.Bojonegoro menjadikan tanggal 20 Oktober sebagai Hari Jadinya, biasanya disingkat dengan HJB. Tahun ini usianya sudah ke 346 tahun, sejak Bojonegoro masih bernama Djipang di tahun 1677. 346 tahun adalah sebuah perjalanan panjang sebuah Kabupaten bersama seluruh dinamika kehidupannya, sejak zaman kerajaan hingga zaman reformasi saat ini.
Kemiskinan adalah isu yang belum juga tuntas diselesaikan oleh semua petinggi Bojonegoro sejak masih dipimpin oleh Pangeran Mastumapel hingga terakhir dipimpin oleh Anna Mu’awanah, tercatat sudah 43 adipati/bupati yang memimpin kota di ujung barat Jawa Timur ini.
Anggaranlah yang selalu “disalahkan” sebagai salah satu penyebab tidak mampunya para petinggi kabupaten ini menyelesaikan isu kemiskinan ini. Bisa jadi ini rasional, bagaimana membangun sebuah daerah jika anggarannya rendah, namun apa benar juga, saat anggaran besar pengentasan kemiskinan bisa maksimal?
Namun saat anggaran yang dimiliki Bojonegoro melesat di urutan ke dua se Jawa Timur pun, isu kemiskinan masih menjadi permasalahan. Terakhir di tahun 2022, Bojonegoro masih menjadi salah satu kantong kemiskinan di Jawa Timur, Bojonegoro masih di urutan 11 Kabupaten dengan persentase penduduk miskin tertinggi di Jawa Timur yakni di angka 12,21 persen dengan jumlah penduduk miskin sebanyak 153.400 jiwa.
Dari tiga pemimpin terakhir yang memimpin Bojonegoro yakni Santoso (2003-2008), Suyoto (2008-2018) dan Anna Mu’awanah (2018 – 2023), bisa jadi Santoso (alm) menghadapi kondisi yang paling sulit, bagaimana tidak, APBD masih rendah sementara angka kemiskinan masih tinggi, Suyoto lebih beruntung karena dalam dua periode kepimpinannya APBD Bojonegoro sudah merangkak naik. Dan yang paling beruntung adalah Anna Mu’awanah pasalnya APBD Kabupaten Bojonegoro sangat besar.
Pada awal Santoso memimpin tahun 2003 APBD Bojonegoro hanya Rp. 421,87 miliar, angka kemiskinan pada saat itu 28,12 persen dengan jumlah penduduk miskin sebanyak 340.900 jiwa. Di akhir kepemimpinan Santoso APBD Bojonegoro tahun 2008 adalah Rp. 892,3 miliar dan angka kemiskinan turun di angka 23,87 persen atau turun sebanyak 4,23 persen dan jumlah penduduk miskin sebanyak 292.700 jiwa atau turun sebanyak 48.200 jiwa.