fisik lingkungan hidup di sekolah tersebut. Kondisi fisik sekolah antara lain meliputi kebersihan, pengelolaan sampah, tumbuhan di sekitar sekolah, kantin sekolah, pemanfaatan listrik, air dan alat tulis secara efisien serta biopori. Adapun administrasi sekolah meliputi kurikulum yang memuat upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.
Sekadar diketahui, Adiwiyata merupakan program rutin setiap tahun yang dilaksanakan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Tujuannya antara lain untuk mewujudkan sekolah yang peduli dan berbudaya lingkungan hidup melalui kegiatan pembinaan, penilaian dan pemberian penghargaan Adiwiyata kepada sekolah.
Penulis : Ais