Damarinfo.com – Kabupaten Bojonegoro menunjukkan kemajuan yang mengesankan dalam menurunkan angka stunting. Pada tahun 2023, prevalensi stunting di Bojonegoro tercatat sebesar 14,1%, jauh menurun dibandingkan tahun 2022 yang mencapai 24,3%. Angka ini lebih rendah dari rata-rata nasional dan beberapa kabupaten sekitar seperti Tuban (17,8%) dan Nganjuk (17,1%). Namun, dibandingkan dengan Lamongan yang berhasil mencatatkan prevalensi 9,4%, Bojonegoro masih memiliki ruang untuk perbaikan. (Buku Survei Kesehatan Indonesia (SKI) Dalam Angka tahun 2023, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia)
Upaya Kesehatan yang Mendukung Penurunan Stunting
Keberhasilan Bojonegoro dalam menekan angka stunting sebagian besar didorong oleh tingginya persentase fasilitas dan layanan kesehatan di desa-desa. Data Potensi Desa tahun 2024 yang diterbtikan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Timur, sebanyak 99,77% desa di Bojonegoro memiliki Posyandu, yang berperan penting dalam pemantauan tumbuh kembang anak dan ibu hamil. Program Kelas Ibu Hamil dan Kelas Ibu Balita juga mencakup 95,81% dan 92,33% desa, menunjukkan komitmen yang kuat dalam meningkatkan kualitas kesehatan ibu dan anak.
Namun, beberapa indikator masih memerlukan perhatian lebih. Akses terhadap air minum layak baru mencapai 80,93%, sementara akses ke jamban sehat berada di angka 89,53%. Kedua aspek ini sangat penting untuk mencegah penyakit infeksi yang dapat berkontribusi pada stunting. Program Pemanfaatan Pekarangan, yang mencapai 72,79% desa, turut berperan dalam diversifikasi pangan dan peningkatan gizi rumah tangga.

Fasilitas dan Layanan Kesehatan: Komparasi dengan Daerah Lain
Bojonegoro unggul dalam beberapa sektor kesehatan dibandingkan dengan kabupaten sekitarnya:
- Posyandu: Ketersediaan mencapai 99,77%, hampir menyamai Lamongan (99,79%) dan Nganjuk (100%), serta lebih tinggi dibandingkan Tuban (98,48%).
- Kelas Ibu Hamil: Bojonegoro mencatatkan angka 95,81%, lebih tinggi dibandingkan Tuban (90,24%) dan Lamongan (92,83%), serta setara dengan Nganjuk (95,77%).
- PMT untuk Ibu Hamil: Angka 88,37% sedikit lebih tinggi dari Nganjuk (84,86%) dan Tuban (85,98%).
- Akses Air Minum dan Jamban Sehat: Akses air minum layak di Bojonegoro mencapai 80,93%, lebih tinggi dari Lamongan (64,77%) dan Nganjuk (76,06%), meski masih tertinggal dari Tuban (100%).
- Jaminan Kesehatan untuk Ibu Hamil dan Anak Baduta: Cakupan jaminan kesehatan di Bojonegoro untuk ibu hamil mencapai 80,47%, lebih tinggi dibandingkan Tuban (74,7%) dan Lamongan (63,5%).
- Akta Kelahiran: 63,26% anak di Bojonegoro memiliki akta kelahiran, jauh lebih baik dibandingkan Tuban (48,48%) dan Lamongan (27,43%).
Berikut tabel perbandingan persentase keberadaan fasilitas kesehatan pendukung penurunan stunting di desa-desa di Bojonegoro dibandingkan dengan kabupaten tetangga.

Tantangan yang Masih Menghadang
Meski Bojonegoro telah mencapai kemajuan yang signifikan, tantangan tetap ada. Angka akta kelahiran yang hanya 63,26% dan Kelas Pengasuhan yang masih rendah di 35,12% mengindikasikan perlunya penguatan dalam layanan administratif dan edukasi kepada keluarga. Upaya dalam pengasuhan dan pemberdayaan keluarga harus lebih digencarkan untuk memberikan dampak positif pada pola asuh dan pemenuhan gizi anak.
Dengan mempertahankan capaian yang ada dan memperbaiki kekurangan, Bojonegoro memiliki potensi besar untuk menjadi contoh dalam penurunan stunting di Indonesia. Akan tetapi, jika tantangan besar ini tidak segera diatasi, tujuan besar untuk mengakhiri masalah stunting mungkin akan sulit tercapai. Akselerasi perubahan harus menjadi prioritas agar generasi mendatang dapat tumbuh lebih sehat dan cerdas.
Penulis : Syafik