“ …Sentuhan angin waktu siang
Kibarkan satu kain bendera usang
Di halaman sekolah dasar
Di tengah hikmat anak desa
Nyanyikan lagu bangsa
Bergemalah!.…”
Ini adalah beberapa bait lirik lagu Firgiawan Listanto atau Iwan Fals, dalam lagu yang berjudul Siang Pelataran SD Sebuah Kampung, yang ditulis tahun 1983-an. Liriknya mendalam. Menceriterakan seorang bocah yang mengikuti upacara di Sekolah Dasar tempat sekolahnya di sebuah kampung.
Jika diputar kembali, lirik lagu ini sepertinya cocok dengan suasana sekarang. Yaitu Hari Ulang Tahun Kemerdekaan RI ke 75. Di tengah hiruk pikuk semangat berbangsa. Di tengah pandemi virus corona, juga di tengah kadar nasionalisme yang terus-menerus diuji. Kita tentu perlu sejenak mereneng akan peristiwa lampau.
Di ujung barat daya Kota Bojonegoro, tepatnya di Dusun Jepang, Desa/Kecamatan Margomulyo, anak-anak muda dan bocah-bocah yang duduk di bangku sekolah dasar, ternyata semangatnya masih bergelora. Mereka, dipelopori Bambang Sutrisno, yang mengajak anak-anak muda menggelar upacara dan mengibarkan bendera di pinggir hutan jati. Di Dusun Jepang, adalah tempat bermukimnya anak keturunan pengikut ajaran Samin atau Samin Surosentiko. Kini ajaran luhur yang digelorkan pertengahan tahun 1850-an itu masih dipegang teguh Hardjo Kardi,84 tahun, pengikut Samin generasi ke empat.
Di perkotaan upacara HUT RI ke 75, justru kini dibungkus dengan lebih praktis. Di kampung-kampung, sebagian masih menyelenggarakan tasyakuran. Ada juga suami-istri di Kabupaten Bojonegoro yang menggelar upacara sendiri. Berpakaian merah putih, menggunakan peci, berdiri tegak dengan sikap sempurna, hormat di depan merah putih di depan rumah. Upacara ini, mungkin jarang ditemukan di tahun-tahun sebelumnya. Semangat orang Indonesia memang luar biasa.
Namun, di jalanan perkotaan pada malam 17-Agustus sepi, tak sebagaimana mestiknya. Anak-anak yang riang gembira mengadakan pelbagai lomba tak banya terlihat. Pun kembang api, mercon dan sejenisnya percikan yang warna-warni menghiasi langit jarang terlihat. Imbauan pemerintah untuk tidak ada pengerahan massa lumayan dipatuhi masyarakat.
Di layar kaca televisi, lagu Kebangsaan Indonesia Raya Ciptaan Wage Rudolf Supraptman, dinyanyikan dengan cara virtual. Dirigen yang terlihat semangat memimpin orkestra dan menghasilkan bunyi-bunyian alat musik yang mempesona. Ini jadi berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Lagi-lagu nasional, dinyadikan secara serempat oleh paduan suara, yang tersebar di pelosok-pelosok negeri.
Pun juga Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa, menggelar upacara HUT 17 Agustus ke 75 tahun dengan cara virtual. Mantan Menteri Sosial RI ini, lebih memih menebarkan video berdurasi 46 detik. Isinya di antaranya warga Jawa Timur diminta mengheningkan cipta dan berdoa selama tiga menit dimulai pukul 10.17 WIB, dengan sikap sempurna. Cara seperti ini, diikuti oleh 38 bupati/walikota di provinsi ini. Ini adalah salah satu cara menggelar upacara tanpa mengerahkan masa, sebagai antisipasi penyebaran virus corona.
Penulis : Sujatmiko