Kami disuruh diam di rumah, kami ikuti. Untuk membatasi ataupun memutus penyebaran virus CORONA yang mewabah. Kami dianjurkan untuk bekerja di rumah saja.
Anak anak kamipun diliburkan sekolahnya dan digantikan dengan metode pembelajaran jarak jauh. Itupun kami ikuti karena kepatuhan kami sebagai warga negara atas himbauan pemimpin kami.
Tapi pernahkan Bapak Bapak pikirkan tentang kondisi kami. Terutamanya kami para warga Bapak yang penghasilannya harian…?? Yang kalau #Ora_Obah_Ora_Mamah# Para tukang ojol, transportasi online, pengamen, para kru, tukang sorak, pemain orgen, pedagang gorengan, abang tukang bakso, tukang perabot keliling dan para pekerja harian lain yang begitu banyak di Republik tercinta ini…??
Mungkin Bapak Bapak yang mendapatkan fasilitas dan gaji dari negara tidak akan menjadi masalah. Yang kebutuhan dapur, sumur dan kasurnya di tanggung negara. Yang kalau panik sedikit saja langsung memborong kebutuhan sembako setinggi bukit. Lhaaa kami….?? Yang terkadang untuk beli sayur saja terkadang ngutang dulu pada Mbak sayur yang juga kami tahu terkadang modalnya dari rentenir keliling.
Juga dengan anak anak kami yang Bapak suruh belajar dengan metode jarak jauh atau via online yang butuh alat komunikasi hp smart ataupun laptop untuk menunjang semua itu.
Bagaimana dengan saudara kami yang lain yang anaknya mungkin saja 3, 4 atau 5 yang bersekolah yang harus mempunyai hand phone ataupun laptop untuk menunjang proses pembelajaran tersebut. Yang hanya punya handphone jadul dan terkadang pulsanya menunggu masa tenggang baru dibeli.
Mungkin bagi Bapak Bapaknya yang mampu untuk menyediakan semua itu tidak menjadi masalah. Bagaimana dengan kami pak…??? yang jangan kan untuk beli hp dan laptop, beli pulsa dan paketnya saja terkadang kami tak mampu. Apakah hal demikian Bapak juga pikirkan…??
Bapak kami yang terhormat… kalau hanya sekedar memberi himbauan tampa ada solusi atas kondisi ini, itu sama saja Bapak menyuruh kami menghindar dari mulut macan tapi menghadapkan kami pada mulut buaya. Kepentingan Bapak adalah bagaimana mata rantai virus ini putus dan tidak berkembang… tapi masalah kami bagaimana kami harus mencari sesuap nasi pagi dan petang untuk keluarga kami yang kalau tak keluar rumah tak makan seperti profesi Saudara Saudara kami yang kami sebutkan tadi.
Kami ingin sekali bekerja di rumah seperti yang Bapak sarankan… tapi tolong tunjuki kami… para tukang ojek, penjual gorengan keliling, buruh bangunan dll caranya bekerja dari rumah agar kami dapat mematuhi himbauan Bapak itu.. tunjuki kami Paaak…!!
Karena kredit kami, cicilan panci dan motor kami tak pernah mendengarkan imbauan Bapak agar berhenti menagih sejenak…!! Jangan hanya sekadar memberi himbauan.
Begitu juga tempat ibadah kami terutamanya Mesjid, Bapak tutup atau batasi kami berjamaah atas dasar CORONA yang mewabah. Tapi mall dan pusat pusat perbelanjaan lainnya Bapak biarkan buka yang potensi penyebaran virusnya lebih besar dari tempat ibadah kami dan di datangi berbagai lapisan masyarakat.
Pak…. kami tidak menuntut banyak… tapi tolong kami beri solusi atas semua ini…. kalau hanya sekadar himbauan tampa solusi…. kami juga punya jalan sendiri…. toh ujung dari semua bencana dan wabah ini adalah mati… dan tampa itu pun kematian itu pasti, sekarang, esok atau nanti………!!!
DARI TUKANG SORAK DI KAKI LIMA….