Serapan 62%, Kinerja Nyaris Sempurna: Ada Apa dengan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Bojonegoro?

oleh 106 Dilihat
oleh
(Khayangan Api Bojonegoro. Foto : https://dinbudpar.bojonegorokab.go.id/)

Bojonegoro, damarinfo.com – Bayangkan ini: dari total pendapatan daerah yang direncanakan sebesar Rp1,7 miliar, hanya Rp859 juta yang berhasil dikumpulkan (49,63%). Di sisi lain, alokasi belanja mencapai Rp77 miliar, tapi baru 62% terserap. Dan di tengah semua itu, capaian kinerja hampir seluruh program menyentuh angka 100%.

Ini bukan cerita dua dunia yang tak bersua—tapi pertanyaan besar tentang efektivitas perencanaan anggaran dan pengukuran kinerja di sektor pariwisata dan kebudayaan.

Realisasi Pendapatan: Setengah Jalan Saja Sudah Nyerah?

Dari data realisasi anggaran  tercatat bahwa pendapatan daerah hanya terealisasi 49,63% dari target.

  • Total Pendapatan Daerah 2024: Rp1.731.709.980,00

  • Realisasi: Rp859.377.000,00

  • Persentase Capaian: 49,63%

Fakta ini membawa kita pada satu pertanyaan penting: apakah target pendapatan terlalu optimistis? Atau memang ada faktor eksternal yang membuat potensi pendapatan tidak bisa dimaksimalkan?

Yang pasti, rendahnya realisasi pendapatan menunjukkan perlunya evaluasi ulang dalam penyusunan rencana keuangan agar lebih realistis dan sesuai dengan kondisi riil daerah.

Belanja Daerah: Uang Banyak, Digunakan Separuh. Tapi Program Tetap Berhasil. Kok Bisa?

Jika melihat sisi belanja, jumlah alokasi mencapai Rp77 miliar, tetapi hanya 62% atau sekitar Rp48,18 miliar yang digunakan. Meskipun angka ini naik drastis dibanding tahun lalu (hanya Rp19,3 miliar), masih banyak dana yang belum terserap.

Baca Juga :   Proyek Belum Jalan, Serapan Anggaran Belanja Bojonegoro Rendah

Namun anehnya, capaian kinerja program hampir semuanya menyentuh 100%.

Beberapa contoh:

  • Program pelestarian cagar budaya: Target kinerja tercapai 100%, tapi anggaran hanya terserap 24,7%

  • Program pengelolaan permuseuman: Kinerja oke, anggaran terealisasi hanya 29,33%

  • Program pembinaan sejarah: Target kinerja tercapai penuh, anggaran terserap hanya 46,44%

Bagaimana bisa begitu?

Efisiensi atau Perencanaan Berlebihan?

Data tingkat efisiensi dari Dinas Pariwisata dan Kebudayaan justru menyajikan angka-angka yang mengejutkan:

  • Pelindungan objek budaya

    • Capaian kinerja: 90%

    • Target anggaran: Rp887 juta

    • Realisasi: Rp305 juta

    • Tingkat efisiensi: 290,73%

  • Pengembangan objek budaya sebagai daya tarik wisata

    • Capaian kinerja: 80,95%

    • Anggaran: Rp10,8 miliar

    • Realisasi: Rp5,2 miliar

    • Efisiensi: 206,74%

  • Usaha ekonomi kreatif

    • Capaian kinerja: 2,09% dari target 2,5%

    • Efisiensi: 176%

  • Pertumbuhan wisatawan

    • Target: 10%, Capaian: 26,75%

    • Efisiensi: 159,77%

Angka-angka ini menunjukkan bahwa program bisa dilakukan dengan anggaran jauh lebih kecil dari yang direncanakan.

(Tangkapan Layar Dokumen LKJIP Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Bojonegoro Tahun 2024. Diunduh dari laman sakip.bojonegorokab.go.id)

Apa Maknanya untuk Publik?

Ada dua kemungkinan dari fenomena ini:

  1. Dinas bekerja sangat efisien, mampu mencapai target dengan anggaran yang lebih kecil dari yang direncanakan.

  2. Perencanaan anggaran terlalu besar, sehingga realisasi tampak “rendah” meski program tetap sukses.

Baca Juga :   Tahun 2024, BOSDA Pendamping dan DAK Madrasah Aliyah Bojonegoro Tidak Cair

Tetapi tanpa transparansi yang lebih mendalam, sulit untuk membedakan mana yang lebih dominan.

Dan yang lebih penting: apakah dampak nyata dari program-program ini sudah dirasakan masyarakat?

  • Apakah promosi wisata meningkatkan kunjungan?

  • Apakah museum menjadi lebih hidup?

  • Apakah seniman lokal merasa didukung?

Akhir Kata: Kinerja Baik, Tapi Pertanyaan Lebih Besar Masih Menggantung

Capaian kinerja yang tinggi adalah kabar bagus. Tapi jika tidak disertai dengan serapan anggaran yang proporsional, maka kita harus bertanya:

  • Apakah sistem penilaian kinerja sudah tepat?

  • Apakah anggaran yang dialokasikan sudah relevan dengan kebutuhan lapangan?

  • Dan yang paling penting: bagaimana masyarakat biasa bisa melihat manfaat dari semua ini?

Bojonegoro punya potensi besar dalam sektor pariwisata dan kebudayaan. Dengan angka-angka seperti ini, mari kita dorong transparansi lebih luas dan partisipasi publik dalam proses perencanaan serta evaluasi anggaran.

Sebab, kinerja yang baik harus diiringi akuntabilitas yang transparan—bukan hanya untuk pemerintah, tapi untuk rakyat yang membayar pajak.

Penulis : Syafik

Sumber data : LKJIP Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Bojonegoro tahun 2024. diundah dari laman sakip.bojonegorokab.go.id