“Banjir,Banjir” begitu teriak warga Kelurahan Klangon Kecamatan Kota Bojonegoro, saat hujan deras mengguyur wilayah Kota Bojonegoro. Netizen (warga net) pun menghujani status di media sosial dengan video banjir di jalan protokol kota minyak ini. “kota ku koq jadi seperti ini?” tulis netizen di salah satu grup facebook. “wisata renang gratis” tulis netizen yang lain. Peristiwa seperti ini selalu terjadi saat hujan deras mengguyur Kota Bojonegoro.
Soal banjir di Ibu Kota Kabupaten Bojonegoro sebenarnya sudah terjadi sejak bertahun-tahun lalu, beberapa jalan protokol seperti Jalan Panglima Polim, Jalan Patimura dan beberapa ruas jalan lainya. Namun pada hujan deras terakhir yang terjadi, jumlah ruas jalan protokol yang banjir semakin banyak, bahkan sampai masuk ke rumah-rumah penduduk di beberapa wilayah Kota Bojonegoro. selain itu air menggenang dalam waktu lebih dari dua jam.
Ironisnya Pemkab Bojonegoro telah melaksanakan proyek penanganan genangan dan perbaikan trotoar dalam tiga tahun terakhir. Dan nyatanya belum mampu menyelesaikan masalah banjir kota saat hujan deras. Ironisnya lagi tak tampak petugas dari Pemkab Bojonegoro yang melakukan upaya pengendalian banjir kota saat terjadi.
“kalau bagus tapi banjir buat apa” kata warganet lainya.
Dari laman lpse.bojonegorokab.go (Diakses 8-Mei-2022, pukul 19.00 WIB) menyebutkan Jumlah keseluruhan nilai proyek penanganan genangan dan perbaikan trotoar dari tahun ke tahun semakin besar, tahun 2019 total nilai kontraknya adalah Rp. 22,3 miliar, Tahun 2020 jumlah nilai kontrak Rp. 18,3 miliar, tahun 2021 total nilai kontraknya Rp. 24,6 miliar dan pada tahun 2022 ini rencana anggaranya naik fantastis yakni Rp. 130,7 miliar (data sirup.lkpp.go.id).
Jika ditotal secara keseluruhan dari tahun 2019 – 2022 jumlah anggaran yang digelontorkan untuk penanganan genangan dan perbaikan trotoar adalah Rp. 195,5 miliar.

Dengan pengalaman tiga tahun semestinya Pemkab Bojonegoro belajar untuk pelaksanaan pekerjaan di tahun 2022 agar pekerjaan penanganan genangan dan perbaikan trotoar dapat mengatasi banjir kota. Semisal agar tidak menggenang dengan ketinggian hingga 50 cm dan dapat surut dalam 1 – 2 jam setelah hujan berhenti. Tentu dengan perencanaan yang lebih matang dan pengerjaan yang lebih profesional. Tidak hanya fokus pada yang tampak dipermukaan tetapi juga yang dibawah permukaan yakni drainasenya.
Bisa jadi permasalahan banjir Kota Bojonegoro tidak hanya soal trotoar dan drainase, namun juga sistem pengedalian banjir yang belum dilaksanakan dengan benar. Contoh soal mekanisme penyedotan air dari saluran drainase dan pembuangan ke Bengawan Solo, mengingat sudah ada tiga titik pompa penyedot yang sudah disiapkan. Juga soal Standart Operating Procedure (SOP) saat terjadi hujan deras di wilayah Kota Bojonegoro. Siapa yang bertanggung jawab dan melakukan apa saat terjadi peristiwa serupa.
Sangat disayangkan jika dana puluhan hingga ratusan miliyar ternyata hanya membawa dampak keindahan tetapi tidak memberi dampak pada kenyamanan warga Bojonegoro saat hujan deras mengguyur Kota Bojonegoro dalam hitungan jam.
Kesigapan penangangan bencana menjadi kunci dari penanganan banjir kota, sebaik apapun drainase, sebagus apapun pompa dan sedetail apapun SOP penangananya, jika para petugasnya tidak punya kecakapan dalam pelaksanaan pengendalian, kondisi seperti ini akan terus terjadi. Dan masyarakat Bojonegoro mendapatkan dampak buruknya, padahal mereka semestinya mendapatkan manfaat dari pembangunan di Bojonegoro.
Lalu puluhan hingga ratusan miliar itu untuk kepentingan siapa?
Penulis : Syafik