damarinfo.com – “Bapak, kok di Bojonegoro nggak ada kebun binatang?” tanya anak saya Ersya tiba-tiba. Seketika saya terdiam, berpikir, iya juga ya? Kenapa Bojonegoro belum punya tempat wisata seperti itu? Padahal, taman safari atau kebun binatang selalu menarik minat wisatawan. Sementara itu, Bojonegoro masih mencari konsep wisata yang bisa mendatangkan banyak pengunjung dari luar daerah.
Potensi Wisata Bojonegoro yang Belum Dimanfaatkan
Sektor pariwisata punya dampak besar bagi ekonomi daerah. Jika dikelola dengan baik, efeknya akan terasa luas: okupansi hotel meningkat, bisnis kuliner makin ramai, UKM lebih berkembang, dan lapangan kerja pun bertambah. Sayangnya, sektor pariwisata di Bojonegoro saat ini hanya menyumbang 2,21% terhadap perekonomian daerah—jauh dibandingkan dengan Kota Batu yang mencapai 20,65%.
Padahal, Bojonegoro punya 50 destinasi wisata, meski hanya 33 yang masih aktif dikunjungi. Wisata air seperti Dander Water Park, Khayangan Api, dan Growgoland menjadi favorit, tapi pengunjungnya mayoritas dari dalam Bojonegoro sendiri. Inilah yang membuat kita perlu berpikir lebih besar: menciptakan destinasi wisata spektakuler yang bisa menarik wisatawan luar daerah, bahkan internasional!
Belajar dari Suksesnya Solo Safari
Solo Safari adalah contoh nyata bagaimana sebuah kota bisa mengembangkan wisata yang menarik dan menghasilkan keuntungan besar. Bekerja sama dengan Taman Safari Group, Solo mengubah kebun binatangnya menjadi destinasi wisata modern dengan investasi Rp175 miliar. Hasilnya?
- Hanya dalam 10 bulan, Solo Safari menyetor pajak Rp6,2 miliar
- Pendapatan Asli Daerah (PAD) bertambah lebih dari Rp2 miliar
- Omzet mencapai Rp14 miliar sejak dibuka awal 2023
Keberhasilan ini menunjukkan bahwa investasi di sektor wisata bukan hanya soal hiburan, tetapi juga mesin penggerak ekonomi. Bayangkan jika Bojonegoro punya taman safari sendiri, dengan konsep unik yang memanfaatkan potensi alam dan ekosistem lokal!
Bojonegoro Punya Lahan dan Potensi!
Jika Solo bisa, Bojonegoro pun bisa! Salah satu lokasi potensial adalah Kecamatan Sekar, tepatnya di Pegunungan Pandan. Wilayah ini punya hutan luas dengan ekosistem alami, yang bisa diadaptasi seperti Taman Safari Prigen. Luas hutan di KPH Klino mencapai 852 hektare, sementara Solo Safari hanya butuh 13,9 hektare dan Taman Safari Prigen 350 hektare.
Selain itu, letak Kecamatan Sekar juga strategis karena bisa diakses dari Madiun dan Nganjuk. Jika akses jalan diperbaiki—sesuai dengan rencana Pemkab untuk membuka jalur selatan yang terhubung ke Tol Nganjuk—maka wisatawan dari berbagai kota akan lebih mudah berkunjung.
Tantangan dan Solusi
Memang, membangun taman safari bukan perkara mudah. Tapi bukan berarti tidak bisa! Beberapa tantangan yang mungkin muncul antara lain:
- Infrastruktur jalan yang perlu diperbaiki – Solusinya, Pemkab bisa mengalokasikan anggaran untuk pelebaran dan perbaikan akses jalan. Solo Safari juga sukses setelah ada peningkatan aksesibilitas.
- Pengelolaan satwa yang profesional – Bisa diatasi dengan menggandeng Taman Safari Group atau lembaga konservasi yang sudah berpengalaman.
- Perizinan dan kelestarian lingkungan – Konsep ekowisata berbasis konservasi dapat diterapkan agar tetap selaras dengan alam, seperti yang dilakukan di Bali Safari & Marine Park.
Saatnya Bergerak!
Melihat semua potensi ini, tidak ada alasan untuk menunda! Dengan investasi yang relatif kecil dibanding manfaat ekonomi yang bisa diperoleh, membangun taman safari di Bojonegoro bukan hanya mungkin, tapi perlu!
Sekarang, tinggal bagaimana kita—Pemkab, masyarakat, dan investor—bersama-sama mendorong proyek ini. Dukung dan suarakan ide ini! Jika Solo bisa, kenapa Bojonegoro tidak?
Penulis : Syafik