Bojonegoro- “Minggu 22-8-220, Seperti biasa tiap malam tidurnya sama saya, cuman agak ngalem (manja) minta deket terus sama saya dan sering banget minta susu (mff disini ponakan saya minum susu formula karena 2 bulan ibunya keluar masuk rumah sakit). Saya gak tahu kalo itu udah gejala dehidrasi” tulis akun @alayyabie di twitter (thread ini telah dihapus oleh pemilik akun, ini adalah screen shot dari tulisan yang beredar melaui grup facebook).
Rupanya itu adalah awal dari peristiwa tragis yang menimpa bayi berusia 5 bulan bernama Rahma Sheva Kamila. Dalam cuitan selanjutnya @alayyabie menceritakan kondisi Dek Sheva-begitu panggilanya- Hari Minggu 23-8-2020 kondisi tubuh Dek sheva agak anget. Sama keluarga disibin dan dibuatkan kunir untuk menghangatkan perutanya.
Namun siangnya Dek Sheva mulai lemes dan selalu minta digendong. Sore hari pukul 16.00 pada hari yang sama, Dek Sheva diperiksakan ke bidan dan diberikan obat (dalam thread tersebut dilampirkan foto obat dengan label Inamid), keluarga tidak tahu risiko dari obat yang diberikan oleh bidan untuk bayi usia 5 bulan itu. Setelah diberikan obat ternyata Dede (begitu tulisan dari akun tersebut) semakin parah, suhu badan semankin tinggi, lemes dan sering mencret.
Hingga Pukul 9 malam kondisi Dek Sheva tidak kunjung membaik. Keluarga pun panik. Akhirnya Dek Sheva dibawa ke Puskesmas Purwosari dengan harapan agar bisa diambil tindakan. Setidaknya pertolongan pertama/diinfus agar ada cairan masuk.
Sesampai di Puskesmas, keluarga menyampaikan salam kepada perawat di ruang perawat. Tetapi baru pada salam kelima ada petugas yang mendatangi keluarga. Padahal para petugas terlihat ada yang makan, santai, main HP dan lain-lain. Dan pada saat mendatangi petugas tersebut meminta untuk mendatangi Instalasi Gawat Darurat (IGD).
Keluarga pun mendatangi IGD, petugas yang jaga di IGD melakukan pengecekan suhu. Kebetulan suhu Dek Sheva waktu itu 37 derajat. Petugas bertanya apakah sudah dibawa ke bidan? Dan kelurga pun menjawab sudah dan diberikan obat ini (Sambil menunjukan obatnya).
“Perawat “pulang dulu ya bu, balik lagi kalo matanya cekung, bibir biru dan mencret 7x lagi” kaka “opo kowe pe mateni ponakanku (batin kak dalam hati) “Apa kamu mau ponakan saya meninggal?” tanpa pikir panjang kak saya pergi dan bilang ok terima kasih “Ini adalah cuitan ke 11 dari Thread yang berjumlah 26 cuitan tersebut.
Selanjutnya keluarga memutuskan untuk membawa Dek Sheva ke Pusat Kesehatan Umum (PKU). Sesampainya di PKU langsung dibawa ke IGD dan langsung ditangani dokter dan diinfus.
Setelah dikompres punggung dan kepalanya, Senin 24-8-2020 jam 07.35 kondisi Dek Sheva semakin memburuk. Panasnya 40 derajat, nafas mulai sesak dan harus dipakaikan oksigen. Akhirnya Dek Shiva dirujuk ke RS. Aisyah Bojonegoro. dalam perjalanan Dek Sheva sempet kejang. Petugas menyuntik Dek Sheva dengan obat kejang.
Sesampainya di IGD RS Aisyah langsung ditangai tiga dokter. Tetapi suhu badan Dede Sheva waktu itu, 40 derajat. Pembuluh darah pecah tidak bisa ditemukan bahkan lokasi bekas infus yang di PKU gak bisa di pakai lagi. Tiga dokter tersebut pun bergantian memompa jantung dede Sheva karena harapan hanya satu yaitu nyelameting jantungnya, namun dede sheva tidak tertolong. “Senin 24 Agustus 2020 pukul 12.00 Rahma Sheva Kamila dinyatakan meninggal” tulis @alayyabie.
Dalam cuitan selanjutnya @alayyabie “Kita yang baru tahu bahwa obat (inamid) yg diberikan bidan itu tidak dianjurkan buat dede krna dosis terlalu tinggi,b ahkan obat itu sudah merusak otak dan syaraf dede sehingga pembuluh dara pas dibawa ke RS Aisyah Bjn telah pecah. Keadaan sdh sngt buruk hingga tdk bisa ditolong”
Diakhir A Threadnya akun @alayyabie menyampaikan “Saya membuat A thread ini hanya ingin smua ibu ataupun calon ibu waspada jngan sampai kejadian ini terjadi pada kalian” dan juga menulis “Bahkan setelah kematian dede sheva saya baru dengar bahwa dede sheva adalah korban ke 5 dari puskesmas yang tidak memberi pelayanan yang seharusnya terhadap masyarakat yg bener2 membutuhkan pertolongan tersebut. Untuk apa puskesmas didirkan klo bukan untuk membantu warganya?”
Rupanya itu Minggu malam itu adalah susu terakhir Dede Shiva
Menganggapi aduan tersebut, Kepala Dinas Kesehatan dr. Ani Pujiningrum bersama Kepala Bagian Humas Pemkab Bojonegoro Masirin dan Camat Purwosari mendatangi langsung Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesma) Kecamatan Purwosari dan berkunjung ke rumah keluarga korban, Jum’at 28-8-2020.
Dalam keteranganya tertulis yang disampaikan kepada media di Bojonegoro, Kabag Humas Pemkab Bojonegoro Masirin menyampaikan permohonan maaf atas kurang maksimalnya pelayanan di Puskesmas Purwosari. Dan menyampaikan bela sungkawa atas meninggalnya Dede Sheva. “Kami minta maaf dan berbela sungkawa” Ujar Masirin Jum’at 28-8-2020.
Kepala Dinas Kesehatan dr. Ani Pujiningrum mengatakan, pihaknya telah melakukan evaluasi kepada petugas tersebut. Namun tidak menjelaskan bentuk evaluasinya. Dan peristiwa ini menjadi evaluasi bersama di fasilitas kesehatan lebih ditingkatkan integritas dan dedikasinya dalam melayani masyarakat. “Kami mohon maaf dan ikut berduka,” ujar dr. Ani-panggilanya.
Dari laporan melalu website www.lapor.go.id , keluhan atas pelayanan kesehatan di Puskesmas juga disampaikan masyarakat. Misalnya dari akun anonim menyampaikan pelayanan puskesmas yang tidak tepat waktu di Kepohbaru dalam laporanya ditulis “ Puskesmas di Desa Nglumber, Kecamatan Kepohbaru, Bojonegoro pukul 8 pagi baru di panggil antreannya. Dan pukul 9 lebih baru dipanggil di poli yang dituju. setahu saya pegawai negeri maupun swasta bekerja mulai pukul 07.00 mohon untuk ditindaklanjuti. terima kasih”
Dan Hal ini sudah ditindak lanjuti oleh Dinas Kesehatan dengan membalas “Sebelumnya kami mohon maaf atas ketidaknyamanan yang saudara rasakan terkait layanan di jaringan Puskesmas Kabupaten Bojonegoro. Kami juga menyampaikan terima kasih atas saran dan kritik yang sudah disampaikan. Aduan saudara sudah kami tindak lanjuti langsung dengan Puskesmas Nglumber.
Dan hasil klarifikasi bahwa Puskesmas Nglumber dan Puskesmas Nglumber berjanji akan memperbaiki SOP pelayanan. Mulai dari pendaftaran hingga unit layanan yang dituju oleh tiap pasien. Kejadian yang saudara rasakan karena sedang dilakukan retensi rekam medik sehingga dibutuhkan waktu untuk mempersiapkan layanan sehingga terjadi kelambatan pemberian layanan karena kelambatan mendistribusi rekam medis ke unit2 layanan di Puskesmas kecuali untuk pelayanan darurat tidak mengalami kelambatan rekam medis.
Demikian informasi yang dapat kami jelaskan atas perhatiannya disampaikan terima kasih.
Wassalammualaikum wr wb”
Dan masih banyak laporan di laman tersebut terkait dengan Puskesmas di beberapa kecamatan karena mengecewakan masyarakat.
Penulis :Syafik
Editor : Sujatmiko