“Tonggoku bar divaksin, awake lemes (Tetanggaku setelah divaksin badanya lemes)” Kata warga Desa Semenpinggir Kecamatan Kapas Bojonegoro. Itu adalah satu dari sekian pernyataan yang negatif tentang vaksin. Bahkan beberapa berita menampilkan judul yang lebih ngeri “Warga Tangerang Meninggal 8 Hari Setelah Divaksin, Dinkes Tak Akan Lakukan Visum.” https://megapolitan.kompas.com/read/2021/06/24/15293561/warga-tangerang-meninggal-8-hari-setelah-divaksin-dinkes-tak-akan-lakukan?page=all.
Berita ini dengan mudah didapatkan di mesin pencari berita, seperti di google. Belum lagi berita-berita hoax soal vaksinasi. Tentu saja kesemua itu memberikan efek pada keengganan masyarakat untuk melakukan vaksinasi.
Padahal vaksin menjadi salah satu cara untuk menekan penyebaran virus corona selain tentu saja dengan melaksanakan protokol kesehatan. Para pakar kesehatan bersepakat bahwa salah satu cara menghadapi virus adalah dengan membangun kekebalan tubuh atau imunitas, dan itu didapat dari vaksin.
Pada saat datang pandemi seperti ini, maka dibutuhkan herd immunity atau kekebalan kelompok dengan jumlah 70 persen dari penduduk di negeri ini.Tentu semua berharap bahwa pandemi akan cepat berakhir. Itu adalah salah satu bentuk ikhtiyar yang bisa dilakukan dari dua hal yang harus dilakukan. Yaitu melaksanakan protokol kesehatan dan vaksinasi.
Sayangnya vaksinasi di Indonesia ibarat siput berjalan, bergerak lambat. Data dari laman https://ourworldindata.org/covid-vaccinations?country=IDN menunjukan bahwa sejak dimulai vaksin pada bulan Januari 2021, baru 9,52 persen penduduk yang mendapatkan vaksin. Prosentase ini jauh di bawah Negara Malaysia yang sudah mencapai angka 15,67 persen, atau dari Singapura yang sudah mencapai 50,79 persen pada 21 Juni 2021. Untuk sesama Negara Asean, Indonesia berada di urutan ke empat prosentase penduduk yang mendapatkan vaksin.

Namun dari sisi jumlah penduduk yang sudah divaksin Indonesia menempati urutan pertama. Dengan jumlah 26 juta lebih vaksin telah disuntikan kepada penduduk. Dibandingkan dengan jumlah sasaran vaksin yakni 70 persen penduduk yang berjumlah 181 juta penduduk, maka prosentase vaksinasi mencapai 14 persen.
Di Bojonegoro sendiri per 24 Juni 2021 jumlah penduduk yang sudah divaksin tahap pertama adalah 93.099. Berikut untuk tahap kedua baru 42 ribu. Jumlah penduduk Bojonegoro tahun 2020 berdasar sensus penduduk tahun 2020 adalah 1,3 Juta, maka 70 persenya berjumlah 980.826. Sehingga prosentase vaksinasi ke satu dibanding sasaran vaksinasi adalah 9,90 persen.Target Pemerintah Republik Indonesia vakisnasi harus kelar pada 31 Desember 2021.
Berdasar target tersebut, maka dari 28 Juni 2021 – 31 Desember 2021 masih ada sisa waktu 186 hari, dimana Kabuparen Bojonegoro harus melakukan vaksinasi per hari sebanyak 4.557 orang. Sementara sejak vaksin pertama yakni tanggal 14 Januarii 2021, jumlah vaksin per hari yang diberikan hanya 578 vaksin.
Dengan demikian dibutuhkan kerja ekstra dan kerjasama dari masyarakat untuk mencapai target vaksinasi di Bojonegoro. Setidaknya di akhir tahun 2021, sebanyak 70 persen penduduk Bojonegoro sudah divaksin, agar kekebalan kelompok terbentuk. Harapannya tentu pandemi berakhir dan kehidupan kembali normal. Tentu juga tak lupa harus tetap menjalankan protokol kesehatan.
Mengutip Rais Syuriah Pengurus Besar Nadhlatul Ulama (PBNU), Ahmad Ishomuddin menyerukan kepada seluruh rakyat Indonesia, untuk mengikuti program vaksinasi Covid-19. “Vaksinasi sebagai sebuah upaya merupakan fardhu ‘ain, kewajiban bagi kita semua agar kita tercegah dari wabah yang sedang melanda dunia ini, virus Covid-19 ini,” ujarnya di Kompleks Istana Kepresidenan, Rabu, 13 Januari 2021 (tempo.co).
Ayo ikut vaksin agar pandemi cepat berakhir
Penulis : syafik