Tantangan Bupati dan Wakil Bupati Terpilih: Pendidikan di Bojonegoro

oleh -
oleh
(Grafis; Syafik)

Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) akan segera digelar serentak di seluruh Indonesia, termasuk di Kabupaten Bojonegoro. Di Bojonegoro ada dua Pasangan Calon yang sudah mendaftar, yakni Setyo wahono – Nurul Azizah dan Teguh Haryono – Farida Hidayati. Salah satu syarat penting dalam pendaftaran adalah penyertaan dokumen visi, misi, dan program.

Pendidikan merupakan salah satu sektor wajib yang harus menjadi bagian dari visi, misi, dan program para calon. Sebab, pendidikan adalah pelayanan dasar yang harus dijamin oleh pemerintah daerah, baik di tingkat provinsi maupun kabupaten/kota.

Meskipun Bojonegoro adalah kabupaten terkaya kedua di Jawa Timur setelah Surabaya, bidang pendidikan di wilayah ini masih tertinggal dibandingkan dengan 38 kabupaten/kota lainnya. Hal ini terlihat dari enam indikator pendidikan yang digunakan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) untuk menilai tingkat pendidikan suatu daerah, yaitu: Angka Partisipasi Sekolah (APS), Angka Partisipasi Murni (APM), Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan, Rata-Rata Lama Sekolah, Angka Melek Huruf (AMH), dan Angka Buta Huruf (ABH).

Pada tahun 2023, APS di Bojonegoro untuk anak usia 7-12 tahun berada di urutan ke-16 dari 38 kabupaten/kota di Jawa Timur. Untuk usia 13-15 tahun, Bojonegoro berada di posisi kedua, dan untuk usia 16-18 tahun, berada di urutan ke-11.

Baca Juga :   Anna Mu’awanah Berburu Rekom di Luar PKB

Dalam hal APM, Bojonegoro menempati peringkat ke-8 untuk usia SD. Namun, untuk usia SMP, peringkatnya turun drastis ke posisi ke-24. Sedangkan untuk usia SMA, Bojonegoro berada di peringkat ke-22.

(infografis. Syafik)

Indikator lain adalah pendidikan tertinggi yang berhasil diselesaikan oleh penduduk. Bojonegoro berada di urutan ke-11 untuk persentase penduduk yang menamatkan pendidikan hingga jenjang SMP. Namun, untuk penduduk yang memiliki ijazah SMA, Bojonegoro hanya berada di urutan ke-27. Hanya 6,3% penduduk Bojonegoro yang mampu menyelesaikan pendidikan hingga perguruan tinggi, menempatkan Bojonegoro di urutan ke-24 di Jawa Timur.

Rata-rata lama sekolah di Bojonegoro juga masih rendah, berada di urutan ke-28 dengan rata-rata lama sekolah penduduk usia 15 tahun adalah 7,88 tahun, atau setara dengan tingkat SMP. Angka Melek Huruf (AMH) di Bojonegoro juga memprihatinkan, hanya menempatkan Bojonegoro di urutan ke-26 di Jawa Timur.

Baca Juga :   Surat Redaksi Akankah Ada Penantang Anna Mu’awanah dalam Pilkada 2024?

Kondisi sarana dan prasarana pendidikan di Bojonegoro juga menjadi sorotan. Data dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi menunjukkan bahwa dari 724 SD di Bojonegoro, dengan total 4.702 ruang kelas, hanya 41% yang dalam kondisi baik, sementara 59% lainnya dalam keadaan rusak. Rinciannya, 1.485 ruang kelas mengalami kerusakan ringan, 794 rusak sedang, dan 488 rusak berat.

Di tingkat SMP, dari total 1.363 ruang kelas yang tersebar di 108 sekolah, hanya 41% yang dalam kondisi baik. Sisanya, 59%, mengalami berbagai tingkat kerusakan: 425 ruang kelas rusak ringan, 245 rusak sedang, dan 131 rusak berat.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *