Surat Redaksi
Apa Sih Istimewanya Maliogoro? (Kamu Nanyak, Kamu Bertanya-tanya…)

oleh
oleh
(Jalan MH. Thamrin Bojonegoro. Foto : bojonegorokab.go.id)

Maliogoro sebutan para netizen atau Thamrin Park sebutan Bupati Bojonegoro untuk Jalan MH Thamrin yang saat ini sedang “membuai” masyarakat Bojonegoro. Kawasan yang dulunya sepi, menjadi sangat ramai setelah dibangun seperti Jalan Malioboro  Yogyakarta.

Sebulan sudah sejak pembangunan, Jalan MH. Thamrin masih menjadi tujuan masyarakat untuk menikmati pagi, siang hingga malam hari di Kota Bojonegoro. Beranda media sosial dan grup-grup pun masih diisi dengan konten tentang jalan MH. Thamrin.

Kerinduan memiliki tempat  yang nyaman dan bisa dibanggakan menjadi daya tarik masyarakat Bojonegoro untuk mendatangi Jalan MH. Thamrin.  Selama ini upaya Kota Bojonegoro bersolek tak juga mampu menarik hati masyarakat Bojonegoro, sebut saja Pembangunan  Taman Lokomotif, Pembangunan Trotoar di bagian kota lain, Penataan alun-alun, penataan PKL, penggantian pohon-pohon di pinggir jalan. Namun ternyata Pembangunan Jalan Thamrin mampu menarik masyarakat untuk berdatangan, ya karena mirip jalan Malioboro.

Pembangunan kawasan tersebut menelan anggaran sebesar Rp. 29,34 miliar atau 65 persen dari Pagu anggaran yang disediakan yakni Rp. 44,95 miliar. Anggaran sebesar itu digunakan untuk pembangunan Trotoar dan drainase  jalan MH. Thamrin sebelah barat dan sebelah timur, biaya pengawasan dan untuk rehabilitasi jalan MH. Thamrin

Pembangunan jalan ala Malioboro sebenarnya juga dilakukan oleh banyak pemerintah kabupaten atau Kota  yang lain, sebut saja Jalan Pahlawan Kota Madiun, atau di Kabupaten Gresik berada di Desa Kauman Kecamatan Sidayu. Juga di Jombang, jalan KH. Hasyim Wahid dibangun seperti jalan Malioboro, bahkan di Jawa Barat, seperti di Tasikmalaya, di Jalan HZ. Mustofa juga dibangun seperti jalan Malioboro, Kota  Bandung juga mengubah konsep penataan jalan Braga seperti di Malioboro. Pun di Bogor juga menata jalan di Kawasan Surya Kencana ala Malioboro. Dan masih banyak lagi Kabupaten/Kota yang mencontoh Malioboro, ya karena Jalan Malioboro itu menarik.

Baca Juga :   Viral “Maliogoro” Siapa yang Pertama Kali Menyebutnya? Ini Dia Orangnya.

Lalu apa istimewanya Jalan MH. Thamrin Bojonegoro? (yang namanya istimewa itu tentu harus melebihi daerah yang lain)

Kita coba bandingkan dengan penataan Kota Madiun (yo harus dibanding-bandingke untuk tahu itu istimewa). Pemkot Madiun menata Jalan Pahlawan dengan pedestarian ala Malioboro, namun masih diberi pendukung lain yang membedakan dengan jalan Malioboro. Yakni replika tiga ikon dunia, yakni Menara eiffel, Ka’bah dan  Patung Merlion. Sehingga masyarakat tidak hanya berjalan-jalan saja tapi juga menikmati ikon-ikon dunia yang ada, selain itu juga bisa dijadikan sumber pembelajaran bagi pelajar dan masyarakat khususnya dengan adanya replika ka’bah.  Bagi para siswa bisa belajar tentang pelaksanaan ibadah haji, bagi masyarakat yang hendak menunaikan Ibadah  Haji dan Umroh bisa melakukan manasik di tempati itu dan gratis.

(Jalan Pahlawan Kota Madiun. Foto :Dinas Pariwisata, Pemuda dan Olahraga Kota Madiun)

Pembangunan jalan Pahlawan Kota Madiun di wilayah Sumber Umis ini dilakukan bertahap selama 3 tahun sejak tahun 2020 hingga tahun 2022, total anggaran yang dikeluarkan adalah Rp. 24,7 miliar. Anggaran sebesar ini, sudah dapat membangun Saluran drainase, Pembangunan Trotoar dan Pembangunan fasilitas Pendukung di atas trotoar seperti replika ikon dunia tersebut.

Baca Juga :   Rela Mudik Demi Menikmati Malam di Thamrin Park Bojonegoro

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kota Madiun pada tahun 2022 Rp. 1,15 Triliun atau hanya 1/7 dari APBD Kabupaten Bojonegoro yakni Rp. 7,03 triliun.

Perbandingan ini tujuannya untuk menyampaikan bahwa sebenarnya Kabupaten Bojonegoro dapat membangun jauh lebih istimewa dari Kota Madiun dalam penataan kotanya, yang terpenting dimulai dengan konsep penataan kota yang memadai, dari sisi budaya, ekonomi, lingkungan dan pariwisata.

(Replika Ka’bah di Jalan Pahlawan Kota Madiun. Foto : Dinas Pariwisata, Pemuda dan Olahraga Kota Madiun)

Pembangunan Jalan MH Thamrin Bojonegoro itu layaknya seperti anak kecil yang baru dibelikan sepeda oleh ibunya. Tentu si anak bahagia, tiap hari sepeda itu dinaiki, dipamerkan kepada kawan-kawannya, padahal kawan-kawannya sudah punya sepeda lebih dulu dan sepedanya lebih bagus dari sepeda si anak. Tentu kawan-kawannya tidak takjub alias biasa-biasa saja, wong sepedanya tidak lebih bagus dari sepeda mereka.

Padahal semestinya ibunya bisa membelikan sepeda yang lebih istimewa karena ibunya lebih kaya dari ibu kawan-kawannya itu. Ya semisal dibelikan sepeda listrik yang kawan-kawannya belum punya, pasti si anak akan lebih bahagia dan bangga.

Tapi ya sudahlah  yang penting masyarakat Bojonegoro sudah cukup bahagia ada tempat murah dan nyaman untuk ber swafoto atau sekedar jalan-jalan di Bojonegoro. Dan sebenarnya akan lebih istimewa jika di Jalan MH Thamrin itu diberikan tambahan ikon yang beda dengan kota-kota lain yang membuat Maliogoro atau Thamrin Park Istimewa.

Daripada jauh-jauh ke Malioboro kan ongkosnya mahal, jadi di Maliogoro ajah…

Penulis : Syafik

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *