Siapa Dia
Gus Baha Ulama Sederhana dengan Keilmuan Luar Biasa

oleh 638 Dilihat
oleh

Damarinfo.com- Saat ini siapa yang tak kenal dengan Gus Baha. Bahkan tidak hanya ummat islam saja, ummat non Islam juga mengenal Gus Baha, bahkan mereka mendengarkan ngaji-ngaji ulama ini melalui saluran youtube yang unggah oleh banyak akun.

Keluasan ilmu dan daya nalarnya yang mumpuni membuat Gus Baha mampu menyajikan ajaran islam dengan rasional dan ilmiah, sehingga mudah diterima oleh banyak kalangan. Penyampaian khas pesantren tidak ditinggalkan meski sesekali menggunakan Bahasa Indonesia.

“ Di zaman modern ini sangat sulit untuk menemukan orang yang memahami serta hafal detail-detail dari kitab suci Al-Qur’an hingga detail-detail fiqh yang tersirat di dalam ayat-ayat suci Al-Qur’an seperti Pak Baha “ demikian yang di katakan oleh Prof. Quaraisy Syihab berkata mengenai KH. Ahmad Bahauddin Nursalim Al-Hafidz atau lebih akrab atau di kenal dengan Gus Baha .

Gus Baha lahir pada 29 September 1970 di Sarang, Rembang, Jawa Tengah. Gus Baha’ merupakan putra dari seorang ulama pakar al-Qur’an dan juga pengasuh Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an LP3IA yang bernama KH. Nursalim al-Hafizh dari Narukan, Kecamatan Kragan, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah.

Gus Baha’ kecil dididik belajar dan menghafalkan al-Qur’an secara langsung oleh ayahnya dengan menggunakan metode tajwid dan makhorijul huruf secara disiplin. Hal ini sesuai dengan karakteristik yang diajarkan oleh guru ayahnya yaitu KH. Arwani, Kudus, Jawa Tengah. Kedisiplinan tersebut membuat Gus Baha’ di usianya yang masih muda, mampu menghafalkan al-Qur’an 30 Juz beserta Qiro’ahnya.

Baca Juga :   Kata Gus Baha  : Kalau Misal Saya Jadi RT, Saya tidak akan Tersinggung

Menginjak usia remaja, ayahnya menitipkan Gus Baha’ untuk mondok dan berkhidmah kepada Syaikhina KH. Maimoen Zubair di Pondok Pesantren Al-Anwar Karangmangu, Sarang, Rembang. Pondok al-Anwar tepat berada sekitar 10 KM arah timur dari rumahnya. Di Al-Anwar inilah beliau terlihat sangat menonjol dalam ilmu syari’at seperti fikih, hadits dan tafsir.

Dalam ilmu hadis, Gus Baha’ mampu mengkhatamkan hafalan Sahih Muslim lengkap dengan matan, rowi dan sanadnya. Selain Sahih Muslim beliau juga mengkhatamkan dan hafal isi kitab Fathul Mu’in dan kitab-kitab gramatika bahasa arab seperti ‘Imrithi dan Alfiah Ibnu Malik.

Selain menonjol dengan keilmuannya, beliau juga merupakan sosok santri yang dekat dengan kiainya. Dalam berbagai kesempatan, beliau sering mendampingi guru beliau Syaikhina KH. Maimoen Zubair untuk berbagai keperluan. Mulai dari sekedar berbincang santai, hingga urusan mencari ta’bir dan menerima tamu-tamu ulama-ulama besar yang berkunjung ke al-Anwar. Hingga beliau dijuluki sebagai santri kesayangan Syaikhina KH. Maimoen Zubair.

Setelah menyelesaikan pendidikannya di Sarang, Gus Baha’ menikah dengan seorang anak Kiai yang bernama Ning Winda pilihan pamannya dari keluarga Pondok Pesantren Sidogiri, Pasuruan, Jawa Timur
Setelah menikah, beliau mencoba hidup mandiri dengan keluarga barunya dan menetap di Yogyakarta sejak 2003. Selama di Yogya, beliau menyewa rumah untuk ditempati keluarga kecilnya, berpindah dari satu lokasi ke lokasi lain.

Baca Juga :   Hati-hati ! Setan pun Hadir Saat Bertaubat. Begini Kata Gus Baha

Semenjak hijrah ke Yogyakarta, banyak santri-santri beliau di Karangmangu yang merasa kehilangan induknya. Hingga pada akhirnya mereka menyusul beliau ke Yogya, patungan menyewa rumah di dekat rumah beliau. Tiada tujuan lain selain untuk tetap bisa mengaji kepadanya. Ada sekitar 5 atau 7 santri alumni Al Anwar maupun MGS yang ikut beliau ke Yogya saat itu. Di Yogya inilah kemudian banyak masyarakat sekitar yang akhirnya minta ikut mengaji kepada beliau.

Pada tahun 2005 KH. Nursalim jatuh sakit. Beliau pulang sementara waktu untuk ikut merawat sang ayah bersama keempat saudaranya. Namun siapa sangka, beberapa bulan kemudian Kiai Nursalim wafat. Gus Baha’ tidak dapat lagi meneruskan perjuangannya di Yogya sebab diamanati oleh ayahnya untuk melanjutkan tongkat estafet kepengasuhan di LP3IA Narukan.

Sebagai seorang santri tulen, yang berlatar belakang pendidikan non-formal dan non-gelar, Gus Baha’ diberi keistimewaan untuk menjadi sebagai Ketua Tim Lajnah Mushaf Universitas Islam Indonesa (UII) Yogyakarta. Gus Baha’ duduk bersama para Profesor, Doktor dan ahli-ahli Al-Qur’an dari seluruh Indonesia seperti Prof. Dr. Quraisy Syihab, Prof. Zaini Dahlan, Prof. Shohib dan para anggota Dewan Tafsir Nasional yang lain.

Penulis : Syafik

Sumber : https://www.mahadalyjakarta.com/gus-baha-ahli-tafsir-didikan-ulama-nusantara/

wikipedia berbahasa indonesia

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *